Dindik – Dinkop Surabaya Terkesan Tutup Mulut

Siswa-siswi-SMK-Negeri-5-tolak-pembangunan-pujasera.

Siswa-siswi-SMK-Negeri-5-tolak-pembangunan-pujasera.

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Rencana pembangunan Sentra PKL di area SMK negeri 5 Surabaya yang diprotes pihak sekolah, belum mendapatkan tanggapan resmi dari  Dinas Koperasi dan UMKM  sebagai pemilik proyek maupun Dinas Pendidikan sebagai pemilik lahan.
Sampai sejauh ini pihak Dinas Pendidikan  belum bisa dikonfirmasi .  Kepala Dinas Pendidikan Surabaya , Ikhasan memang yang sempat datang saat ratusan siswa-siswi dan guru SMK Negeri 5 Surabaya  berunjuk rasa menolak tempat olahraganya dijadikan Pujasera namun tidak banyak berkomentar, Rabu(13/5).
Salah satu pejabat yang disebut dekat dengan Wali kota  ini hanya datang dan melakukan pertemuan tertutup dengan pihak sekolah dan seorang  tokoh  yang disebut adalah salah satu anggota DPRD Surabaya.
Sementara Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya, Hadi Mulyono dikonfirmasi hanya menyatakan bakal menunggu perkembangan kasus ini dari Wali kota dan Dinas Pendidikan.
Hadi pada kesempatan konfirmasi kemarin mengaku pembangunan sentra PKL di jl . prof Moestopo sudah dialokasikan sejak setahun lalu. Dan  saat ini , lanjutnya dinas yang dipimpinnya masih melakukan tahap pengukuran di lokasi.
Namun anehnya saat ditanya tentang kewenangan penggunaan lahan tersebut ia menyatakan tidak tahu. ” tentang siapa yang membebaskan lahan itu saya tidak tahu, coba Tanya ke sekolah,”  terang Hadi dikonfrimasi lewat telepon.
Sebelumnya, siswa-siswi SMK Negeri 5 memilih melakukan aksi protes bersama guru-guru demi mempertahankan lahan belajarnya ini, Rabu (13/5) lalu. Banyak poster yang ditempel di setiap sudut gerbang sekolah dalam menolak pembangunan Pujasera ini.
Salah satu dari ratusan pelajar yang melakukan aksi, Monica Dera siswi kelas XI jurusan Gambar Bangunan ini menyanyangkan lahan untuk olahraganya dijadikan Pujasera. Selain itu, proses belajar mengajar juga terhenti karena rencana akan dibangun tahun ini.
“Sempat bikin penggalangan koin, guru-guru juga ikut semua, karena banyak guru yang menolaknya. Mangkanya belajarnya sempat terhenti. Ini bukan suruhan siapa-siapa dalam melakukan aksi ini, tapi solidaritas siswa-siswi agar lahannya tidak dijadikan ajang bisnis, jadi tidak ada paksaan dari siapapun,” terang Monica seusai melakukan aksi dengan membentangkan poster ‘SaveStemba’ ini.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah SMK Negeri 5 Surabaya, Anton Sujarwo mengatakan, lahan sekolah yang akan dialihfungsikan itu adalah lapangan volley dan wall climbing yang baru jadi. ” Warga sekolah menolak. Semua kurang sependapat karena lahan itu satu-satunya tempat bagi anak-anak berolahraga dan meraih prestasi. Kan masih banyak lahan yang lain untuk Sentra PKL,” kata Anton.
Anton mengaku, aksi ini tidak dikoordinir oleh pihak sekolah tapi inisiatif siswa sendiri. “Alumni banyak mengirim di media sosial sehingga anak tergerak. Pada saat jam pelajaran akan dimulai, siswa tidak mau belajar. Mereka mau turun menuntut pembangunan sentra PKL itu,” jelasnya.
Anton menambahkan, untuk mengendalikan situasi, pihak sekolah langsung mengunci pagar sekolah. “Saya minta agar anak-anak melakukan aksinya dengan damai, tidak ada anarkisme dan tetap menjunjung tinggi nama baik sekolah,” imbuhnya.
Aksi ini dilanjutkan dengan dialog antara perwakilan guru, siswa, dan alumni dengan Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya. sementara itu, para siswa-siswi juga mencabuti patok yang telah terpasang.
Kabarnya, jika sentra PKL jadi dibangun di fasilitas sekolah dibuka pada saat malam hari, menuai kontra pada pihak penjaga sekolah. Menurut sumber orang dalam yang tak mau menyebutkan namanya ini, Kepala sekolah SMK Ngeri 5, Tatik Kustini mendapat tekanan dari berbagai pihak lantaran baru menjabat tahun 2014 lalu.
“Bu Tatik ini mendapat tekanan banyak pihak. Dan jika kalau bukanya malam hari, siapa yang bertanggung jawab pada keamanannya? Ini kan masuk di lingkungan sekolah,” katanya yang enggan menyebutkan namanya ini pada Bhirawa. (geh)

Tags: