Dindik Fasilitasi LSP P1 Tata Graha SLB SMP-SMA

Kabid PKPLK Dindik Jatim, Suhartono meninju sarana prasarana LSP P1 bidang keterampilan tata graha di SLBN Malang

Empat Assesor Disiapkan, Penyandang Disabilitas Dibekali Keterampilan Tersertifikasi
Dindik Jatim, Bhirawa
Peningkatan kompetensi bagi penyandang disabilitas mendapat perhatian pemerintah. Selain melalui berbagai program, kali ini, Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK) menunjuk 10 SLB Negeri di Indonesia untuk menjadi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP P1). Program ini digagas untuk memberikan fasilitas kepada penyandang disabilitas dalam menyiapkan diri sebelum terjun di dunia industri.
Di Jawa Timur, SLBN Pembina Tingkat Nasional Bagian C Malang ditunjuk sebagai sekolah rintisan LSP P1 bidang tata graha.
Kabid Pembinaan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Dinas Pendidikan (PKPLK Dindik) Jatim, Suhartono menyebut ada sembilan lembaga SLB yang sebelumnya disiapkan Dindik Jatim untuk menjadi pilot projek LSP P1. Namun, berdasarkan kesiapan sarana prasarana, baru SLBN Pembina Tingkat Nasional Bagian C Malang yang siap menjadi LSP P1.
“Ada 9 lembaga jadi pilot projek. Salah satunya SLBN Lawang, kab Malang dalam bidang tata graha. Di sana sudah siap empat assesor yang akan menguji. Sarana prasarana juga telah disiapkan,” ujar Suhartono, Selasa (24/1) kepada Bhirawa.
Bidang tata graha atau yang sering disebut housekeeping adalah salah satu departmen di hotel/resort yang bertanggung jawab untuk menjaga, merawat, memelihara dan menangani peralatan, menjaga kebersihan dan kenyamanan, memperbaiki kerusakan dan memberi dekorasi.
Keterampilan dibidang ini, kata Suhartono, banyak diminati siswa berkebutuhan khusus (ABK) atau penyandang disabilitas.
Ia melanjutkan, sebagai pilot projek nantinya, SLBN Malang akan membuat jejaring di lembaga SLB sekitarnya atau di kawasan Jawa Timur. Di harapkan sarana dan prasarana juga keterampilan yang dimiliki bisa dikembangkan di masing-masing SLB.
Dalam merealisasikan jejaring tersebut, PKPLK Dindik Jatim telah menggelar bimbingan teknis atau pelatihan bagi 100 guru dan kepala sekolah beberapa waktu yang lalu dengan menggandeng narasumber dari industri yakni Hotel Purnama. Hasil pelatihan ini akan dikembangkan dan dikerjakan ke siswa.
“Untuk mengawali ini, maka MKKS SLB se Jatim dengan SLBN Lawang menyelenggarakan kegiatan bimtek peningkatan kompetensi guru keterampilan tata graha. Kenapa yang disasar guru? Karena SLB ini istimewa, guru yang paling mengetahui karakteristik siswa. Jadi akan lebih mudah diterapkan jika guru sudah memiliki bekal apa yang akan diajarkan ke siswa,” jelas dia.
Adanya LSP P1 ini dikatakan Suhartono melengkapi program Vokasi Istimewa yang telah digagas beberapa tahun yang lalu.
Jawa Timur sendiri, sebanyak 396 lembaga SLB dengan rincian 68 SLB negeri dan 328 SLB swasta telah melaksanakan Vokasi Istimewa. Sementara untuk jumlah siswa sebanyak 17.052 ABK terbekali dengan keterampilan yang sesuai bakat minat nya.
“Kami mengawali peningkatan kualitas ABK lewat program Vokasi Istimewa. Sehingga dengan adanya LSP P1 ini, siswa sudah terbekali. Siswa akan lebih mudah beradaptasi mudah dan tidak kesulitan. Karena lewat program tersebut mereka diarahkan ke kompetensinya. Salah satunya di keterampilan tata graha, jika bagus di tata graha dikembangkan dan bisa mengikuti sertifikasi,”terang dia.
Sementara itu berdasarkan laman resmi pmpk.kemdikbud.go.id, selain SLBN Malang Jatim yang ditunjuk sebagai LSP P1. Beberapa SLB negeri di Indonesia juga menjadi lembaga sertifikasi profesi. Diantaranya SLB Negeri Halmahera Barat Malut untuk keterampilan perbengkelan dan sepeda motor. SLB Negeri Pembina Sulsel untuk keterampilan tata busana. SLB Negeri Pembina Kaltim untuk keterampilan budidaya tanaman dan hortikultura
Selanjutnya, SLB Negeri Semarang untuk keterampilan membatik. SLB Negeri 1 Jakarta untuk keterampilan sablon. SLB SKH 02 Banten untuk keterampilan suvenir. SLB Cicendo Bandung untuk keterampilan tata boga. SLB Negeri Prof Sri Sudewi Jambi untuk keterampilan tata kecantikan, terakhir SLB Kartini di Batam untuk keterampilan teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam gagasan LSP P1 ini, Kemdikbud telah menyiapkan 47 assesor atau penilai yang terdiri dari guru-guru dari 10 SLB yang sudah mengampu keterampilan khusus itu minimal 3 tahun.
Kemampuan assesor itu akan diuji oleh BNSP. Kemendikbud juga sudah menyiapkan 126 skema untuk 10 bidang keterampilan itu.
“126 Skema. Satu skema misalnya pembuatan saus. Nanti akan dilatih khusus untuk proses olah bahan sampai jadi, itu satu skema. Skema lainnya misalnya tentang K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) sudah bisa disertifikasi,” urai Analis Kurikulum, Direktorat PMPK, Ditjen PAUD dan Disdakmen Kemendikbudristek, Seru Pasinggi.
Program ini, diarahkan bagi SLB SMP-SMA. Yang telah menyelesaikan 5 semester, dinyatakan kompeten dalam ujian sertifikasi keluar sertifikasi dari BNSP. Sertifikat berlogo burung Garuda, dan bisa digunakan di dunia kerja.
“Sekarang anak-anak itu masuk dunia kerja, mencari pengalaman kerja dengan sertifikat. Nanti kita keluarkan, sampai membantu mereka masuk ke dunia kerja,” jelas dia.
Harapannya, anak-anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di SLB bisa mandiri, mencari kerja atau bahkan mendirikan usaha sendiri. Karena selain menjadikan SLB sebagai pusat LSP penyandang disabilitas, juga menjadi sarana inkubator kewirausahaan.
“10 SLB itu pilot project, nanti sekolah SLB di berbagai wilayah ini bisa buat MOU di berbagai perusahaan agar anak-anak itu bisa magang di sana, begitu ada yang kompeten bisa saja dipanggil bekerja di situ. Lalu sudah ada MOU antarsekolah, dibantu Dinas Pendidikan Provinsi untuk menjembatani ke dunia usaha,” papar dia.
Saat ini, ada sekitar 2.200 SLB (SD-SMA) di seluruh Indonesia. Merujuk pada data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020, jumlah penyandang disabilitas Indonesia mencapai 28,05 juta orang dan 22% di antaranya berada pada kelompok usia produktif. Hingga tahun 2020, 72% penyandang disabilitas bekerja di sektor informal. [ina.why]

Tags: