Dindik Izinkan PTM untuk SMK Praktek Keahlian Kompetensi

Wahid Wahyudi

Dindik Jatim, Bhirawa
Ujicoba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sudah dilakukan sejak pertengahan Agustus 2020. Hanya sekolah yang bisa mendapatkan rekomendasi Satgas Covid 19 yang bisa menerapkan PTM jenjang SMA/SMK di Jatim. Sebab Protokol Kesehatan harus diterapkan secara ketat. Di Surabaya, PTM diizinkan untuk SMK yang tengah mengadakan Uji Kompetensi Keahlian (UKK) sebagai syarat kelulusan.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Wahid Wahyudi, PTM dilakukan dengan memprioritaskan materi yang tidak bisa dilakukan secara Daring. Termasuk uji kompetensi dan praktek yang merupakan keunggulan SMK.
“Pembelajaran SMK membutuhkan keahlian, sehingga SMK yang 70% merupakan praktek makanya dibutuhkan PTM. Agar tidak tertinggal dalam pendidikan, maka sejak Agustus 2020 kami sudah mulai uji coba PTM dengan Prokes ketat,” jelas Wahid, Minggu (11/4).
Namun, PTM ini masih dilakukan dengan terbatas. Apalagi PTM SMA/SMK di empat daerah di Jawa Timur masih menunggu rekomendasi Satgas Covid 19. Yakni Kota Surabaya, Kota dan Kabupaten Kediri dan Kota Malang.
“Empat daerah itu belum bisa melaksanakan PTM karena belum memenuhi syarat, yaitu mendapat rekomendasi Satgas Covid 19 Kota dan kabupaten ataupun izin dari orang tua,” urainya.
Dikatakan Wahid, jika penerapan PTM berbentuk UKK maka bisa diberi kelonggaran. Apalagi usia siswa SMA/SMK mendekati dewasa, maka dirasa lebih paham dalam penegakan Protokol Kesehatan (Prokes).
“Dalam ujicoba PTM selama ini hanya tiga jam, tidak ada jam istirahat, siswa bawa bekal, alas di tempat ibadah dihilangkan agat mudah dibersihkan. Guru tidak boleh keliling,” paparnya.
Wahid mengaku SMA/SMK di Jatim sudah cukup siap dengan wacana Mendikbud untuk menggelar PTM pada Juli 2021. Selain menyiapkan sarana dan prasarana, para guru dan tenaga pendidik juga akan mendapat giliran vaksin yang dilakukan pemerintah kota dan kabupaten masing-masing.
Sementara itu, senada dengan Wahid, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengungkapkan jika PTM tingkat SMA/SMK lebih mudah dilakukan karena usia siswa yang sudah bisa memahami Prokes.
“Saya rasa tidak masalah kalau PTM SMA/SMK, mereka sudah besar, berbeda dengan usia SD dan SMP,” ujarnya.
Eri mengaku hingga saat ini, masih menunggu detail rinci dari Kemendikbud terkait persiapan PTM di tingkat SD dan SMP Kota Surabaya. Sebab, adanya wacana test ge-nose juga belum bisa dipastikan akan dilakukan kapan dan berapa kali pada siswa saat memulai PTM.
“Kalau Pemerintah Kota Surabaya tidak memberatkan sebenarnya, ya pakai GeNose. Kalau setiap hari diGeNose ya tidak mungkin, masa muridnya setiap hari di GeNose, apa lagi antigen malah nggak mungkin,” ujarnya.
Eri menjelaskan jika ia ingin seperti UTBK-SBMPTN di perguruan tinggi negeri (PTN), yakni tanpa tes Covid-19. Namun diganti dengan penerapan Prokes yang ketat.
“Nanti itu yang dilakukan, seperti penerimaan mahasiswa baru. Karena IDI dan beberapa perguruan tinggi sudah melakukan rapat dan sudah disepakati menggunakan Prokes, ada jarak, ada pengaturan suhu, menghindari kerumunan, cara masuk ke tempat ujian sampai dia harus pulang itu yang harus diperketat,” tadasnya. [ina]

Tags: