Dindik Jatim Alokasikan Rp 450 Miliar untuk SMK

 Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman bersama Kabid Dikmenjur Dindik Jatim Dr Hudiyono saat menemui perwakilan dari IHK Trier Jerman dan Association for Swiss International Technical 'Siteco', Selasa (15/11). [adit hananta utama]


Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman bersama Kabid Dikmenjur Dindik Jatim Dr Hudiyono saat menemui perwakilan dari IHK Trier Jerman dan Association for Swiss International Technical ‘Siteco’, Selasa (15/11). [adit hananta utama]

Perkuat Anggaran Sekaligus Sistem Ganda
Dindik Jatim, Bhirawa
Pelimpahan wewenang mengelola pendidikan menengah dari kabupaten/kota ke provinsi menjadi peluang bagi Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim untuk memperkuat pendidikan kejuruan. Hal ini juga seiring dengan program revitalisasi SMK yang tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016.
Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman menuturkan, salah satu langkah yang akan dilakukan untuk mengembangkan SMK ialah penguatan dari sisi anggaran. Total anggaran dari APBD Jatim yang akan dialokasikan sebesar Rp 450 miliar pada 2017 mendatang. “Itu nanti akan kita maksimalkan untuk mendukung peralatan praktik di SMK. Karena jangan sampai SMK di Jatim nanti hanya jadi SMK sastra,” tutur Saiful, Selasa (15/11).
Saiful mencontohkan, saat ini di Bojonegoro terdapat satu-satunya SMK Migas. Sayang, peralatan yang tersedia masih sangat terbatas dan harus ditambah. Selain itu, pihaknya juga menyebut sejumlah program keahlian utama seperti kelautan, pariwisata, perhotelan serta operator dan maintenance alat-alat berat.
“SMK Migas di Bojonegoro alatnya masih kurang dan harus dilengkapi. Sedangkan jurusan operator alat berat sekarang banyak sekali permintaannya. Tapi di Jatim hanya satu sekolah yang membuka program keahlian itu,” tandas Saiful.
Program keahlian operator alat berat, lanjut dia, akan dibuka pada salah satu SMK di Nganjuk. “Di sana sudah ada lahan yang cukup untuk praktik alat berat,” tambah Saiful.
Selain anggaran, revitalisasi SMK juga tengah dilakukan Dindik Jatim melalui program dual system (sistem ganda). Saat ini, pihaknya mengakui Jatim telah menjadi percontohan dalam pelaksanaan model sistem ganda. Konsep pendidikan sistem ganda itu terus disempurnakan dengan menggandeng IHK Trier (Kadin) Jerman dan tim dari Association for Swiss International Technical ‘Siteco’.
Saiful mengatakan, dalam konsep pendidikan sistem ganda, SMK menerapkan kurikulum yang sudah disinkronkan dengan industri. Hal itu diperkuat dengan peran pelatih tempat kerja yang disertifikasi menggunakan standar Jerman. “Kadin Jerman menggelar pelatihan pelatih tempat kerja di Jatim. Pesertanya selain enam SMK rujukan di Jatim juga ada beberapa SMK dari luar provinsi,” kata dia.
Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan Dindik Jatim Dr Hudiyono menambahkan, pelatihan pelatih tempat kerja digelar selama lima hari hingga Jumat (18/11) mendatang. Mentor dan modul yang digunakan langsung didatangkan dari Jerman dan Swiss. “Program dari Jerman ini jelas terbatas. Karena itu, kita perlu memperluas sasaran ke SMK yang lain. Dari pihak IHK Trier sudah mengizinkan kita memperbanyak modul pelatihan yang sekarang masih dalam bahasa Jerman,” terang Hudiyono.
Hudiyono mengaku, saat ini problem yang juga sedang dihadapi SMK adalah minimnya guru produktif. Karena itu, selain dari instruktur sebaya pihaknya juga telah mengajukan ke pihak Siteco untuk dukungan dosen kunjung. “Kita ajukan dan mereka sepakat ada dosen atau alumni yang akan mengunjungi SMK di Jatim,” tutur dia.
Langkah-langkah ini, lanjut Hudiyono dilakukan untuk membangun iklim industri di dalam sekolah kejuruan. Di Jerman, ada sekitar 9.000 SMK yang didukung sekitar setengah juta industri. Sementara di Jatim, ada sekitar 1.900 sekolah dengan dukungan hanya sekitar 500 kerjasama. “Setengah juta industri sudah harmonis dengan SMK di Jerman. Di sini, selain kerjasama masih kecil juga belum tentu harmonis,” pungkas dia. [tam]

Tags: