Dindik Jatim Deklarasikan Pelajar Pelopor KPK

Pelajar pelopor membacakan janji dalam deklarasi Komunitas Pegiat Kebangsaan (KPK) Jatim.

Pelajar pelopor membacakan janji dalam deklarasi Komunitas Pegiat Kebangsaan (KPK) Jatim.

Surabaya, Bhirawa
Dewasa ini beragam bentuk kenakalan remaja dan pergaulan bebas tak henti-hentinya mengancam diri peserta didik sekolah. Sementara di sisi lain, globalisasi zaman menantang anak-anak muda membentuk dirinya sebagai generasi penguat daya saing bangsa. Inilah alasannya pendidikan karakter sebagai cikal bakal sikap cinta tanah air selalu digembor-gemborkan Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim.
Kepala Dindik Jatim, Dr Harun MSi mengatakan,  globalisasi, seperti ASEAN Economic Community akan terjadi awal tahun 2015. Mau tidak mau, generasi muda bangsa Indonesia saat ini akan bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Itu sebabnya generasi muda perlu disiapkan secara matang. Salah satu diantaranya dengan menggabungkan potensi yang terpisah-pisah antardaerah diwadahi dalam sebuah Komunitas Pegiat Kebangsaan (KPK).
Harun mengatakan, tetap tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ada di tangan generasi muda. Sehingga perlu diberi nilai dan wawasan kebangsaan sejak dini.
“Negara atau pemerintah wajib menanamkan nilai-nilai dan wawasan kebangsaan itu kepada generasi muda,” ungkap Harun saat membuka acara Puncak Deklarasi Pegiat Kebangsaan.
Alumnus Lemhanas 2008 ini menuturkan, multikulturalisme suatu bangsa merupakan kekayaan yang dapat menjadi kekuatan positif dalam pembangunan bangsa. Namun, di sisi lain, hal ini dapat menjadi potensi konflik sosial bila tidak dikelola dengan baik. Untuk itulah, perlu mendorong dan menanamkan empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Empat pilar tersebut, yakni Pancasila, UUD RI 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. “Pola kehidupan remaja masa kini harus mencerminkan nilai-nilai empat pilar. Supaya mereka punya sikap toleransi dan bertanggung jawab,” ujarnya.
Sekretaris Dinas Pendidikan Jatim, Sucipto menambahkan, generasi muda mulai dari jenjang SD hingga SMA/SMK sudah dikenalkan dengan wawasan kebangsaan agar karakter dan jati diri bangsa terbentuk mulai dini. Pembentukan karakter itu diharapkan dapat melindungi generasi muda dari sikap yang dapat merusak nilai-nilai wawasan kebangsaan.
“Pendidikan karakter bisa jadi tameng terhadap kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, hingga perkelahian antar pelajar,” tuturnya.
Sucipto menyatakan, penanaman karakter sejak dini tentu saja disesuaikan dengan kearifan lokal atau budaya daerah yang ada. Misalnya, penggunaan bahasa daerah yang syarat dengan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat menjadi modal besar sebagai filter, penyeimbang, bahkan jati diri bangsa generasi muda Indonesia.
“Hal itu juga sudah sejalan dengan Peraturan Gubernur Jatim Nomor 19 Tahun 2014 tentang muatan mata pelajaran bahasa daerah sebagai muatan lokal wajib di sekolah dan madrasah,” tandasnya.

Kepala Dindik Jatim Dr Harun Msi
Pertahankan Keberlanjutan KPK
Pelajar pelopor Komunitas Pegiat Kebangsaan (KPK) telah bertahan selama dua tahun terakhir. Kepala Dindik Jatim menilai, sejauh ini peran KPK di sekolah cukup strategis dalam upaya membentengi kenakalan remaja.
“Kata kuncinya adalah remaja kita aman dari narkoba dan segala bentuk kenakalan lainnya. Hal semacam ini patut mendapat perhatian dan terus dilaksanakan,” tutur Harun.

Sekretaris Dindik Jatim Sucipto SH MSi
Keseimbangan Pola Pikir dan Karakter
Pendidikan tidak hanya mencetak siswa menjadi pandai. Sekretaris Dindik Jatim, Sucipto SH MSi menilai, sejauh ini pendidikan memiliki peran yang sangat vital terhadap pembentukan karakter dan jati diri anak. Karena itu, sikap cinta tanah air, tepo seliro, gotong royong dan lain sebagainya dapat dibentuk dari karakter itu sendiri.
“Di era globalisasi, ini adalah tameng untuk membekali, membina dan mempersiapkan anak didik kita menghadapi tantangannya. Mereka juga tidak lupa bagaimana jati diri bangsanya diwariskan oleh leluhur,” tutur Cip, sapaan akrab Sucipto. [tam]

Tags: