Dindik Jatim Pastikan Tidak Ada Atribut Nyeleneh saat LOS

Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman melakukan inspeksi usai upacara pembukaan Layanan Orientasi Sekolah (LOS) di SMAN 9 Surabaya, Senin (18/7) kemarin.  [gegeh bagus setiadi]

Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman melakukan inspeksi usai upacara pembukaan Layanan Orientasi Sekolah (LOS) di SMAN 9 Surabaya, Senin (18/7) kemarin. [gegeh bagus setiadi]

Imbau Peserta Didik Baru Tidak Membawa Mobil
Surabaya, Bhirawa
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jawa Timur Dr Saiful Rachman memantau langsung jalannya hari pertama Layanan Orientasi Siswa (LOS) di SMA Komplek Surabaya, Senin (18/7) kemarin. Hal ini bersamaan dengan imbauan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebelumnya terkait orangtua murid dianjurkan mengantarkan anak hingga ke sekolah. Namun, hal tersebut tidak serta merta dilakukan oleh wali murid lantaran peserta didik baru sudah memasuki usia remaja.
Dari pantauan Bhirawa, rombongan Dindik Jatim memasuki pelataran SMA Negeri 9 Surabaya. Ratusan siswa-siswi baru beserta guru saling bersalaman. Hingga akhirnya, berkumpul di lapangan untuk mendengarkan Kepala Dindik Jatim untuk memberikan semangat kepada peserta didik kelas X atau murid baru.
Saiful mengatakan tahun ini adalah masa perubahan orientasi siswa atau yang biasa disebut Masa Orientasi Siswa (MOS). Di mana, masa orientasi siswa yang sebelumnya dilakukan oleh siswa senior, saat ini guru-guru juga ikut andil.
“Di SMA Negeri 9 sudah jelas tidak tampak ada atribut-atribut yang aneh-aneh. Jadi peserta didik baru kelas X ini sudah mengikuti orientasi yang pertama dan dibimbing langsung oleh guru dan kakak-kakak seniornya. Dan itu sifatnya mengenalkan program-program sekolah,” kata Dr Saiful Rachman di sela inspeksi di SMA Negeri 9 Surabaya.
Ia mengatakan, orangtua atau wali murid yang mengantarkan anaknya bervariasi. Mulai mengantarkan anaknya sampai ke pintu gerbang, ada yang sekolah telah mengenalkan program-program sekolah sebelumnya. “Dan bahkan ada juga pihak sekolah yang mengajak orangtua untuk mengikuti upacara. Variasinya seperti itu,” jelasnya.
Sampai hari ini (kemarin, red), Saiful memastikan di Jatim proses orientasi di sekolah masih aman terkendali. Ia berharap tidak ada laporan terkait sekolah-sekolah yang melanggar. “Insya Allah aman, mudah-mudahan tidak ada laporan,” pungkasnya.
Di sela sambutannya, Saiful pun mengajak seluruh anak didik baru untuk selalu bersemangat dalam proses belajar mengajar. Salah satunya dengan cara meneriakkan yel-yel Jawa Timur, ‘Jawa Timur, Jaya Luar Biasa’ dengan tangan mengepal. Yel-yel ini langsung diikuti kurang lebih 324 siswa kelas X SMA Negeri 9 Surabaya. “Tangan mengepal ini tanda semangat, tanda perjuangan karena orang Jawa Timur sangat luar biasa,” tandas Saiful.
Sementara, Kepala Sekolah SMA Negeri 9 Surabaya Moch Shadali mengatakan ada 324 siswa yang mengikuti orientasi. Imbauan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga telah dilaksanakan. Dengan tujuan anak didiknya merasa betah dan nyaman hingga tiga tahun ke depan.
“Semua imbauan dari Kemendikbud sudah kami laksanakan. Hari pertama sudah kami kumpulkan semua wali murid terkait program-program sekolah sudah kami sampaikan juga. Anak-anak yang baru ini betul-betul krasan dan nyaman sekolah disini. Kalau sudah nyaman pasti nanti bisa lulus sampai 3 tahun,” katanya.
Untuk mengantisipasi kemacetan di wilayah SMA komplek lantaran banyaknya pelajar yang menggunakan mobil, masing-masing sekolah telah mengimbau kepada seluruh siswa-siswi sebelum wajib memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dilarang membawa mobil. Baik SMAN 1, SMAN 2, SMAN 5, dan SMAN 9 Surabaya.  Seperti, di SMAN 1 Surabaya, pihak sekolah akan mengumpulkan para orangtua murid terkait program pembelajaran, Sabtu (23/7) mendatang. Hal tersebut dilakukan agar para orangtua hanya mengantar sampai depan sekolah.
“Kami tidak melarang jika ada orangtua yang masih tetap ingin memantau kegiatan hari pertama sang anak, namun kami imbau sejak daftar ulang supaya hanya mengantar agar tidak macet,” kata Kepala SMAN 1 Surabaya Johanes Mardiono kepada Bhirawa kemarin.
Selanjutnya untuk menghindari kemacetan setiap pagi di wilayah komplek, Johanes juga mengimbau agar anak yang belum memiliki SIM untuk sementara diantar atau menggunakan angkutan umum ke sekolah. “Kelas X belum diperbolehkan karena belum memiliki SIM. Untuk siswa lain yang membawa kendaraan, kami cek apakah mereka memiliki SIM atau tidak,” tuturnya. [geh]

Tags: