Dindik Jatim Pilih Fungsikan Aset-aset Mangkrak

01-feature Foto_lipsus_tam (3)Larangan menyewa hotel untuk kegiatan pemerintah mulai terasa dampaknya bagi instansi di lingkungan Pemprov Jatim yang biasa menggelar event skala besar dan melibatkan peserta dalam jumlah ribuan.  Seperti Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim yang kini mulai melirik kembali aset-aset yang mangkrak maupun yang sudah lama tak terpakai.

Adit Hananta Utama, Kota Surabaya

Di antara aset-aset yang nyaris tak berfungsi itu, salah satunya ialah gedung milik Dindik Jatim  di Kecamatan Tandes Surabaya dan penginapan di Jalan Cipunegara Surabaya. Selain itu ada pula asrama di kantor Dindik Jatim Jl Jagir Sidoresmo 5 Surabaya, asrama Sekolah Luar Biasa (SLB) di Lawang, Kabupaten Malang dan asrama pelatihan di UPT Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Kejuruan (PPPK) Dindik Jatim yang terletak di kompleks Kampus Universitas Negeri Surabaya.
Sekretaris Dindik Jatim Sucipto mengaku, larangan menyewa hotel tidak akan berpengaruh terhadap pelaksanaan program Dindik Jatim. Untuk kegiatan skala kecil, dia mengaku masih bisa menggunakan aset-aset milik Dindik Jatim sebagaimana yang saat ini tersedia. Namun untuk kegiatan yang bersifat besar, sejumlah tempat milik instansi pemerintah lain sudah menjadi incaran. “Misalnya kegiatan olimpiade siswa tingkat Jatim kita bisa menggunakan Asrama Haji di Sukolilo atau Islamic Center,” kata dia.
Meski bisa meminjam tempat di instansi pemerintah lain, Sucipto tetap akan mencermati urgensi menyewa tempat itu. Sebab, dia berharap dapat mengutamakan aset yang dimiliki Dindik saat ini. “Yang penting kita harus menggunakan anggaran itu sesuai kebutuhan,” kata dia Minggu (28/12).
Pria yang juga menjabat sebagai Manajer Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Jatim ini mengakui, selama ini memang masih ada sejumlah aset yang belum bisa difungsikan (mangkrak) atau yang sudah difungsikan tapi tidak terpakai. Di antaranya ialah asrama pelatihan untuk siswa dan guru SMK di Tandes Surabaya. “Itu nanti juga akan kita fungsikan. Tapi akan diperbaiki dulu,” tutur dia.
Cip, sapaan akrab Sucipto berdalih, selama ini pelatihan untuk siswa dan guru SMK masih bisa ditampung di UPT PPPK Dindik Jatim yang terletak di kompleks Unesa. Sehingga asrama yang saat ini berada di Tandes itu tidak difungsikan. “Sekarang kan semua peserta pelatihan masih tertampung di UPT PPPK. Jadi asrama yang di Tandes itu belum difungsikan,” kata dia.
Sementara saat mendatangi lokasi asrama pelatihan di Kecamatan Tandes, kenyataannya hanya ada bangunan lantai dua yang teronggok tak terawat. Bahkan tak satupun petugas, baik penjaga maupun pekerja proyek terlihat di sana. Hanya ada material bekas pembangunan yang berserakan di halaman gedung tersebut. Jika dilihat kondisinya, asrama tersebut memang sangat tidak layak untuk difungsikan. Padahal menurut informasi, asrama itu sudah dibangun sejak tiga tahun lalu.
Sedangkan saat mendatangi penginapan yang terletak di Jalan Cipunegara, pintu gerbang juga tertutup rapat dan terkunci. Usaha memanggil petugas dari luar pun sia-sia. Namun saat hendak meninggalkan lokasi, seorang yang mengaku petugas kebersihan menghampiri dari sebuah rumah persis di sebelah penginapan. “Tidak ada petugasnya,” serunya kepada Bhirawa.
Dari keterangannya, penginapan tersebut memang nyaris tak pernah difungsikan untuk kegiatan instansi, termasuk sang pemiliknya yakni pegawai Dindik Jatim. Hanya beberapa kali dia mengetahui ada mahasiswa dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang menyewanya. Istilah sewa ini lantaran para mahasiswa itu diakuinya membayar sejumlah uang ke petugas. “Saya tidak tahu berapa harga sewanya. Tapi saya tahu pasti kalau yang mau meminjam penginapan ini harus membayar,” tutur dia.
Sejatinya, larangan menyewa hotel bukanlah persoalan rumit. Sebab kegiatan sebesar apapun tetap bisa ditampung di aset-aset milik pemerintah yang masih terawat dengan baik. Seperti yang sudah dilakukan di UPT PPPK Dindik Jatim selama setahun ini. Sebanyak 6.000 sasaran pelatihan yang terdiri dari siswa dan guru SMK ditampung di asrama berkapasitas 200 orang itu.
Kepala UPT PPPK Sumardijono mengakui, tak pernah menggelar event di hotel manapun. Dengan memanfaatkan asrama yang ada, Sumardijono menggelar pelatihan secara bertahap hingga 30 angkatan dan mencapai 6.000 sasaran pelatihan.
Meski demikian, bertanggung jawab terhadap asrama bukan hal mudah. Dari segi perawatan, asrama membutuhkan perhatian 24 jam penuh. “Kalau sarananya tidak memadahi, peserta tidak akan mau datang lagi ikut pelatihan. Jadi kita harus menjaga kenyamanan asrama sebaik mungkin,” tegas dia.*

Keterangan Foto : Asrama di Kecamatan Tandes Surabaya milik Dindik Jatim yang mulanya akan difungsikan untuk pelatihan siswa dan guru SMK terlihat mangkrak. [adit hananta utama/bhirawa]

Tags: