Dindik Jatim Siapkan Sertifikasi Seni Pelajar

Penampilan pantomim oleh siswa SMKN 12 Surabaya pada salah satu pelajar yang diselenggarakan Dindik Jatim. Ke depan, Dindik berupaya memberikan sertifikasi kompetensi bagi pelajar yang memiliki bakat seni. [adit hananta utama/bhirawa]

Penampilan pantomim oleh siswa SMKN 12 Surabaya pada salah satu pelajar yang diselenggarakan Dindik Jatim. Ke depan, Dindik berupaya memberikan sertifikasi kompetensi bagi pelajar yang memiliki bakat seni. [adit hananta utama/bhirawa]

Dindik Jatim, Bhirawa
Sejak setahun lalu, Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim gencar menggelar sertifikasi kompetensi bagi siswa pendidikan kejuruan alias SMK. Ini adalah strategi menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hanya saja, diantara program keahlian yang disertifikasi, kesenian belum termasuk diantaranya.
Hal ini mendorong Dindik Jatim untuk membuka kesempatan bagi peserta didik yang berbakat kesenian mengikuti uji kompetensi. Khususnya bagi calon lulusan SMK yang mengambil program keahlian seni.
“Sertifikat kompetensi ini penting agar peserta didik yang memiliki potensi dan bakat seni itu diakui profesionalitasnya. Sebenarnya tidak hanya siswa SMK. Karena, siswa yang punya berbakat seni juga ada  dari SMA,” tutur Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman, Senin (4/1).
Saiful mengakui, sertifikasi profesi bidang kesenian cukup penting bagi siswa. Apalagi ketika MEA sudah berlangsung. “Gara-gara tidak punya sertifikasi, Didi Nini Towok ditolak saat mau tampil di luar negeri. Itu sekelas seniman kondang. Bagaimana dengan anak didik kita yang berbakat seni?,” tutur Saiful. Sehingga, Dindik tengah berupaya membuka pusat sertifikasi kompetensi seni untuk pelajar.
“Kita punya UPT Dikbangkes (Pendidikan dan Pengembangan Kesenian ) Sekolah. Di situ kita bisa buka Tempat Uji Kompetensi (TUK),” tutur Saiful.
Upaya ini, lanjut Saiful, juga harus mendapat dukungan pusat. Sebab, hingga saat ini standarisasi kompetensi kerja nasional belum ada yang khusus untuk bidang kesenian. “Karena itu, kita juga akan berusaha menggandeng PPPTK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) Seni Budaya di Jogjakarta untuk merealisasikan target ini,” tutur mantan Kepala Badan Diklat Jatim ini.
Lebih lanjut Saiful menjelaskan, potensi dan bakat seni siswa di Jatim terus berkembang pesat. Hal ini dapat terlihat dari berbagai ajang kesenian pelajar yang digelar Dindik Jatim. Misalnya, pada Pekan Seni Pelajar (PSP), tak kurang dari lima ribu siswa yang berbakat seni ikut terlibat di dalamnya. Selain itu, setiap pagelaran seni padang rembulan dilaksanakan, tak kurang dari 200 siswa ikut tampil unjuk kebolehan. Tidak hanya itu, para siswa pecinta seni juga ada di PPST (Pendidikan Pengembangan Seni Tradisi) yang tersebar di 120 Sekolah di Jatim.
“Memang harus dipetakan lagi. Mana diantara para siswa itu yang benar-benar berbakat dengan siswa yang hanya dilatih untuk tampil,” tutur dia.
Terpisah, Kepala SMKN 12 Surabaya Abdul Rofiq mengakui, hingga saat ini belum ada satu pun program keahlian dalam kesenian yang memiliki standarisasi nasional. Padahal pada momentum MEA ini, setiap orang yang memiliki bakat seni harus mampu menunjukkan sertifikasinya jika ingin tampil ke luar negeri.
“Kalau siswa SMK jurusan lain sudah banyak yang ikut sertifikasi. Tinggal program keahlian seni yang sampai saat ini tak jelas bagaimana standarisasinya,” ungkap Rofiq.
Rofiq pun berharap, ketika standarisasi nasional bidang kesenian itu ada, para siswa di sekolahnya dapat mengikuti uji kompetensi. Sekalipun sekolah yang dipimpinnya bukan termasuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) P-1. Uji kompetensi bisa dilakukan di TUK. “Kalau melihat UPT Dikbangkes Sekolah dengan sarana yang ada. Kami yakin bisa dijadikan TUK,” tutur dia.[tam]

Tags: