Dindik Minta Sekolah Buat Aplikasi Network Alumni

Kepala Dindik Jatim, Wahid Wahyudi (4 Kiri) bersama kepala SMA/SMK dan PKPLK dan Cabang Dindik Jatim Wilayah Ponorogo usai kegiatan Silaturahmi dan Pembinaan, Sabtu (15/2).

Untuk Pemetaan dan Analisa Kompetensi Kebutuhan DUDI
Surabaya, Bhirawa
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Wahid Wahyudi meminta kepala SMA/SMK membuat aplikasi network alumni. Yakni aplikasi untuk memonitoring para lulusan sehingga sekolah bisa mengetahui posisi lulusan.
“Apakah melanjutkan sekolah, wirausaha atau bekerja dengan industri. Ini juga bisa menjadi tolok ukur sekolah guna mengukur kualitas masing – masing sekolah untuk mengantarkan lulusannya,” ungkap Wahid usai melakukan silaturahmi dan pembinaan SMA/SMK dan PKPLK wilayah Ponorogo yang meliputi Ponorogo dan Kabupaten Magetan, Sabtu (15/2).
Adanya network alumni, kata Wahid, juga bisa digunakan untuk menganalisasi kompetensi tertentu yang sudah tidak bisa terpenuhi oleh industri. Atau membuka kompentensi tertentu sesuai dengan kebutuhan industri.
Pembahasan lain yang tak kalah penting, yaitu persoalan pendidikan di wilayah Ponorogo dan Magetan. Bahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di dua daerah ini, Wahid mengajak seluruh stakeholder pendidikan untuk membangun kebersamaan dan kerjasama. Utamanya bagi cabang dinas pendidikan Jatim dan pengawas sekolah untuk melakukan koordinasi secara periodik dengan kepama sekolah.
“Dengan adanya kerjasama ini akan mempermudah menyelesaikan persoalan pendidikan. Dengan adanya koordinasi di semua lini kita juga bisa mengetahui kondisi yang telah dicapai, persoalan yang ada dan action plan kedepan seperti apa,” jelas dia.
Hal itu didasarkan pada tanggung jawab dalam peningkatan kualitas pendidikan. Yang meliputi kualitas akademik. Di mana pihaknya menuntut kepala sekolah untuk mengetahui posisi grade sekolahnya dengan melakukan berbagai inovasi. Atau juga bisa dilihat dari hasil ujian satuan pendidikan atau ujian nasional.
Sedangkan untuk kualitas potensi teknis khususnya bagi SMK dan SMA Double Track, Wahid menegaskan, sekolah harus menyiapkan lulusan untuk siap bekerja. Contohnya, seperti di SMK PGRI 2 Ponorogo yang mana kompetensi teknisnya diatas rata – rata. Dengan peralatan praktikum lengkap. Bahkan persiswa bisa memegang satu peralatan saat praktikum.
“Dari hasil laporan Kaseknya 100% lulusan diterima industri di luar negeri. Seperti Korea, Jepang dna sebagainya. Kemampuan teknis seperti ini yang saya harapkan. Bahwa mereka lulus siap bekerja bukan siap belajar bekerja,” papar dia.
Wahid juga menjelaskan, pihaknya akan memberikan penghargaan khusus kepada kepala sekolah yang berinovasi dan membuka kompetensi baru yang dibutuhkan oleh DUDI. Pembukaan bidang keahlian itu bisa diprioritaskan untuk melihat peluang potensi lokal. Tetapi itu bukan satu-satunya prioritas. Selain itu, juga bisa melihat potensi dari daerah atau negara lain. Sehingga keterserapan lulusan di industri bisa tersebar.
Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Jatim, Prof Akh Muzakki menjelaskan, kini yang perlu didorong ke sekolah untuk mendongkrak inovasi adalah melakukan recharge dan roll modeling. Untuk roll modeling dijabarkan, kalau SMK PGRI 2 Ponorogo bisa menjadi salah satu sekolah ideal yang erat dengan kerjasamnya dengan DUDI. Hal ini dibuktikkan dari jumlah keterserapan lulusan di industri yang cukuo tinggi. Tidak hanya industri dalam negeri tapi juga luar negeri.
“Sehingga proses yang dilakukan melahirkan alumni yang tingkat kecepatan untuk terserap di lapangan kerja sangat tinggi. Problem ini yang harus dipecahkan. Dalam pendidikan sendiri ada yang namanya problem internal efisiensi artinya butuh waktu berapa lama agar lulusan terserap di dunia kerja. Bukan soal waktu, tapi juga apakah bidang keahliannya sesuai dengan kebutuhan induatri. Dan SMK PGRI 2 Ponorogo mampu menjawab itu,” tandas Wahid. [ina]

Tags: