Dindik Provinsi Jatim Apresiasi Kesuksesan UNKP

Suasana pelaksanaan UNKP di SLB Negeri Kota Batu.

Kota Batu, Bhirawa
Dinas Pendidikan Provinsi Jatim menilai pelaksanaan Ujian Nasional Kertas dan Pensil (UNKP) di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Kota Batu berhasil. Tidak hanya dilihat dari pelaksanaan ujian, kelengkapan sarana prasarana ujian juga sangat baik. Akibatnya, SLBN Batu dianggap mampu menghapus anggapan Ujian Nasional (UN) adalah momok di dunia pendidikan.
Dalam kunjungan Dindik Provinsi kemarin (11/4), SLB Negeri dianggap mampu menciptakan situasi yang menyenangkan hingga para peserta Ujian Nasional di SLB ini merasa senang. “SLB Negeri mampu menjalankan konsep membahagiakan anak, suasana tegang yang biasa terjadi dalam ujian nasional, didesaiin sedemikian rupa hingga membahagiakan anak-anak, ” ujar Pelaksana Pengawas PKPLB Kota Malang dan Batu, Parjana.
Salah satu upaya membahagiakan anak adalah dengan selalu mengajak doa bersama ibu, anak dan guru sebelum ujian berlangsung. Termasuk menyiapkan pendamping untuk para peserta yang mengalami ketidakstabilan emosi saat mengerjakan naskah ujian. Bahkan guru memperlakukan para peserta seolah raja. Seperti ada 3 peserta sampai menginap di rumah Kepala Sekolah untuk memudahkan menjangkau sekolah.
Secara umum pelaksanaan UNKP untuk penyandang cacat di Malang Raya berlangsung baik tanpa kendala, meskipun di Kota Malang ada salah satu peserta yang harus mengerjakan soal ujian di rumah karena sakit. “Begitu juga terkait kesiapan naskah ujian semua tercukupi dan tidak ada kesalahan soal ujian,” terang Parjana.
Ditambahkan Kepala SLB Negeri Batu, Muawanah, di sekolah yang dipimpinnya terdapat 11 peserta ujian, 2 siswa tuna rungu, 5 siswa penyandang grahita sedang, dan 4 peserta grahita ringan.
Berbeda dengan tahun 2017 lalu dimana untuk mata ujian Bahasa Inggris menggunakan komputer, tahun ini ujian Bahasa Inggris menggunakan kertas dan pensil atau Ujian Nasional Kertas dan Pensil (UNKP). Sebenarnya, ujian dengan menggunakan komputer bisa saja dilakukan para penyandang disabilitas. Seperti penyandang tuna rungu, tuna daksa dan sebagian autis mampu melaksanakan ujian berbasis komputer.
“Kita tidak tahu kenapa sekarang ditiadakan penggunaan komputer, pihak dari Provinsi yang tahu,”ujar Muawannah. [nas]

Tags: