Dindik Surabaya Deteksi Dini Kesehatan Jiwa Guru

Kepala Bidang GTK Dindik Surabaya Mamik Suparmi saat memantau pelaksaan Sakeswaru di SMPN 13 Surabaya, Sabtu (30/6).

Dindik Surabaya, Bhirawa
Menjadi tenaga pendidik tidak hanya cukup dengan kompeten dalam menguasai materi ajar. Lebih dari itu, kesehatan jiwa para guru juga harus dipastikan tidak mengalami gangguan. Salah satunya tingkat stress yang dialami guru.
Untuk mendeteksi hal tersebut, Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya menggelar skrining kesehatan jiwa untuk guru dan tenaga kependidikan (GTK). Pada tahap pertama ini, sebanyak 614 GTK mengikuti skrining yang digelar bidang GTK Dindik Surabaya ini. Skrining dilakukan dengan memakai Sistem Aplikasi Kesehatan Jiwa dan Guru (Sakeswaru) yang dikembangkan Dindik.
Kepala Bidang GTK Dindik Surabaya, Mamik Suparmi mengungkapkan, melalui sistem aplikasi ini diharapkan dapat mengetahui secara dini tingkat stres GTK. Serta penyebab GTK mengalami stres, sehingga dindik dapat memberikan sebuah rekomendasi sebagai upaya tindak lanjut. Dengan demikian, GTK selanjutnya dapat memberikan pelayanan pendidikan di sekolah lebih optimal.
“Peserta skrining tahap pertama ini PNS yang menjabat wakil kepala sekolah dan koordinator. Nanti akan kami kembangkan ke GTT dan PTT,” urai Mamik.
Menurutnya, dengan diketahui penyebab stres GTK maka akan membantu Dindik dalam menentukan kebijakan dan beban kerja GTK. “Aplikasi ini berbasis daring, berbentuk kuisioner survey dan dijalankan secara berkala. Jadi nanti akan menjadi masukan kami,” ungkapnya.
Mamik menyampaikan Sakeswaru bukan tes psikologi yang menuntut prasyarat dan kualifikasi tertentu. Selain itu, aplikasi ini juga bukan pengganti uji kesehatan mental untuk mendiagnosis gangguan jiwa. Melalui sistem ini Dindik mendapatkan gambaran secara umum status kesehatan mental GTK serta mampu memberikan layanan dengan sepenuh hati.
“Skrining akan dilakukan empat bulan lagi, dan akan kami kembangkan agar bisa menykrining sampai kepala sekolah, pengawas sampai penjaga sekolah,” jelas Mamik.
Kasi Pembinaan GTK, Dedi Prasetiawan berujar selama kurang lebih 1 jam para GTKmengerjakan 12 butir soal pilihan ganda, mereka mengisi soal berdasarkan kondisi yang sejujur-jujurnya terjadi. “Hasil dari tes itu nantinya berupa kualitatif,” terang Mamik.
Sementara itu, Wakasek SMPN 13 Surabaya Karsih berujar melalui alat ini diharapkan Dindik dapat mengetahui kondisi GTK secara nyata dan dengan dimikian mampu menjadi sarana dalam meningkatkan mutu dan kualitas kesehatan jiwa GTK. “Jadi nantinya GTK mampu me-refresh pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi siswa,” urainya.
Hal serupa diungkapkan Guru SMPN 53, Sukisno. Menurutnya pemakaian aplikasi ini hendaknya diwajibkan dilakukan oleh setiap guru secara berkala. Dengan demikian dapat diketahui perubahan kondisi kejiwaan guru.
“Ini masih terbatas karena masih digunakan PNS saja karena butuh NIP dan salah satu solusinya cuti. Jadi semoga nanti bisa diterapkan untuk honorer juga,” ujarnya. [tam]

Tags: