Dinilai Kasar dan Arogan, Satpol PP Digeruduk Warga

Sejumlah warga yang mengatasnamakan Solidaritas Aktivis Anti Kekerasan (Santika) berunjuk rasa di Balai Kota Surabaya, Kamis (7/1).  Mereka memprotes arogansi oknum Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Surabaya yang diduga memukul anak jalanan, Fathur Rohman.

Sejumlah warga yang mengatasnamakan Solidaritas Aktivis Anti Kekerasan (Santika) berunjuk rasa di Balai Kota Surabaya, Kamis (7/1). Mereka memprotes arogansi oknum Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Surabaya yang diduga memukul anak jalanan, Fathur Rohman.

Surabaya, Bhirawa
Persepsi masyarakat pada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) ternyata belum semuanya baik. Sebagian masyarakat masih menilai instansi pemerintah yang berwenang dalam penegakan Perda itu dinilai kasar, arogan dan kurang humanis dalam bertugas. Hal ini dsampaikan sejumlah warga yang mengatasnamakan Solidaritas Aktivis Anti Kekerasan (Santika) saat mendatangi Balai Kota Surabaya, Kamis (7/1).
Mereka mengadukan tindakan arogan oknum Satpol PP Kota Surabaya yang diduga memukul anak jalanan, Fathur Rohman. Saat di Balai Kota, mereka diterima Kepala Bakesbang Linmas Kota Surabaya Soemarno.
Peristiwa dugaan pemukulan itu terjadi, Sabtu (26/12) tahun lalu di perempatan Jalan Demak. Saat itu, Fathur Rohman yang bekerja sebagai penjual jasa jalanan sedang duduk-duduk santai di trotoar. Tak lama kemudian, dia didatangi mobil patroli Tim Kepang Satpol PP. Fathur Rohman (21 tahun), langsung disergap dari belakang oleh empat anggota Satpol PP.
“Saat itu, korban terjatuh dan ditendang oleh salah satu oknum Satpol PP yang berpakaian preman. Dari tendangan itu, korban terjatuh dan hidungnya berdarah, kelopak mata bagian kiri lebam dan ada genangan darah di matanya,” kata Koordinator Santika Ari Saputra.
Ia menambahkan, setelah korban tidak berdaya, dia lantas dimasukkan ke dalam mobil patroli untuk selanjutnya dibawa ke Liponsos Keputih. Atas dugaan kekerasan ini, kata dia, pihaknya sudah melaporkan ke Polsek Bubutan dengan nomor laporan LP/643/B/XII/2015/Jatim/Restabes Sby/Polsek Bubutan Surabaya.
“Kami minta pelaku diproses secara hukum. Kami juga meminta pada Pj Wali Kota Surabaya untuk menjatuhkan sanksi pada pimpinan Satpol PP,” pintanya.
Tak hanya itu, lanjutnya, aksi arogansi dan kekerasan kembali dipertontonkan oleh oknum Satpol PP pada 10 Desember 2015 lalu di Jalan Dharmawangsa. Korban yang juga mahasiswa Unair ini dipukul saat dia melakukan pengambilan gambar penertiban Pedagang Kali Lima (PKL). “Kami minta pelaku penganiayaan untuk segera ditangkap dan diadili sesuai hukum yang berlaku,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Satpol PP Kota Surabaya Denny CH Tupamahu mengaku akan segera melakukan investigasi secara mendalam atas pengaduan itu. Pihaknya membenarkan bahwa, pada Sabtu (26/12) tahun lalu ada penertiban anak jalanan, gelandangan dan pengemis (gepeng) di perempatan Jalan Demak. Menurut dia, kawasan tersebut memang sudah harus terbebas dari gepeng dan anak jalanan.
“Di daerah sana (Jalan Demak, red) memang harus bebas dari anjal. Ketika menangkap memang ada perlawanan tapi Tim Odong-Odong menahan, namun si anjal semakin meronta-ronta. Mungkin ada kesalahan teknis saat penertiban sehingga ada kejadian itu (dugaan pemukulan, red),” katanya.
Denny memastikan akan memproses oknum Satpol PP yang  terbukti melakukan pelanggaran. Selama ini, lanjut dia, Satpol PP selalu mengedepankan pendekatan yang manusiawi ketika penertiban. Pihaknya juga akan mengevalusi kinerja Tim Kepang atau yang sekarang di sebut Tim Odong-Odong ketika melakukan penertiban.
“Kami berusaha memperbaiki sistem di dalam dan memberikan sanksi kepada anggota kami. Kami akan segera mengoreksi diri. Selama ini konsepnya humanis, dan untuk korban kami memohon maaf,” ujarnya. [geh]

Tags: