Dinkes Kab.Probolinggo Kembang Layanan Besbasis IT

Dekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat dengan IT.

Kab.Probolinggo, Bhirawa.
Kabupaten Probolinggo sukses mengembangkan sistem layanan kesehatan berbasis IT dan tanpa kertas. Sistem ini sudah diterapkan di sebagian besar Puskesmas di wilayah kabupaten yang dikenal sebagai penghasil mangga terbaik di Indonesia itu.
Sejak 2013, Kabupaten Probolinggo telah meluncurkan sistem layanan Jempol Mancep Layanan Cepet, Cepat Tuntas Tanpa Kertas. Sistem ini merupakan hasil inovasi layanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas Sumber Asih pada 2013 silam. Namun, sekarang, sebagian besar Puskesmas di Kabupaten Probolinggo sudah menerapkan sistem layanan ini.
Secara prinsip, cara kerja sistem ini mirip dengan sistem absensi dengan Finger print. Pasien yang datang tak perlu menunjukkan aneka kartu, tapi cukup dengan menempelkan jempolnya di scanner yang disediakan. Begitu jempol tertempel di scanner, nomor antrean pun akan keluar, dan tinggal menunggu panggilan untuk diperiksa dokter, dan selanjutnya mengambil obat.
Bupati Kabupaten Probolinggo, Hj. Puput Tantriana Sari, SE Selasa (28/2) mengatakan, inovasi layanan ini sangat bermanfaat. Bukan hanya pasien yang diuntungkan, tapi juga para petugas di instalasi-instalasi layanan kesehatan.
“Sebelumnya, kami sering kesulitan karena banyak warga Probolinggo yang mempunyai dua nama atau kadang lebih. Seringkali, nama yang diucapkan pun tak sesuai dengan indentitas (KTP), sehingga menghambat pelayanan kesehatan,” kata Tantriana Sari.
Kepala Puskesmas Sumber Asih, Wahyuningsih, menjelaskan, sistem berbasis teknologi informasi ini sudah terintegrasi dengan banyak data. Hanya dengan meletakan jempol pada finger scan, pasien telah melewati enam proses pelayanan sekaligus, dan semuanya dilakukan tanpa melibatkan selembar kertas pun. “Jadi, loketnya tanpa kertas, status (rekam medik) juga tanpa kertas, tidak ada kertas resep, dan pengelolaan obat tanpa kertas,” kata Wahyuningsih.
Dia menjelaskan, alat yang diperlukan untuk menjalankan layanan ini adalah fingerscan, alat yang biasa dijadikan alat bukti kehadiran oleh instansi atau perusahaan. Hasil pemindaian dari scanner itu kemudian diolah dengan software ‘Simpustronik’. Software simpustronik ini berperan merekam daftar antrean, catatan medik yang pernah dilakukan, mulai dari riwayat kunjungan, data penyakit, jenis obat dan lain-lain. Semua data itu tersimpan dengan aman.
Menurut Wahyuningsih, melalui teknologi ini, siapa yang menempelkan jempolnya terlebih dahulu akan mendapatkan pelayanan lebih awal. Hal ini dimaksudkan supaya pelayanan kesehatan ini dapat terpenuhi dengan jujur, adil, baik yang sudah tua, cacat, atau buta aksara memperoleh kemudahan yang sama.
Shodiq Tjahjono, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo menyebutkan bahwa sistem informasi kesehatan berbasis data simpustronik ini sebenarnya sudah tak asing lagi, khususnya di Provinsi Jawa Timur. Tetapi, Puskesmas Sumber Asih berhasil mengembangkan sistem layanan itu dengan inovasi layanan tanpa kertas atau paperless service.
Mempermudah Untuk mengaplikasikan inovasi ini sangatlah mudah. Setelah pasien mendaftar dengan jempolnya, ia akan mendapat panggilan elektronik untuk ketempat layanan. Pasien hanya perlu menceritakan keluhan sakitnya saat itu, tidak harus menyampaikan riwayat penyakitnya karena rekam medisnya sudah ada dalam server yang bisa dibaca oleh petugas medis.
Setelah mendapatkan layanan dari petugas kesehatan, semua data tentang diagnosa maupun pengobatan akan dicatat dalam komputer yang terhubung dengan server penyimpan data. Dengan demikian, bila pasien itu perlu dirujuk pada pelayanan lain, dia juga tak perlu membawa kertas. Petugas di instalasi pelayanan lanjutan tinggal membuka data yang ada di komputer.
Begitu pula saat pengambilan obat, pasien cukup datang ke loket apotek saja dan menunggu panggilan. Hal itu untuk mencegah kesalahan pemberian obat karena seringkali tulisan dokter sulit dibaca. Cara ini juga dianggap aman karena, menurut pengalaman, banyak kertas resep yang rusak saat dipegang oleh pasien. “Sekarang ini, sudah 20 Puskesmas dari 33 Puskesmas yang ada di Kabupaten Probolinggo, yang menggunakan sistem layanan ini,” kata dia.
Program replikasi ini terus dilakukan dan dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Probolinggo. Alokasi penggunaan anggaran Puskesmas pun, diberikan untuk untuk mempercepat replikasi inovasi ini. Tak hanya itu, Dinas kesehatan juga memberikan pelatihan pelatihan bagi petugas simpustronik untuk meningkatkan kualitas pelayanan Jempol Mancep tersebut. [wap]

Tags: