Dinkes Kabupaten Probolinggo Gelar Orientasi Pergerakan Remaja Cegah Anemia

Orientasi pergerakan remaja dalam mencegah anemia.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kab Probolinggo, Bhirawa.
Dalam rangka menyemarakkan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-58 tahun 2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo menggelar orientasi pergerakan remaja dalam mencegah anemia pada remaja putri di Auditorium Madakaripura Kantor Bupati Probolinggo.

Kegiatan ini diikuti oleh 320 orang terdiri dari 232 murid SMP, MTs, SMA, MA dan SMK, 10 orang Duta Kesehatan Remaja, 58 orang guru pendamping serta Dinkes Kabupaten Probolinggo, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Kementerian Agama (Kemenag) serta organisasi profesi (Persagi dan Patelki).

Selama kegiatan mereka mendapatkan materi pendidikan gizi dan pencegahan anemia pada remaja putri oleh Lab Gizi Surabaya, kesehatan reproduksi bagi remaja oleh Dokter Spesialis Obstetri Gynaecoloy dari Kabupaten Probolinggo serta implementasi Aksi Bergizi di sekolah oleh Dinkes Kabupaten Probolinggo.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Probolinggo Sri Wahyu Utami, Rabu (30/11) mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan remaja putri di Kabupaten Probolinggo.

“Remaja putri memahami tentang pendidikan gizi dan kesehatan, manfaat minum tablet tambah darah, mau minum tablet tambah darah serta adanya dukungan dari fihak sekolah tentang gerakan minun TTD (Tablet Tambah Darah) bagi remaja putri,” ungkapnya.

Sementara Sekretaris Dinkes Kabupaten Probolinggo Mujoko mengatakan anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita, remaja, ibu hamil sampai usia lanjut.

“Anemia pada remaja putri (rematri) akan berdampak pada kesehatan dan prestasi di sekolah dan nantinya akan berisiko anemia saat menjadi ibu hamil yang dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin yang tidak optimal serta berpotensi menyebabkan komplikasi kehamilan dan persalinan serta kematian ibu dan anak,” katanya.

Mujoko menerangkan program suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri dimulai sejak tahun 2014 dan saat ini menjadi salah satu intervensi spesifik dalam upaya penurunan stunting. Pada masa pandemi Covid-19, pemberian TTD pada remaja putri tetap dilakukan dengan tetap memperhatikan sosial distancing. Untuk itu perlu dibuatkan pedoman yang akan menjadi acuan bagi tenaga kesehatan di lapangan dalam memberikan TTD pada masa pandemi Covid-19.

“Kondisi kekurangan sel darah merah di dalam tubuh atau yang dikenal dengan anemia bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak remaja. Namun, dibandingkan remaja putra, remaja putri berisiko lebih tinggi mengalami anemia. Salah satu alasannya karena remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya,” jelasnya.

Menurut Mujoko, menstruasi bulanan menyebabkan para remaja putri mudah mengalami anemia. Yaitu kondisi dimana sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari biasanya. Sehingga membuat tubuh lebih mudah lemas dan mudah untuk pingsan.

“Tidak berhenti sampai disitu, dampak anemia juga menyebabkan para remaja putri mengalami berbagai kondisi seperti penurunan imunitas sehingga lebih rentan terpapar berbagai penyakit infeksi, penurunan konsentrasi belajar di kelas, penurunan prestasi di sekolah dan penurunan kebugaran dan produktivitas kerja,” terangnya.

Melihat kondisi demikian terang Mujoko, maka upaya pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) menjadi penting untuk diberikan untuk remaja putri dalam proses pertumbuhannya. Selain untuk meminimalisir potensi anemia yang berakibat terhadap kesehatan dan prestasi di sekolah, pemberian tablet tambah darah juga untuk mempersiapkan kesehatan remaja putri pada saat sebelum menjadi seorang ibu. Pemberian TTD pada remaja putri ini untuk mencegah ibu nantinya melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat badan lahir rendah (BBLR).
.
“Untuk mengetahui kondisi remaja putri anemia atau tidak, diperlukan skrining secara menyeluruh terhadap remaja putri melalui pemeriksaan Hemoglobin (Hb). Oleh karena itu untuk mendukung kegiatan tersebut diperlukan pemahaman yang menyeluruh oleh semua pihak. Yakni, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, lembaga sekolah dan orang tua, sehingga semua remaja putri di Kabupaten Probolinggo minum tablet tambah darah 1 tablet 1 minggu,” tuturnya.

Selain itu Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo menggelar investigasi dan audit kasus Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Ombas Café Probolinggo, selama tiga hari. Kegiatan yang dibuka oleh Sekretaris Dinkes Kabupaten Probolinggo Mujoko ini diikuti oleh 66 orang yang terdiri dari 33 orang dokter puskesmas dan 33 Koordinator Imunisasi Puskesmas se-Kabupaten Probolinggo.

Selama kegiatan mereka mendapatkan materi kasus-kasus KIPI dari paparan puskesmas serta pencegahan dan penanggulangan KIPI oleh narasumber terdiri dari dr. Catur Prangga Wadana, Sp.A, M.Kes, dr. Made Suderata, Sp. A dan dr. Muhammad Reza, M.Biomed, Sp.A (K).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Dewi Vironica, Rabu (30/11) mengungkapkan kegiatan ini bertujuan untuk melakukan investigasi dan audit kasus KIPI yang terjadi. “Selain itu, memberikan informasi tentang tata laksana kasus KIPI serta meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta dalam pencegahan dan penanggulangan KIPI pada program inmunisasi,” ungkapnya.

Lebih lanjut Sekretaris Dinkes Kabupaten Probolinggo Mujoko mengatakan imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular dengan memberikan perlindungan kepada individu dan komunitas dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). “Imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,” katanya.

Mujoko menjelaskan imunisasi rutin terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan. Imunisasi dasar pada bayi meliputi Hepatitis B, BCG, Polio Tetes (OPV), DPT-HB-Hib, IPV, Campak/MR. Imunisasi lanjutan antara lain baduta, BIAS dan WUS. Imunisasi anak bawah dua tahun diberikan DPT-HB-Hib, Campak/MR. Imunisasi anak sekolah diberikan Campak/MR, DT, Td. Sedangkan imunisasi pada WUS yaitu diberikan Td.[wap.ca]

Tags: