Dinkes Kabupaten Probolinggo Latih Tukang Sanitasi Jamban Hemat Air

Dinkes latih tukang sanitasi jamban hemat air. [wiwit agus pribadi/bhirawa]

(Capaian Akses Sanitasi Baru 70 Persen)

Kabupaten Probolinggo, Bhirawa
Sebagai upaya meningkatkan kualitas akses sanitasi masyarakat menuju desa ODF (Open Defecation Free), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo bekerja sama dengan SATO (Smart Fresh Toilets) memberikan pelatihan tukang sanitasi jamban hemat air di Desa Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih. Capaian akses sanitasi di kabupaten Probolinggo sendiri baru 70 persen. Hal ini diungkapkan Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Anang Budi Yoelijanto melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Sri Patmiati Kamis 14/11.
Pelatihan tukang jamban hemat air ini diikuti oleh sanitarian puskesmas, wira usaha sanitasi dan perwakilan HAKLI Kabupaten Probolinggo. Sebagai narasumber berasal dari Dinkes Kabupaten Probolinggo serta perwakilan SATO. kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BAB (Buang Air Besar) di sembarang tempat, meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat hemat air dan meningkatkan kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat, katanya.
“Melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan melalui peran aktif dan kesadaran masyarakat untuk berperilaku BAB (Buang Air Besar) di jamban,” harap Kasi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinkes Kabupaten Probolinggo Sumaryanto.
Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Anang Budi Yoelijanto melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Sri Patmiati mengungkapkan capaian akses sanitasi di Kabupaten Probolinggo sampai saat ini baru mencapai 70%. Hal ini tentunya masih jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, khususnya sektor sanitasi untuk mencapai akses 100% (akses universal).
“Kebiasaan buang air besar sembarangan pada masyarakat Kabupaten Probolinggo masih dilakukan oleh sebagian penduduk. Kebiasaan tersebut tidak hanya karena kurangnya kesadaran akan kebutuhan sanitasi, namun juga dikarenakan keterbatasan pilihan teknologi dan sarana sanitasi yang tersedia di tingkat lokal,” katanya.
Di sisi lain jelas Sri Patmiati, isu terbuangnya air setelah menyiram closet menjadi isu penting dan berpotensi menjadi hambatan program sanitasi di wilayah tertentu, seperti halnya di Desa Gili Ketapang yang masuk wilayah kerja Puskesmas Sumberasih Kecamatan Sumberasih yang merupakan kepulauan dan saat ini mulai berkembang menjadi daerah destinasi wisata tentunya perlu dukungan dalam hal sanitasi aman.
“Sehubungan dengan kondisi wilayah tersebut, kami melalui Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat berusaha meningkatkan akses dan kualitas sanitasi lingkungan di wilayah Desa Gili Ketapang,” jelasnya.
Menurut Sri Patmiati, hal itu dilakukan dengan memfasilitasi untuk terbangunnya aksi kolektif masyarakat bekerja sama dengan SATO LIXIL (Link to Good Living) dalam pelatihan tukang sanitasi jamban hemat air sebagai pihak yang memberikan donasi 25 closet SATO untuk toilet sehat terjangkau dan hemat air sekaligus memberikan asistensi langsung kepada masyarakat dalam pemasangan SATO Toilet.
Lebih lanjut dr, Anang menegaskan angka stunting di Kabupaten Probolinggo masih tinggi dan menjadi PR Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo. Melalui Dinas Perumahan Kawasan dan Permukiman Kabupaten Probolinggo, tahun depan dialokasikan anggaran untuk Rp 17,7 miliar untuk pembangunan sanitasi.
Kepala Dinas Perumahan Kawasan dan Permukiman Kabupaten Probolinggo, Prijono mengatakan, pihaknya memiliki tugas meningkatkan kualitas permukiman yang layak huni. Termasuk menekan angka stunting melalu pembangunan sanitasi. “Sanitasi juga salah satu upaya menciptakan pola hidup yang bersih dan sehat. Tiap tahun, ada pembangunan sanitasi di perkotaan dan perdesaan,” paparnya.
Prijono menjelaskan, tiap tahun bangun IPAL komunal sekala besar bisa untuk 200 saluran rumah. Tahun ini di Kelurahan Semampir Krakasan dan tahun depan Kelurahan Sidomukti Kraksaan. Sejak 2016 di desa-desa, septictank komunal bisa digunakan 5 sampai 10 rumah. Menyesuaikan lokasi rumah rumah. Tahun ini di Kelurahan Semampir 150-an sambungan rumah. Di desa-desa ada 300 sambungan rumah, terangnya.
Disinggung soal rencana tahun depan? Prijono menjelaskan, telah dialokasikan anggaran jumbo melalui dinasnya. Nilainya memang sekitar Rp 17,7 miliar. Alokasi kegiatan yang butuh anggaran besar di desa desa. Tahun depan rencana sanitasi di 28 desa 1.180 sambungan rumah dan kelurahan Sidomukti 100 sambungan rumah, tururnya.
Dengan adanya pembangunan sanitasi, lanjut Prijono, diharapkan bisa menciptakan pola hidup yang bersih dan sehat pada masyarakat. Karena dengan adanya sanitasi itu, masyarakat diharapkan tidak lagi buang air besar di sungai atau tempat sembarangan. Proses untuk menekan angka stunting memang lama. Karena butuh kesadaran hidup sehat dari masyarakat, tambahnya.(Wap)

Tags: