Dinkes Perkuat Program 1000 Hari Pendampingan

Dinkes surabayaSurabaya, Bhirawa
Dinkes Surabaya terus mengawal kesehatan ibu  dengan memperkuat program 1000 Hari Pendampingan Ibu Hamil. Dengan melakukan pengawalan 1.000 hari pendampingan bagi ibu hamil, Dinkes yakin kesehatan ibu dan anak akan meningkat.
Kepala Dinkes Surabaya, Febria Rahmanita mengaku, program 1000 hari pendampingan merupakan program baru Pemkot Surabaya tahun 2016. Pemkot Surabaya terus berupaya berinovasi dalam menggagas produk kebijakan untuk kepentingan masyarakat. Mengawali tahun 2016 ini, Pemkot Surabaya memiliki program 1.000 hari pendampingan bagi ibu hamil.
Dikatakannya, dalam program 1000 pendampingan ibu hamil, semua ibu hamil akan didampingi oleh para ahli yang telah berpengalaman di bidangnya. Dinkes akan menggandeng beberapa instansi terkait, seperti Fakultas Kedokteran Unair Surabaya dan lain sebagainya. Selain itu beberapa tenaga kesehatan lainnya di Surabaya turut berperan serta dalam program 100 hari kelahiran.
Menurutnya, pendampingan 100 hari kelahiran akan dilakukan pendampingan berupa observasi perkembangan janin, ibu melahirkan hingga  pemeriksaan rutin kesehatan ibu dan bayi. “Jika kami menemukan ada ibu hamil yang mengalami Resti (Resiko tinggi), kami memiliki rumah tunggu kelahiran,” jelasnya.
Dia menegaskan, Lokasi Rumah Tunggu Kelahiran disiapkan dekat rumah sakit atau puskesmas rawat-inap. Ini dilakukan supaya ibu hamil yang mengalami kondisi Resti bisa diawasi dokter-dokter spesialis. Rumah Tunggu Kelahiran tersebut, sambung dia, dilengkapi dengan fasilitas kesehatan lengkap.
“Ada beberapa Rumah Sakit di lima wilayah di Surabaya yang telah kami tunjuk,” jelasnya.
Sementara itu Penanggung jawab program  Gerakan Peduli Ibu Hamil dan Anak Sehat (Geliat) Unair  Nyoman Anita Damayanti mengaku, tingginya kasus kematian ibu saat melahirkan mendapatkan perhatian serius para pemangku kebijakan.
Merespons kondisi tersebut, Universitas Airlangga (Unair), bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Jatim, Dinas Kesehatan Surabaya, dengan didukung Unicef, memrakarsai program Gerakan Peduli Ibu Hamil dan Anak Sehat (Geliat) Unair.
Menurutnya, konsep gotong royong berbagai unsur dalam upaya menekan angka kematian ibu dan bayi. Menurut Nyoman, dalam program tersebut, Unair mengundang para sukarelawan dari kalangan mahasiswa untuk menjadi agen-agen pendamping ibu hamil.
“Kami menjalankan program ini mencakup enam Puskesmas di empat kecamatan. Dengan catatan positif yang kami dapat, program ini tidak menutup kemungkinan akan diperluas,” ujar Nyoman. [dna]

Tags: