Dinkes Situbondo Beri Pengobatan Gratis

Beberapa pasien penderita kusta menjalani pemeriksaan awal dari tim medis Rumah Sakit Kusta Sumber Glagah Mojokerto, di halaman Kantor Dinkes Situbondo, Jumat pagi (24/2). (sawawi/bhirawa)

(Peringati Hari Jadi Kusta Sedunia Tahun 2017)
Situbondo, Bhirawa
Guna untuk ikut memeriahkan peringatan hari kusta sedunia tahun 2017, jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Situbondo menggelar sejumlah rangkaian acara kemanusiaan Jumat (24/2). Salah satu di antaranya menggelar pemeriksaan hingga pengobatan gratis kepada sejumlah penderita penyakit kusta yang tersebar di Situbondo. Tak hanya itu, para penderita juga akan dilakukan bedah operasi (rekontruksi) di Rumah Sakit Penyakit Kusata Sumber Glagah Mojokerto jika kondisi pasien sudah memasuki kritis.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, Abu Bakar Abdi, pada peringatan hari jadi Kusta  sedunia tahun 2017 ini lembaganya mengangkat tema ‘Temukan diri tak ada  cacat, tak ada stigma dan jadikan keluarga sebagai pionir dalam pencegahan penyakit’.
Dalam peringatan kegiatan tersebut hadir diantaranya seluruh Kepala Puskesmas, para bidan, dokter serta seluruh karyawan Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo. “Kami sengaja menggelar acara kusta sedunia sebagai bentuk rasa empati. Semua penderita penyakit kusta kami kumpulkan untuk diberi semangat,” ujar Abu Bakar Abdi.
Mantan Sekretaris Dinkes Situbondo itu menambahkan, sebagian dari pasien penderita kusta dilakukan rekontruksi bekerjasama dengan Rumah Sakit Kusta Sumber Glagah Mojokerto. Terutama, lanjut Abu Bakar, jika ada pasien yang dibagiam tangan, kaki dan wajah yang mulai cacat untuk disempurnakan atau direhabilitasi.
“Jumlahnya sekarang menurun dari semula 600 sudah menjadi 20 orang tiap Kecamatan. Kusta ini brandingnya ada di Puskesmas Panji dengan cara membentuk forum, pencarian kusta baru serta antisipasi supaya tidak semakin parah,” papar Abu Bakar.
Masih kata Abu Bakar, khusus tanda tanda penyakit kusta yang notabene menular itu, biasanya diawali dengan gangguan kulit dimuka, mati rasa dibagian tangan serta kesulitan untuk berbicara. Sedankan untuk penyebaran penyakitnya, lanjut Abu Bakar dipicu oleh kotoran, lingkungan kandang sapi dan kebersihan air yang jelek.
“Kegiatan ini merupakan hasil kemitraan dengan RSK Sumber Glagah dengan daerah yang endemis kustanya tingi, seperti Situbondo,” ujar Abu Bakar dengan didampingi Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (PPP) Edi Suprapto.
Abu Bakar menambahkan, untuk mendekatkan pelayanan bagi pasien yang mengalami luka tangan (kontraktur) dan cacat maka  akan diperiksa dan dibedah (rekonstruksi). Selanjutnya, urai Abu Bakar, jika penderita  butuh kaki palsu dan tangan palsu akan segera diukur dan selanjutnya akan dikirm kepada penderita.
“Program ini berjalan secara berkelanjutan dan hingga saat ini sudah 6 kali kunjungan. Sejak awal kami memberi pertolongan untuk meringankan biaya. Yang jelas kami menghapus stigma bahwa penderita kusta itu tidak perlu diasingkan. Sebaliknya mari kita rangkul secara baik,” papar Abu Bakar.
Ada strategi pencegahan agar penyakit ini tidak meluas, ulas Abu Bakar, diantaranya dengan menemukan sejak dini untuk diobati sampai tuntas sehingga tidak menular kepada kerabat atau warga yang sehat. Selain itu, kata dia, agar rutin melakukan kontraksi rumah, minimal para anggota keluarga penderita diperiksa dan segera diberikan pengobatan. “Saya yakin masih banyak penderita yang belum ditemukan. Sebab banyak penderita yang malu dan diasingkan oleh keluarganya,” pungkas mantan Kasi Farmasi Dinkes Kabupaten Situbondo itu. [awi]

Tags: