Dinsos Jatim Hadirkan Gelar Karya Disabilitas di Jatim Fair 2019

Pemprov, Bhirawa
Dalam Jatim Fair Tahun 2019, Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur menampilkan Gelar Kreatifitas Disabilitas Menuju Nawa Bhakti Satya Jatim Sejahtera. Keikutsertaan Dinsos Jatim dalam pameran terbesar di Indoensia Timur ini untuk mengangkat derajat para penyandang disabilitas.
Karya kreatifitas yang dihasilkan penyandang disabilitas sebenarnya juga tidak kalah bagus kualitasnya dibanding karya yang diciptakan masyarakat ‘normal’. Terbukti, karya kreatifitas para difabel ini banyak menarik perhatian pengunjung.
Karya kreatifitas penyandang disabilitas yang dihadirkan seperti bordir, jahit, batik jumput, keset, lukis. Lebih menariknya lagi, tak hanya menjual hasil karya, Dinsos Jatim juga mengundang langsung penyandang disabilitas untuk membuat karya kreatifitasnya di stan tersebut.
Begitupula dengan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa maupun Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak berkesempatan untuk melihat karya penyandang disabilitas dan berfotobersama dengan mereka.
Selain memamerkan hasil karya penyandang disabilitas, Dinsos Jatim juga membuka stan khusus untuk pijat yang pemijatnya adalah penyandang tuna netra. Stan ini sangat ramai bahkan orang-orang harus antri untuk mendapatkan pijatan penyandang tuna netra yang sudah terlatih.
Dalam pameran kali ini, Dinas Sosial Jatim membawa sebanyak 60 penyandang disabilitas. Sebelum pameran, mereka juga disegarkan dengan berwisata di Kota Surabaya diantaranya mengunjungi beberapa museum.
“Dengan hadirnya mereka (penyandang disabilitas, red), kami ingin mengangkat keperdayaan diri mereka bahwa sebenarnya hasil karya mereka tidak kalah dengan yang lainnya. Kami ingin membuktikan bahwa dikeramaian mereka bisa diterima masyarakat. Begitu pula dengan hasil karyanya diterima dan dihargai masyarakat,” kata Kepala Dinsos Jatim Dr Sukesi Apt MARS.
Ia juga menyampaikan, kalau tujuan mengundang penyandang disabilitas ini adalah agar masyarakat tahu dan sadar jika ada orang-orang yang kurang beruntung yang perlu uluran tangan. “Uluran tangan disini bukan berarti memberikan bantuan secara materi, tapi lebih pada dukungan dan kesempatan yang sama dengan orang pada umumnya,” katanya.
Jika bantuan hanya sebatas materi seperti uang, makanan, minuman dan pakaian akan habis. Tapi jika bantuan itu berupa pekerjaan, pendidikan dan pelatihan keterampilan jauh lebih bermanfaat bagi penyandang disabilitas. Sebab kedepannya mareka akan bisa lebih mandiri, tidak selalu bergantung pada orang lain.
Ia mengatakan, kepedulian dan bantuan masyarakat diperlukan untuk membantu pemerintah dalam membina dan mendidik para penyandang disabilitas di Jatim. “Kami sangat membutuhkan masyarakat untuk bersama-sama membina kaum disabilitas. Kemampuan pemerintah masih terbatas dan belum optimal, karena penyandang disabilitas di Jatim sangat banyak,” ujarnya.

Pemprov Berkomitmen Bina dan Didik Disabilitas
Pemprov Jatim telah berkomitmen dalam membina dan mendidik penyandang disabilitas. Salah satunya dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Provinsi Jatim Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pelayanan bagi Penyandang Disabilitas. Tujuannya untuk melindungi hak konstitusional para penyandang disabilitas.
Kepala Dinas Sosial Jatim, Sukesi mengatakan, Dinsos Jatim memiliki UPT-UPT yang memberikan perhatian khusus pada penyandang disabilitas. Di antaranya, UPT Rehabilitasi Sosial Bina Netra di Malang, UPT Rehabilitasi Sosial Bina Daksa di Pasuruan, UPT Rehabilitasi Sosial Bina Rungu Wicara di Pasuruan, dan UPT Rehabilitasi Sosial Bina Grahita di Tuban.
Untuk meningkatkan keterampilan para disabilitas ini, lanjutnya, Dinsos Jatim bekerjasama dengan pengrajin bordil “Kami juga menggandeng perusahaan-perusahaan untuk mau melatihnya. Seperti di Bangil, Pasuruan banyak perusahaan bordir. Mereka dilatih disana, setelah selesai mereka pulang ke panti,” katanya.
Meski begitu, Sukesi mengakui masih banyak perusahaan yang tidak mau menggunakan tenaga penyandang disabilitas dengan berbagai alasan. “Kita sadar penyandang disabilitas memiliki keterbatasan. Tapi jika dibina pasti hasil karyanya sangat baik. Buktinya, banyak masyarakat yang suka dan membeli karya difabel ini,” tandasnya.
Sukesi juga mengatakan, pemerintah masih memiliki keterbatasan untuk menangani seluruh penyandang disabilitas di Jatim. Untuk itu, ia mengajak seluruh lapisan masyarakat ikut peduli dan berpartisipasi secara aktif dalam membina dan mendidik para penyandang disabilitas.
“Belum seluruh penyandang disabilitas sudah tertangani, kami sangat membutuhkan bantuan masyarakat dan seluruh pihak agar dapat membantu mereka,” ujarnya.

Karya Difabel Binaan Dinsos Jatim Diminati Pengunjung
Ketiga kalinya dalam Pameran Jatim Fair, Dinas Sosial Provinsi memanfaatkannya untuk memamerkan hasil karya kreatif difabel binaannya. Berbagai jenis karya seperti bordir, jahit, batik jumput, keset, tenun, dan lukis yang mampu menyedot perhatian pengunjung. Banyak juga yang membelinya karyanya difabel tersebut
Dalam pameran, Dinsos Jatim juga menghadirkan penyandang disabilitas yang sudah mandiri, diantaranya Muhammad Amanatullah asal Gresik yang merupakan pelukis handal dan pernah pentas di luar negeri. Ia juga bergabung dengan Association Of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA) yang berpusat di Swiss.
Selain itu, ada Ahmad Rizky Fauzi kelahiran Banyuwangi yang memiliki kepandaian menggambar. Bakat gambarnya diketahui sebelum sekolah, dimana Rizky seringkali mencoret dinding dengan pensil warna. Saat menggambar, Rizky mengatupkan kedua tangannya. Keahlian Rizky adalah menggambar atau melukis sketsa wajah atau mural.
Kemudian Mutaqbilal juga dari Banyuwangi yang juga seniman pemahat kepala Barong. Berawal dari hobinya terhadap seni barong, sehingga saat ini ia juga seringkali mengikuti seni pertunjukan yang berkaitan dengan seni Barong.
Sementara Nanang, penyandang tuna netra yang memilih untuk masuk ke UPT Rehabilitasi Sosial Bina Netra di Malang pada 2016. Ia mengaku banyak belajar di panti tersebut dan memilih belajar memijat. Hasil pijatannya juga diakui pengunjung yang ada di stan pameran Dinas Sosial Jatim. Ia berharap kelak jika sudah lulus bisa membuka pijat di rumahnya.
Seperti Kusnan, salah satu warga Surabaya merasakan enaknya dipijat penyandang disabilitas tersebut. “Kaki dan punggung saya terasa enak ketika sudah dipijat. Mereka (penyandang disabilitas) benar-benar tahu titik-titik pijatnya. Saya juga mengapresiasi Dinas Sosial yang mampu memberikan ketrampilan seperti itu,” ujarnya.

12 Oktober, Mitra Netra Band Siap Ramaikan Panggung Musik
Dalam pameran Jatim Fair 2019 ini, Mitra Netra Band yang merupakan binaan dari UPT Rehabilitasi Sosial Bina Netra di Malang siap didatangkan untuk menghibur pengunjung pada tanggal 12 Oktober 2019, tepatnya di hari Sabtu.
Band tersebut dijadwalkan akan manggung di panggung indoor dan panggung outdoor. Dipanggung indoor di lantai III Grand City Conventional Hall pada pukul 15.00 Wib, dan malam harinya pukul 19.00 Wib di panggung utama di halaman Grand City Conventional Hall.
Dibalik keterbatasan, personil band ini, mereka ternyata mampu bermain musik dengan baik.
Menurut Kepala Dinas Sosial Jatim, Sukesi menyampaikan, pemain band Mitra Netra rata-rata berusia 20 tahunan, dan mereka mempersiapkan dengan seringkali latihan. “Harus telaten dan memberikan semangat serta motivasi pada mereka,” ujarnya.
Namun, Ilonka masih belum menginformasikan lagu apa saja yang dibawakan. “Silahkan datang langsung untuk mengetahui lagu apa saja yang dibawakan. Tentunya akan menarik sekali,” katanya.  [rac*]

Tags: