Dinsos Situbondo Kirim 1.250 Anak SD Ikuti Tetira

Sejumlah siswa SD asal Kabupaten Situbondo saat diberangkatkan pada kegiatan program tetirah di Malang. [sawawi]

Situbondo, Bhirawa
Selama delapan tahun (2010-2018), Bidang Rehabilitasi Dinas Sosial Kabupaten Situbondo, selalu rutin mengirim ribuan anak Sekolah Dasar (SD) berkebutuhan khsusus ke PSPA (Pelayanan Sosial Petirahan Anak) UPT UPT Bima Sakti, Malang.
Hingga saat ini sudah ada sedikitnya 1.250 anak SD berhasil mengikuti program tersebut di Malang. Anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah SD tersebut memerlukan pendidikan khusus, karena memiliki berbagai latar belakang permasalahan sosial.
Secara umum, anak-anak pendidikan dasar tersebut biasanya selalu nakal di sekolah, terlalu aktif maupun sebaliknya pemalu. Ada juga anak SD yang diketahui memiliki IQ rendah sehingga harus mendapatkan pendidikan khusus selama 25 hari selama mengikuti tetirah di Malang. Program ini dinilai Dinas Sosial Kabupaten Situbondo sebagai sarana yang bagus untuk mengembalikan kepercayaan diri para siswa SD di Kota Santri Situbondo sehingga setiap tahun selalu rutin di programkan.
Menurut Kepala Dinas Sosial Kabupaten Situbondo Lutfi JP, ada perubahan luar biasa setelah anak-anak SD itu mengikuti Pelayanan Sosial Petirahan Anak (PSPA) di Malang. Anak-anak yang sebelumnya nakal, langsung berubah total menjadi paling rajin setiap ada kegiatan maupun pembelajaran di sekolah.
“Tak hanya di sekolah, perilaku kesehariannya saat berada di rumah juga ikut berubah. Ini dampak positif dari anak SD yang mengikuti tetirah di Malang,” ucap Lutfi JP.
Selama ada di PSPA UTP Bima Sakti Malang, lanjut mantan Kadishub Kabupaten Situbondo itu, selalu disiapkan berbagai fasilitas pendukung sesuai kebutuhan anak-anak SD. Setelah mengikuti pendidikan khusus di Malang, paparnya, biasanya masih dilakukan pemantauan selama tiga bulan. Berdasarkan monitoring di lapangan, kupas mantan Kepala BKPSDM Situbondo itu, ada tiga orang anak peserta PSPA tahun 2017 memiliki kemampuan IQ rendah. “Namun setelah mengikuti pendidikan khusus kini mereka berubah meningkat 45 persen tingkat kecerdasannya,” urai Lutfi.
Sementara itu, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Muhammad Syawal mengaku, ada beberapa faktor menyebabkan anak-anak tersebut memiliki kelainan, mulai masalah keluarga, ekonomi maupun pembawaan genetik sejak lahir.
Untuk syarat anak siswa SD bisa mengikuti PSPA Bima Sakti Malang, sebut Syawal, diantaranya harus mendapatkan persetujuan keluarga dan guru serta siswa masih duduk di bangku kelas IV, V dan VI SD.
“Mereka (siswa SD, red) mengikuti PSPA selama 25 hari dengan didampingi tiga orang guru dari Kabupaten Situbondo,” ungkap Syawal.
Untuk pengiriman anak-anak SD berkebutuhan khsusus tersebut ke Malang ini, terang Syawal, sudah dilakukan sejak 2010 silam. Setiap tahunnya, Kabupaten Situbondo mengirimkan 150 anak dengan dibagi menjadi tiga angkatan. Angkatan pertama, sebut Syawal, diberagkatkan pada bulan April; angkatan kedua bulan Agustus dan angkatan ketiga berangkat pada bulan November.
“Masing masing angkatan diikuti sebanyak 50 siswa SD,” pungkas Muhammad Syawal. [awi]

Tags: