Dipicu Gula, Inflasi Jatim Naik 0,14%

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Diperkirakan pada jelang puasa nantinya akan ada sedikit kenaikan inflasi, diantaranya ada  beberapa barang penyumbang inflasi terbesar adalah sandang atau pakaian. Selain itu, inflasi juga disebabkan perhiasan emas dan berlian, juga gula.
“Sepertinya saat ini masyarakat sudah mulai belanja baju sehingga inflasi untuk pakaian termasuk tinggi,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono usai menyampaikan rilis BPS, dikantornya, Rabu (1/6).
Pada Mei 2016, Jatim ternyata mengalami inflasi sebesar 0,14 persen atau lebih kecil dibandingkan inflasi secara nasional yang saat ini mencapai 0,24 persen. persentase inflasi itu di Jatim sangat kecil.  “Bahkan, inflasi jelang puasa kali ini sepertiga lebih kecil dibandingkan inflasi jelang puasa tahun lalu yang mencapai 0,41 persen,” katanya.
Menurutnya, inflasi yang terjadi jelang puasa kali ini juga yang terkecil sepanjang lima tahun terakhir. Jelang puasa tahun 2012 misalnya, inflasi terjadi sebesar 0,58 persen; kemudian jelang puasa tahun 2013 inflasi sebesar 0,68 psersen; dan pada tahun 2014 sebesar 0,21 persen.
Dengan kecilnya inflasi, maka masyarakat Jawa Timur tidak perlu kawatir akan melambungnya harga khususnya kebutuhan pokok jelang puasa. “Meski inflasi kali ini kecil, namun beberapa barang penyumbang inflasi hampir sama seperti tahun-tahun sebelumnya,”katanya.
Dijelaskannya, dari delapan kota IHK di Jawa Timur, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sumenep sebesar 0,31 persen, diikuti Kabupaten Jember, Kota Malang, dan Kota Probolinggo masing-masing sebesar 0,15 persen, Kota Surabaya sebesar 0,13 persen, Kabupaten Banyuwangi dan Kota Kediri masing-masing sebesar 0,12 persen, dan inflasi terendah terjadi di Kota Madiun sebesar 0,06 persen.
Dari tujuh kelompok pengeluaran, lima kelompok pengeluaran mengalami inflasi dan dua kelompok pengeluaran mengalami deflasi. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok sandang sebesar 0,94 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,60 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,55 persen, kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,21 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,10 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,47 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,02 persen.
Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi adalah gula pasir, emas perhiasan, angkutan udara, wortel, telur ayam ras, nasi dengan lauk, minyak goreng, jamu, apel, dan tukang bukan mandor.
Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah tomat sayur, cabai rawit, semen, beras, bayam, tarif listrik, melon, cabai merah, kangkung dan kacang panjang.
Laju inflasi tahun kalender (Mei 2016 terhadap Desember 2015) Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,48 persen, angka ini lebih rendah dibanding tahun kalender Mei 2015 yang mengalami inflasi sebesar 0,78 persen. Inflasi year-on-year (Mei 2016 terhadap Mei 2015) Jawa Timur sebesar 2,77 persen, angka ini lebih rendah dibanding inflasi year-on-year bulan Mei 2015 sebesar 6,69 persen. [rac]

Rate this article!
Tags: