Dirancang Secara Realtime, Buat Aplikasi Detektor Animal

Permudah Siswa Memahami dan Mengetahui Jenis Hewan
Surabaya, Bhirawa
Media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk menarik perhatian siswa. Tak hanya itu, melalui media pembelajaran siswa diharapkan bisa memahami materi secara visual. Maka Mahasiswa Teknik Informatika Universitas 17 Agustus 1945 (Utag 45) Surabaya, Syahvril Aditya.
Mahasiswa yang akan di wisuda pada 27 Maret mendatang ini membuat inovasi media pembelajaran Animal Detector. Yakni sebuah aplikasi dalam mengenalkan berbagai jenis dan pengetahuan tentang hewan.
Menurut Syahvril, aplikasi Animal Detector ini menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) berbasis android, tujuanya untuk mempermudah dalam mengedukasi siswa SD, dengan rentang usia 8 hingga 12 tahun, untuk mengenalkan berbagai jenis dan pengetahuan tentang hewan di Indonesia.
“Selama ini belajar mengenai pengenalan hewan di sekolah hanya dapat dipelajari melalui buku saja, jadi membosankan. Karenanya saya mencoba membuat aplikasi pengenalan macam – macam hewan agar membuat anak – anak tertarik belajar mengenai hewan – hewan,” terang Syahvril yang hobi bermain musik ini.
Untuk bisa menggunakan aplikasi ini, Syahvril menjelaskan, pengguna cukup men-download dan menginstall aplikasi pada smartphone-nya. Untuk mendeteksi suatu hewan, pengguna hanya perlu mengarahkan kamera atau scan pada objek hewan.
“Aplikasi akan memberikan informasi nama dan jenis hewan yang diminta pengguna. Keterangan masing – masing hewan, saya buat sendiri narasinya. Namun untuk voice saya menggunakan support dari google assisten, kemudian download dan program,” papar mahasiswa asli Surabaya itu.
Lebih lanjut, Syahvril menjelaskan, penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) dapat mempermudah dalam pengenalan berbagai macam jenis hewan dengan cara menggunakan algoritma Convolutional Neural Network. Selain itu, aplikasi juga dirancang secara realtime.
Hingga saat ini, Syahvril telah melakukan training dataset dengan 15 gambar hewan yakni singa, beruang, jerapah, burung merak, burung hantu, koala, kuda, Komodo, kelinci, gajah, harimau, orang utan, kudanil, kanguru dan badak.
“Masing – masing data membutuhkan hampir seribu foto untuk bisa terdeteksi secara realtime,” imbuhnya.
Sulung dari empat bersaudara ini mengaku dapat membuat aplikasi pengenalan benda mati bukan hanya benda hidup seperti yang dilakukan pada penelitian kali ini. Semisal pada bangunan A nanti aplikasi dapat membantu menjelaskan sejarah bangunan itu.
Syahvril berharap, karyanya dapat mengedukasi secara positif untuk generasi penerus terutama untuk siswa SD yang merasa jenuh dengan pembelajaran Daring.
“Harapannya bisa dipakai untuk pembelajaran, pengennya memang bisa bekerjasama dengan sekolah – sekolah sehingga bermanfaat,” ungkapnya. [ina]

Tags: