Dirikan Asosiasi Perajin Batik untuk Persiapan Hadapi Pasar Bebas

Ketua APBJ Putu Sulisiani (kanan) dan Sekretaris APBJ Arty Israwan, memperlihatkan batik khas Jatim. Dengan didirikannya asosiasi ini diharapkan perkembangan batik di Jatim akan semakin menggeliat.

Ketua APBJ Putu Sulisiani (kanan) dan Sekretaris APBJ Arty Israwan, memperlihatkan batik khas Jatim. Dengan didirikannya asosiasi ini diharapkan perkembangan batik di Jatim akan semakin menggeliat.

Pemprov, Bhirawa
Perkembangan dunia batik di Jatim akhir-akhir ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Potensi bisnis yang besar ini menarik minat masyarakat untuk mendirikan usaha batik. Tak heran jika banyak bermunculan perajin batik baru yang memiliki corak dan motif khas masing-masing daerah.
Untuk mewadahi para perajin ini, beberapa orang perajin yang sudah berpengalaman mendirikan sebuah ikatan dengan nama Asosiasi Perajin Batik Jatim (APBJ) pada 7 Juli 2014 lalu. Asosiasi yang diketuai Putu Sulistiani ini rencananya akan dideklarasikan oleh Ketua Dekranasda Jatim, Dra Hj Nina Soekarwo, pada 2 Oktober 2014 nanti berbarengan dengan peringatan Hari Batik Nasional, di Taman Budaya Jatim di Jalan Genteng Kali Surabaya.
“Selama ini para perajin terkesan berjalan sendiri-sendiri tidak ada yang mengkoordinir. Jika mereka mengikuti pameran, jika atas inisiatif sendiri atau binaan SKPD-SKPD di Pemprov Jatim. Makanya dengan adanya asosiasi ini akan lebih terkoordinir dan terkoordinasikan dengan baik,” kata Putu, dikonfirmasi, Selasa (16/9).
Tujuan didirikannya asosiasi ini adalah untuk menyatukan gera dan langkah dalam usaha kerajinan batik, untuk mendukung program pemerintah serta kelangsungan hidup perajin batik melalui cara ikut memelihara, mempertahankan dan melesarikan batik sebagai warisan budaya. Kemudian, untuk mempersiapkan diri menghadapi era pasar bebas.
Menurut dia, sejak didirikan APBJ ini, kini sudah memiliki anggota sebanyak 158 perajin yang berasal dari 38 kabupaten/kota di Jatim. Diharapkan akan semakin bertambah jumlah anggotanya, sebab perajin di Jatim jumlahnya mencapai 300 perajin lebih.
Untuk bergabung dengan asosiasi ini, pemilik gallery Batik Surabaya Dewi Saraswati ini mengatakan, ada syarat khusus yang harus dipenuhi. Diantaranya harus memiliki  legal formal seperti NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan).
Selain itu, yang bergabung dalam APBJ harus benar-benar perajin bukan broker atau pedagang batik. Alasannya, asosiasi ini dibentuk untuk mengembangkan usaha para perajin agar lebih besar bukan memperkaya para broker atau pedagang batiknya.
“Kami tidak menutup kemungkinan juga menggandeng para perajin yang belum memiliki legal formal seperti belum adanya SIUP, NPWB dan TDP. Nanti akan kita dorong para perajin untuk segera membuat legal formal tersebut. Sebab syarat ini sangat penting karena jika dapat pesanan dari kantor pemerintahan syarat tersebut harus bisa dipenuhi,” ungkap Sekretaris APBJ Arty Israwan.
Meski baru terbentuk, APBJ telah melakukan banyak agenda untuk pengembangan perajin batik. Seperti melakukan pelatihan dan studi banding ke luar provinsi untuk belajar desain, teknis pewarnaan yang lebih baik. Dalam waktu dekat, APBJ juga akan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk lebih mengembangkan batik di Jatim.
“Kita akan bantu akses permodalan yang selama ini masih menjadi kendala bagi para perajib pemula. APBJ mungkin bisa bekerjasama dengan Bank UMKM untuk mau memberikan bantuan kepada perajin baru,” katanya. [iib]

Tags: