Dirut RSUD Sidoarjo Tegaskan Tak Ada Penggelembungan Pasien Covid-19

Dr Atok Irawan SpP. [alikus/bhirawa]

Sidoarjo,Bhirawa
Dirut RSUD Sidoarjo, dr Atok Irawan SpP, menegaskan tidak ada penggelembungan data pasien Covid-19, yang dirawat di 11 rumah sakit rujukan di Kabupaten Sidoarjo.

Atok Irawan yang juga Ketua Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PRSSI ) Cabang Sidoarjo itu menegaskan, setiap hari jumlah pasien Covid-19 yang dirawat, diupdate dan dikirimkan lewat sejumlah aplikasi kepada beberapa pihak.

Misalnya lewat sistim informasi rumah sakit (SIR) online milik Kemenkes, juga ke Dinkes lewat e-mail, aplikasi all record, juga kepada Covid Jatim.

Dikatakan dr Atok, data pasien Covid-19 yang disampaikan lewat SIR online, misalnya, itu termasuk salah satu data yang riil dan valid. Sebab, kebenarannya dicek oleh pihak BPJS. Karena terkait klaim atas pembayaran jasa perawatan kesehatan itu.

Dikatakan dr Atok, misalnya saja pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Sidoarjo saja semakin menurun jumlahnya. Data per Jum at (16/10) akhir pekan kemarin, hanya ada 65 orang yang dirawat di RSUD milik Pemkab Sidoarjo itu.

Rinciannya, 36 orang positip Covid-19, dan 19 orang suspect yang masih isolasi mandiri menunggu hasil pasti tes swab PCR.

Sedangkan di RS rujukan Covid-19 lainnya, ia juga sempat memberi data jumlah pasiennya. Seperti di RS Siti Fatimah ada 6 pasien ( 3 positip, 2 suspect, 1 suspect luar Sidoarjo).

Juga, di RS Anwar Medika 5 pasien ( 4 positip, 1 suspect), RS HM. Mawardi 17 pasien ( 14 positip, 2 suspect, 1 probable) dan dan RSI Siti Hajar ada 63 pasien (62 positip dari Sidoarjo dan 1 dari luar Sidoarjo).

“Total data yang kami terima di 11 RS rujukan Covid-19 per 16 Oktober itu, ada 174 orang pasien. Darimana rumah sakit sampai menggelembungkan jumlah pasien Covid-19, tidak ada itu, isu itu sangat tendesius sekali, kami bicara fakta dan data,” komentar dr Atok, Jum at (16/10) akhir pekan kemarin.

Dirinya mengutarakan, akibat ada isu rumah sakit menggelembungkan jumlah pasien Covid-19 itu, pihaknya mengakui sempat menerima klarifikasi baik dari pihak Gubernur Jatim dan pihak Kemenkes. Maupun juga pihak lain yang ingin tahu kondisi yang sebenarnya.

Dokter spesialis paru itu meneruskan, akibat isu penggelembungan pasien Covid-19 itu, pihaknya juga telah mengumpulkan 11 RS rujukan Covid-19 yang ada di Kab Sidoarjo, yang isunya ada 3 RS yang mendapat teguran dari Dinkes Kab Sidoarjo. Ternyata isu itu juga tidak benar. Karena, 3 RS rujukan Covid-19 itu, menyatakan tidak pernah menerima teguran.

Maka ditegaskan oleh dr Atok, masalah ini bukan penggelembungan data pasien Covid. Namun, karena perbedaan data dari rumah sakit dengan Dinas Kesehatan.

Kalau rumah sakit lewat SIR online tiap hari ke Kemenkes, namun pihak Dinkes dari data sistim Disclaire, yakni data setelah pasien sudah sembuh dan pulang. Sehingga menurutnya agak terlambat. Akibatnya terkesan pasien Covid-19 di Sidoarjo masih tetap banyak.

“Masalah ini bukan penggelembungan data. Namun, karena perbedaan metode pendataan dari pihak rumah sakit dengan pihak Dinas Kesehatan,” jelasnya.

”Akibat tuduhan itu, telah melukai perjuangan kami, yang selama ini telah merawat ratusan pasien Covid, bahkan para tenaga kesehatan pun juga ada yang menjadi korban Covid ini. Mereka yang membuat isu itu bisa kualat, sebab Allah tidak tidur,” kembali dikatakan oleh pria yang pernah mendapat penghargaan dari Kemenpan RI sebagai ASN teladan tingkat Nasional itu.

Dirinya mengungkapkan, isu menggelembungkan jumlah pasien Covid itu termasuk tuduhan atau isu baru lagi bagi pihak rumah sakit. Karena sebelumnya, rumah sakit juga dituduh telah mengcovidkan pasien.

”Isu-isu itu telah menjatuhkan mental dari para tenaga kesehatan yang selama ini telah berjuang merawat pasien Covid,” ujarnya. (kus)

Tags: