Dishub Surabaya Akui Banyak Stan TOW Tutup

Terminal Tambak Osowilangun

Terminal Tambak Osowilangun

Surabaya, Bhirawa
Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya mengakui banyak stan pedagang di Terminal Tambak Osowilangun (TOW) tutup karena kondisi terminal yang sepi pengunjung.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya Irvan Wahyu Drajat, di Surabaya, Kamis, mengatakan sekarang ini kondisi angkutan umum memang lagi lesu. “Tidak hanya terjadi di angkutan kota, tetapi juga terjadi pada bus AKAP (antarkota antarprovinsi) dan AKDP (antarkota dalam provinsi),” katanya, Kamis (1/12).
Menurut dia, masyarakat saat ini cenderung memilih naik kendaraan pribadi dibandingkan dengan angkutan umum. Untuk itu, ke depan, pihaknya akan memberdayakan TOW yang tidak hanya sebatas sebagai terminal, namun juga dikembangkan sebagai lahan parkir atau gedung parkir. “Jadi nanti akan kami bangun lahan parkir di TOW,” katanya.
Stan di TOW ada sekitar 36 unit, yang tutup hampir 50 persen, sedangkan sisanya ditutup oleh pemiliknya. Meski ditutup, pemilik stan masih diberi kewajiban oleh Dishub dalam hal ini Kepala Terminal TOW untuk tetap membayar retribusi.
Sementara itu, salah seorang pemilik empat stan makanan di TOW, Mulyono mengatakan pihaknya terpaksa menutup stan untuk menghindari kerugian yang lebih besar karena terminal di Surabaya Barat itu sepi. “Dari empat stan milik saya, yang masih buka hanya satu,” katanya.
Ia mengaku membuka stan dari pagi hingga sore, paling banter hanya dapat Rp20 ribu, sehingga tidak seimbang dengan biaya operasional. Oleh karenanya, terpaksa 3 stan lainnya ditutup.
Mulyono mengatakan setiap bulan dirinya harus membayar retribusi stan, PLN dan PDAM sekitar Rp150 ribu per stan. “Jadi buka atau tutup tetap membayar retribusi, kalau tidak izin sewa stan bisa diambil alih terminal dan jika terlambat membayar dikenakan denda 2 persen,” katanya.
Ia menambahkan TOW sangat sepi penumpang, sehingga berdampak pada pembeli. Menjelang sore, sudah tidak ada penumpang, sehingga stan pun harus tutup sore hari.
Sekarang, lanjutnya, bus AKDP dan AKAP jarang masuk terminal karena bus memilih menurunkan penumpang di jalan dan langsung ke Terminal Purabaya.
Kalau pun ada penumpang yang masuk di terminal jumlahnya tak banyak. Mereka itu adalah penumpang bus kota, angkutan kota dan bus jurusan Bojonegoro. “Ini sudah berlangsung sejak 2014. Sampai sekarang belum ada upaya dari Pemkot Surabaya untuk meramaikan terminal ini,” ucapnya.
Memang dulu ada upaya meramaikan dengan cara memaksa bus AKPD dan AKAP masuk terminal. Namun, tak bertahan lama, karena bus itu lebih memilih ke Terminal Purabaya. [ant]

Tags: