Diskanla Jatim Siapkan Alat Penghisap Sedimen

Diskanla-Heru

Diskanla-Heru

Pemprov Jatim, Bhirawa
Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Jatim menyatakan bakal membantu nelayan Puger yang mengalami kesulitan melaut akibat tingginya sedimentasi di pantai Pancer. Diduga adanya infrastruktur pemecah ombak (breakwater) dan groin di Pantai Pancer menyebabkan sedimentasi yang mengganggu operasional nelayan.
Memang kemarin, Selasa(16/6) lebih dari seratus nelayan asal Puger melakukan unjuk rasa di kantor Diskanla Jatim mengadukan adanya dua pemecah ombak diduga telah menyebabkan kerusakan di pantai.
Ketika melangsungkan aksi saat itu juga mereka diterima langsung Kepala Diskanla Jatim, Ir Heru Tjahjono MM bersama jajaranya. Didalam pertemuan selama dua jam lebih itu, akhirnya ada beberapa solusi yang akan dilakukan.
“Setelah bertemu forum nelayan, dan setelah didiskusikan bersama, tindakan yang tercepat adalah kami akan mengirimkan alat yaitu sand pump untuk mengurangi adanya pendangkalan yang ada di Puger,”  katanya, Selasa (16/6).
Ia menambahkan kalau peralatan penghisap sedimen itu rencananya akan langsung dikirimkan. “Namun, pembuatan alat masih berkoordinasi dengan nelayan untuk bisa bermanfaat. Palin tidak diharapkan perakitan peralatannya bisa diselesaikan lima atau enam hari. Sand pump nantinya akan dilakukan dalam jangka panjang,” ujarnya.
Selanjutnya, kata Heru, pihaknya akan mengevaluasi dan merehabilitasi bangunan infrastruktur yang ada di pantai tersebut. “Nantinya kita lihat dulu bangunan apa yang harus direhabilitasi atau didesain ulang daerah lokasi pantai puger. Tentunya berkoordinasi bersama BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai),” katanya.
Dikatakannya, saat desain awal pembangunan kedua infrastruktur tersebut pada pendangkalan awal, sendimen pasir timbul antara 3cm – 4 cm pertahunnya. Namun kenyataannya, dalam tinggi sedimen timbul mencapai 3 meter sampai 4 meter dalam jangka waktu lima bulan disisi sebelah barat.
“ketika sebelah barat dangkal, lalu para nelayan mencoba untuk mendarat di sisi sebelah timur namun obak besar dan banyak karang.  Sebenarnya breakwater itu sudah dikaji untuk mengurangi gelombang agar nelayan bisa mendarat dengan aman,” katanya.
Ketua Forum Komunikasi Kelompok Usaha Bersama Nelayan Kecamatan Puger, Imam Fauzi berharap Diskanla Jatim bisa membantu mengupayakan penyelesaian permasalahan nelayan tersebut.
“Sebab, sebelumnya kami bersama nelayan lainnya telah mengirimkan ke Kementerian PU, Gubernur, Dinas Perikanan , BPWS, hingga muspika. Sebenarnya tujuan dari pembangunan tersebut baik, namun hasilnya kenyataannya masih tidak sesuai harapan semuanya terutama nelayan. Apalagi bulan-bulan seperti ini, masa panen nelayan,” katanya.
Dikatakannya, ada 129 perahu yang pecah dan lima nelayan meninggal gara- gara  breakwater  dalam lima bulan terakhir ini. “Mulai dari 2010-2014, ada 14 perahu yang karam, namun saat ini adanya bangunan itu selama lima bulan sudah ada ratusan yang rusak dan karam,” katanya.  [rac]

Tags: