Diskanla Sidoarjo Desak Nelayan Jangan Gunakan Formalin

Suasana jual beli ikan segar di Depo Pasar Ikan, di Jl Lingkar Timur, Sidoarjo. [achmad suprayogi/bhirawa]

Suasana jual beli ikan segar di Depo Pasar Ikan, di Jl Lingkar Timur, Sidoarjo. [achmad suprayogi/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Dinas Kelautan dan Perikanan (Diskanla) Sidoarjo berkali-kali melakukan sosialisasi agar para nelayan tak menggunakan formalin. Karena bila ikan sudah berformalin sangat membahayakan masyarakat yang mengkonsumsinya.
Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Sidoarjo, Ir Bachruni Aryawan, Selasa (29/9) menegaskan, kalau keberadaan komoditi ikan di Sidoarjo ada dua macam, yakni produksi hasil budidaya dan hasil tangkap. Ikan hasil tangkap biasanya mengalami pembusukan dengan lebih cepat jika tak diawetkan dengan es batu. ”Disisi lain masyarakat juga harus berhati-hati dalam penggunaan es batu, karena dari es batu itu sendiri juga masih ada beberapa yang mengandung formalin,” jelasnya.
Kondisi lapangan, diduga masih adanya ikan berformalin yang masuk dan beredar di kalangan masyarakat Sidoarjo. Sehingga jajaran Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemkab Sidoarjo terus memberikan sosialisasi, menggelar pelatihan teknis bahaya penggunaan formalin pada produk hasil perikanan. Tujuannya untuk mengantisipasi masuknya ikan berformalin dari luar daerah. Pasalnya, yang diduga melakukan atau memberi formalin pada ikan segar, dengan tujuan agar tahan lama itu kebanyakan tengkulak/pengepul, bukan pemasok/produsen, juga bukan pula pada pengecer.
Bachruni juga memaparkan, beberapa ciri-ciri produk makanan/ikan yang terindikasi formalin, perbedaan ikan negatif formalin dan tanpa formalin, ciri-ciri ikan di formalin dengan lama perendaman, Formalin itu sendiri beracun, beberapa bahaya yang di timbulkan diantaranya, jika terkena kulit bisa mengalami luka bakar, iritasi pada saluran pernafasan, bahaya kanker pada manusia. ”Sedangkan bahaya jangka pendek atau akut dan bahaya jangka panjang  atau kronis,” katanya.
Kabid Perikanan Sidoarjo, Ir  Septiwati Nugraheni MM mengatakan, dari banyaknya kasus yang ditemukan, rata-rata yang bermain formalin itu pihak pengepul, bukan pihak produksikan segar. ”Penyebab ramainya dugaan muncul formalin ini, bukan dari pengepul Sidoarjo, tetap terindikasi dari luar Sidoarjo,” katanya. [ach]

Tags: