Disnak Jatim Kampanyekan Telur Sehat Bebas Zat Racun

Pemprov, Bhirawa
Pemprov Jatim kini gencar melakukan promosi gizi kampanye makan telur yang sehat dan bebas zat beracun. Kampanye ini dilaksanakan Dinas Peternakan Provinsi Jatim dan UPT yang ada dilingkungan Disnak yang ada di daerah, seperti Magetan, Tuban, Malang, Jember, dan Pamekasan.
Kepala Disnak Jatim Wemmi Niamawati mengatakan, masyarakat tidak perlu risau dengan adanya pemberitaan telur ayam Jatim yang kurang benar, dikarenakan telur ayam yang beredar untuk konsumsi masyarakat Jatim adalah telur yang berkualitas serta diproduksi dengan memperhatikan prinsip good farming practices.
“Sampai saat ini saja, Ibu Gubernur Jatim Khofifah juga sangat respect dan mengklarifikasi bahwa berita “telur ayam Jatim beracun tertinggi di dunia” memang nyatanya tidak benar,” ujarnya, Rabu (20/11).
Dikatakan kalau butir telur yg diberitakan mengandung dioksin hasil penelitian di tempat sampah plstik yang disampaikan sebagai bahan bakar industri tahu di tropodo tidak representatif, untuk menyatakan bahwa 8,2 Milyar butir telur jatim juga mengandung dioksin.
Disnak Jatim berupaya menjamin kualitas dan mutu produk unggas yang beredar di Jawa Timur. Untuk itu, masyarakat diharap tidak lagi mengkhawatirkan jika ingin mengkonsumsi telur ayam dengan aman.
Wemmi menjelaskan, banyak upaya yang dilakukan Disnak Jatim diantaranya sertifikasi kompartemen bebas penyakit flu burung di seluruh breeding farm yang memproduksi bibit untuk ayam petelur dan pedagang final stok (komersial).
Selanjutnya Disnak juga melakukan uji yang dilanjutkan sertifikasi bebas penyakit Pullorum untuk induk ayam yang menghasilkan bibit DOC (ayam umur sehari,red) yang akan diedarkan ke masyarakat. Untuk pengambilan dan pengujian sampel telur dan daging unggas dilakukan Laboratorium Kesehatan secara peridik.
Kemudian, Disnak menerapkan bio sekurity tiga zona untuk mendukung good farming practices, sehingga telu dan daging unggas terbebas dari penyakit berbahaya. “Surveillance penyakit hewan oleh petugas participatory disease surveillance dan respons (PDSR) utnuk ayam kampu8ng, dan petugas pelayanan unggas komersial (PVUK) untuk peternakan unggas komersial,” ujar dia, Selasa (19/11) kemarin.
Dijelaskan pula, populasi unggas yang menghasilkan telur di Jatim pada tahun 2018 lalu sebanyak 97,4 juta ekor yang berkontribusi pada 28 persen terhadap populasi unggas nasional. Dirinci, ayam buras(kampung) sebanyak 20, 1 juta ekor, ayam ras petelur (layer) ada 49,5 juta ekor, itik 5,8 juta ekor, enthok 1,5 juta ekor, dan burung puyuh 3,8 juta ekor.
Metode pemeliharaan ayam ras petelur dna buruh puyuh itu 100 persen dikandangkan secara intensif, sedangkan ayam buras, itik, dan enthok untuk penghasil telur 80 persen dikandangkan dan 20 persen masih umbaran.
“Jadi memang unggas yang mengahsilkan telur konsumsi dengan pemeliharaan diumbar hanya 7,5 persen, sedangkan 92,5 persen telah menerapkan good farming practices dan telah menggunakan pakan yang memiliki nomor pendaftaran pakan,” ujarnya.
Dikatakannya juga Jatim telah surplus telur unggas sebanyak 191 ribu ton per tahun atau setara 2,8 miliar butir telur dan telah mengekspor ke provinsi lainnya di Indonesia dan beberapa negara di Asia
Hal tersebut sebelumnya juga Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI langsung melakukan investigasi khusus. Ditegaskan juga kalau produk telur diberbagai daerah saat ini dalam kondisi aman dan tidak mengandung partikel berbahaya.
Ayam petelur ras konsumsi sudah melalui proses yang baik karena diberikan pakan dari bahan pabrikan yang aman, dan secara tidak langsung menjamin ayam terhindar dari residu partikel plastik. Apalagi kini sudah ada sertifikat NKV bagi peternakan petelur yang sistem pemeliharaannya sudah memenuhi syarat.
Kementan RI juga mengapresiasi langkah Pemprov Jatim mengimbau warganya tidak mengkonsumsi telur kampung yang berasal dari ternak yang secara alamiah berkeliaran danm mencari pakan di tempat yang beresikn paparan polutan. [rac.adv]

Tags: