Disnak Jatim Telusuri Antraks di Blitar

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Dinas Peternakan Jatim tetap akan terus menelusuri timbulnya kasus Anthrax di Desa Kendalrejo, Kabupaten Blitar. Diyakini, timbulnya penyakit tersebut, salah satunya adanya peredaran tata niaga disekitar wilayah tersebut.
Kepala Dinas Peternakan Jatim, Ir Maskur MM mengatakan, pihaknya berupaya menemukan penyebab dan pelaku yang menimbulkan penyakit Anthrax tersebut. “Ada beberapa Kabupaten/kota  yang berada di Kabupaten Blitar ini. Akan kami selidiki lebih jauh lagi,” katanya.
Menurutnya, timbulnya penyakit tersebut tidak hanya berasal dari spora dalam mengendap tanah saja, melainkan bisa juga karena spora tersebut bisa terbawa  melalui pakan, kendaraan, hingga ternak yang ada di kawasan tersebut. “Kami akan telusuri dan pastinya ditemukan,” tandasnya.
Disisi lain, upaya pengendalian penyakit Anthrax yang dilakukan Dinas Peternakan Jatim yang begitu cepat dengan berkoordinasi dengan pihak terkait di Kabupaten Blitar, maka tak lama lagi jalur tata niaga kawasan Desa Kendalrejo akan terbuka kembali.
Untuk mencegah kembali mewabahnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Antrachis tersebut, Disnak Jatim terus beri vaksinasi lagi selama 14 hari.  Selanjutnya, dari 14 hari tersebut, ada sela 20 hari untuk memastikan kalau kawasan itu sudah kembali bebas kasus Anthrax.
“Memang sudah menginjak 24 hari setelah kasus Anthrax kembali timbul di desa Kendalrejo. Namun, diperkirakan pada awal Januari 2015 ini, lalu lintas ternak di Desa Kendalrejo bisa aktif kembali. Masih kurang seminggu memastikan kasus yang ada di kawasan itu sudah berlalu,” katanya.
Langkah selanjutnya, pemberian vaksinasi akan dilakukan diulang kembali pada enam bulan di ring satu dan ring dua. Selama vaksinasi, untuk sapi perah, susu yang dihasilkan dibuang selama tiga hari, sedangkan untuk sapi potong baru bisa dipotong 14 hari kemudian. “Ada standar yang mengharuskan untuk melakukan langkah-langkah tersebut, supaya aman di konsumsi masyarakat,” katanya.
Dalam kesempatan ini, Maskur mengungkapkan, kepanikan masyarakat tidak terlalu tinggi mengingat upaya Dinas Peternakan Jatim langsung melakukan tindakan pengendalian dan memberikan sosialisasi pada masyarakat dan peternak mengenai penyakit Anthrax tersebut.
“Mereka mengerti dan paham dengan adanya sosialisasi dari Dinas Peternakan. Ikuti saja petunjuk dari Dinas Peternakan, sebab kami melakukan semuanya sesuai standar yang telah ditentukan yaitu sesuai dasar hukum pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) Anthrax,” katanya.
Seperti diketahui sebelumnya, sejumlah tindakan untuk mengatasi adanya penyakit itu telah dilakukan mulai dari pengobatan, isolasi hewan, vaksinasi, desinfeksi hingga pengawasan lalu lintas ternak. Pengobatan dilakukan dengan memberikan suntikan antibiotika, golongan oxytetracyclin long acting, ruboransia dan vitamin.
Pemberian obat ini diulang setiap dua hari terhadap 16 ekor sapi diduga sakit yang sekandang dengan sapi yang mati di Desa Kendalrejo, Kec Srengat, Kab Blitar sejak kasus terakhir pada 3 Desember 2014.
Dikatakan Maskur, penularan penyakit Anthrax tidak contagious (tidak menyebar dari hewan ke hewan). Bisa menular jika hewan ternak ataupun manusia kontak langsung dengan spora yang ada di tanah melalui kulit yang luka atau termakan/terminum dan masuk dalam percernaan. “Yang dilakukan adalah selalu waspada, menjaga kebersihan baik manusia maupun kandang hewan ternak. Kejadian di Blitar ini sudah bisa kita kendalikan,” tandasnya. [rac]

Tags: