Disnak Keswan Luncurkan Program BCA

Kabupaten Probolinggo memiliki populasi sapi yang cukup banyak. Oleh karena itu dibentuklah Posyandu Ternak untuk pertahankan swasembada daging. [wiwit agus pribadi]

Tak Hanya Menambah Penghasilan, tapi Juga Meningkatkan Populasi Ternak
Kab Probolinggo, Bhirawa
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Kabupaten Probolinggo memiliki cara khusus dalam memberikan pelayanan bidang peternakan dan kesehatan hewan. Seperti membuat inovasi program Bank Clethong dan Air Kencing atau disingkat BCA. Lantas seperti apa program tersebut ?.
Harapan dapat meningkatkan pendapatan peternak dan memenuhi kebutuhan pangan asal hewani melalui peningkatan populasi dan produksi ternak semoga dapat terwujud dengan baik dengan dukungan 3 pilar : peternak, pemerintah dan swasta. Kreatifitas dan hasil inovasi layanan publik ini yakni Program BCA (Bank Clethong dan Air Kencing) adalah bentuk upaya Disnak Keswan Kabupaten Probolinggo dalam pencapain kinerja.
“Diharapkan program ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peternak, masyarakat, dinas dan pemerintah daerah,” kata Kepala Disnak Keswan Kabupaten Probolinggo, Yahyadi, kamis (24/9).
Melihat potensi yang ada di Kabupaten Probolinggo, dari segi populasi ternak sapi sekitar 267.048 ekor. Rata-rata seekor ternak sapi menghasilkan feses sebanyak 15 kg/hari. Maka ada potensi produksi pupuk organic padat sebesar 4.000 ton/hari dan jika rata-rata seekor ternak menghasilkan air kencing sebanyak 10 liter/hari. Potensi produksi pupuk organic cair sebesar 2.670.480 liter/hari.
Menurut Yahyadi, banyak permasalahan yang terjadi dari peternak kurang optimalnya pengelolaan limbah kotoran ternak mulai dari pengelolaan secara Individual-Konvensional, tidak efisien, terbatas dan kesulitan, kemampuan teknis peternak, petani masih mengandalkan pupuk pabrikan, peternak belum merasakan manfaat dari kotoran ternak secara langsung, lambatnya laporan peternak jika terjadi permasalahan ternaknya serta ketidaksiapan program regenerasi ternak akibat dari ketidaktersediaan biaya secara tunai.
Akibat kurang optimalnya dalam menangani permasalahan yang terjadi akan berdampak pencemaran lingkungan dan penghasilan peternak masih rendah juga tidak ada jaminan kesehatan dan status reproduksi ternak. Melihat sejumlah permasalahan yang terjadi di segmen peternak dan dampak pencemaran lingkungan maka Disnak Keswan Kabupaten Probolinggo melakukan upaya inovasi BCA “Kolaborasi antara model pengelolaan limbah kotoran ternak dengan pelayanan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Probolinggo,” ujarnya.
Tujuan dan sasaran dari inovasi program BCA yaitu untuk meningkatkan penghasilan peternak juga meningkatkan populasi dan produksi ternak. Mewujudkan kampung ternak yang ramah lingkungan sehingga terlaksananya pelayanan kesehatan hewan dan inseminasi buatan dengan target 80.000 ekor sapi di Kabupaten Probolinggo.
“Manfaat dari Program BCA, menambah penghasilan dan dana simpanan jika sewaktu-waktu ada kebutuhan atau untuk keperluan membeli ternak. Adanya peningkatan penghasilan peternak dari hasil penjualan kotoran ternak sebesar Rp300.000 per bulan/ekor sapi atau Rp2.400.000 per bulan/ekor jika diolah menjadi pupuk organik,” jelasnya.
Terjaminnya pelayanan kesehatan ternaknya dan layanan IB oleh petugas. Adanya peningkatan penghasilan dari produktifitas ternak karena terjaminnya kesehatan ternak, pada ternak sapi betina dapat menghasilkan 1 ekor pedet per tahun, jika dilakukan penjualan pada umur sapih peternak mendapatkan hasil sebesar 7-8 juta per tahun per ekor, tuturnya.
Terhindarnya resiko kerugian dari kematian atau kehilangan ternak. Terhindarnya kerugian dari resiko kehilangan atau kematiaan ternak karena dijamin oleh asuransi ternak dengan nilai pertanggungan sebesar Rp10.000.000 per ekor dari pembayaran premi sebesar Rp200.000 pertahun.
“Terhindarnya resiko pencemaran lingkungan di sekitar kandang akibat limbah kotoran ternak. Adanya penghematan sebesar 60 persen dari pemakaian pupuk pabrikan karena menggunakan pupuk organic dari kotoran ternak yang diproduksi sendiri,” ungkapnya.
Bertambahnya penghasilan dan dana simpanan peternak untuk pemenuhan kebutuhan mendadak, inseminasi buatan, gangguan reproduksi, kesehatan hewan serta asuransi kehilangan dan kematian ternak sebesar Rp300.000 per ekor per bulan untuk kotoran dan air kencing atau Rp2.400.000 per ekor per bulan untuk pupuk organic. Nilai pertanggungan ternak hilang/kematian sebesar Rp10.000.000. Meningkatnya status kesehatan hewan dan reproduksi ternak sehingga berdampak pada peningkatan populasi dan produksi ternak sebesar 0,69% untuk sapi potong, 8,41% untuk kambing dan 3,33% untuk domba.
Sebagai upaya meningkatkan kesehatan ternak dan mendukung swasembada daging, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Disnak Keswan Kabupaten Probolinggo juga melakukan posyandu ternak. “Salah satunya dilaksanakan di Desa Kedawung Kecamatan Kuripan. Kegiatan yang dilakukan dalam posyandu ternak tersebut diantaranya Inseminasi Buatan (IB), penyuluhan peternakan, pemeriksaan kebuntingan, pemeriksaan kesehatan ternak, pemberian vitamin serta penanganan gangguan reproduksi,” lanjutnya.
Posyandu ternak di Desa Kedawung, Kecamatan Kuripan ini diikuti oleh 79 ternak dari target 50 ternak. Namun demikian, dalam pelaksanaannya tetap menerapkan protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19.
Kegiatan posyandu ternak ini melibatkan Kepala UPT Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) DPKH Kabupaten Probolinggo Aulia Khusumastutik bersama Koordinator Wilayah Puskeswan Bantaran (Kecamatan Sumber, Kuripan, Bantaran dan Leces), Koordinator Kecamatan (Korcam) Kuripan serta PPS (Petugas Peternakan Swadaya) yang mendapatkan bantuan operasional dari kegiatan Program Sikomandan (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri).
Posyandu ternak ini rutin dilakukan setiap triwulan di enam korwil (koordinator wilayah) se-Kabupaten Probolinggo. Dimana masing-masing korwil mencakup 4 kecamatan, sehingga dalam setahun mampu mencakup 24 kecamatan. “Tetapi sekarang tidak seperti itu karena masih dalam situasi pandemi Covid-19. Lokasi posyandu ternak ini dilakukan berdasarkan zona sebaran Covid -19 dan potensi populasi ternak sapi. Kalau dulu setiap titik targetnya sebanyak 250 ternak, tetapi karena Covid -19 targetnya hanya 50 ternak saja,” katanya.
Yahyadi menerangkan IB untuk tahun 2020 untuk akseptor targetnya sebanyak 86.000 ekor dan realisasinya hingga 31 Agustus 2020 sebanyak 71.872 ekor. Sementara kelahiran targetnya mencapai 60.000 ekor dan realisasinya hingga 31 Agustus 2020 mencapai 57.829 ekor. “Melalui posyandu ternak ini harapannya kesehatan ternak bisa terjaga dan target swasembada daging bisa tercapai. Selain itu, masyarakat peternak bisa lebih sejahtera,” tambahnya. [wiwit agus pribadi]

Rate this article!
Tags: