Disnav Butuh Monitor Lacak Pelaku Tabrak Lari Kapal Motor

Salah satu Buoy yang sering jadi korban tabrak lari kapal.

Surabaya, Bhirawa
Peristiwa tabrak lari, ternyata bukan hanya terjadi di daratan antara satu pengguna jalan dengan lainnya. Ternyata juga tidak jarang terjadi di laut tabrak lari yang dilakukan oleh nakhoda kapal. Hal tersebut terjadi karena rendahnya sportifitas dari kapal-kapal yang melintas di dalam Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) maupun Alur Pelayaran Timur Surabaya (APTS) tatkala menabrak sarana navigasi khususnya Buoy yang ditinggalkan begitu saja.
Hal tersebut tentunya sangat merugikan negara. Pasalnya banyak buoy rusak bahkan hilang tanpa diketahui siapa pelakunya, sehingga diperlukan satu teknologi yang bisa membaca dan merekam kejadian tersebut hingga mengidentifikasinya.
“Hingga akhir bulan Agustus 2017 ada 3 Buoy yang rusak akibat ditabrak kapal bahkan sanpai rusak tidak dapat berfungsi lagi dan harus dilakukan perbaikan,” ujar Kepala Distrik Navigasi (Disnav) Kelas I Surabaya, Basar Antonius, Rabu (13/9) kemarin.
Dikatakan, hingga kini masih saja terjadi tabrak lari terhadap Buoy yang dipasang sepanjang APBS seperti yang terbaru di bulan Agustus kemarin pada Buoy yang dipasang di tongkang Dewaruci ditabrak oleh pemilik  tongkang juga sehingga bergeser ke arah alur.
Di samping itu, ada 2 Bouy juga yang ditabrak kapal penumpang milik PT Pelni dan sudah disampaikan ke pihak pelayaran nasional tersebut. “Kami sudah mengamankan bouy yang kondisinya rusak dan lampunya hilang agar tidak menjadi obstacle baru di alur,” jelas Basar.
Menghadapi kenyataan tersebut, pihak Disnav menuntut pelaku dengan pengantian dalam bentuk barang berupa perangkat bouy lengkap dengan lampunya . Namun hingga kini belum direalisasikan, kami sudah terus melakukan penagihan-penagihan mendesak untuk segera ada penggantian dari pihak penabrak. “Kami juga meminta pengantian terhadap pemakaian buoy baru yang dipasang sebagai penggantinya,” terangnya.
Basar berharap, agar pihak media membantu memberikan pemahaman kepada seluruh pengguna alur pelayaran agar dapat menjaga Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) yang ada mengingat itu sangat penting keberadaannya. “Masayarakat pengguna alur baik APBS maupun APTS harus memahami fungsi bouy dalam keselanatan pelayaran bahkan yang berada di area Jawa Timur,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur Kenavigasian, Direktorat Jendral Perhubungan Laut, Ir. I Nyoman. Sukayadnya, MM  saat dihubungi Mengatakan, kedepan buoy akan kita lengkapi dengan satu alat pendeteksi yang disebut AIS AtoN (Aids to Navigation).
Selama ini pendeteksian yang dilakukan Vessel Traffic System (VTS) hanya sebatas melihat saja namun belum bisa mengidentifikasi pelaku. Dengan dilengkapinya bouy dengan Ais AtoN maka tidak saja nantinya Navigasi dapat melihat tapi juga akan tahu pelaku berada dimana yang terekam di VTS guna dimintai pertanggungjawaban atas penabrakan SBNP tersebut. “VTS seperti missionnya ‘aku tahu saya bisa cari anda’. Tapi sekarang ini VTS baru bisa lakukan ‘aku tahu kamu ada dimana namun belum bisa cari anda,” tutur Nyoman.
Nyoman menambahkan, rencananya  akan dilakukan di tahun depan 2018 pengadaan alat pendeteksi Ais Aton itu. “Untuk pengadaannya akan dilakukan untuk semua bouy yang ada tapi dengan jalan kita cicil,” imbuhnya.
Dengan penambahan alat tersebut secara otomatis dapat diketahui kapal pelaku penabrak bouy dengan melihat nomor lambung kapal yang terekam melalui alat tersebut yang disampaikan ke VTS. “Dengan lambung kapal terbaca jadi tahu kita siapa kapal yang merusak bouy, terdeteksi lah,” tandasnya.
Ketika disinggung sampai berapa anggaran yang akan dibutuhkan untuk melengkapi bouy dengan alat Ais AtoN tersebut. Nyoman belum bisa berkomentar. “Saya belum bisa bicara karena belum tahu spesifikasinya. Kalau saya bicara ‘A’ nanti harganya ‘B’ jadi salah,” akunya.
Sekedar diketahui, AIS, adalah sistem pelacakan otomatis digunakan untuk penghindar tubrukan pada kapal. AIS Transceiver secara otomatis mengirim informasi seperti posisi, kecepatan dan status navigasi secara berkala menggunakan VHF Transceiver yang terpasang pada unit Transceiver nya. Sinyal diterima oleh AIS Transceiver yang terpasang pada kapal lain atau Land Based Systems, seperti VTS.
Sedang Aids to Navigation (AtoN), Shore atau Buoy transceifer yang beroperasi menggunakan FATDMA (Fixed-Access Time-Division Multiple-Access). Di desain untuk mengumpulkan dan mengirim data terkait keadaan laut dan cuaca sekaligus melanjutkan pesan AIS ke jaringan lebih luas. [ma]

Tags: