Disperindag Jatim Gelar Women Preneurs

Kadisperindag Jatim, Drajat Irawan saat melakukan webinar dengan pengusaha perempuan

Pemprov, Bhirawa
Pelaku usaha perempuan tercatat terus berkembang di Jatim. Dengan komposisi mencapai sepertiga totoal pelaku usaha di Jatim, peran usahawan perempuan semakin signifikan dalam mendorong roda perekonomian Jatim. Meningkatkan daya saing pelaku usaha perempuan, secara kontinyu Disperindag Jatim menggelar Women Preneurs termasuk mendorong peningkatan jumlah usahawan perempuan.
Berdasarkan data BPS Jatim, perkembangan perempuan pengusaha terhadap total pengusaha yang ada di Jatim pada tahun 2018, 2019, 2020 masing-masing adalah 31,13 persen, 31,87 persen, dan 34,10 persen yang menunjukan bahwa jumlah pengusaha perempuan yang ada di Jatim dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.
“Oleh sebab itu perempuan memiliki peran penting khususnya dalam membantu menggerakan ekonomi keluarga melalui wirausaha atau kegiatan yang lain,” terang Kadisperindag Jatim, Drajat Irawan dikonfirmasi, Selasa(10/11).
Salah satu upaya Disperindag untuk mendorong terus daya saing usahawan perempuan dan penambahan jumlahnya , lanjut Drajat , pihaknya menggelar Women Preneurs. Program ini mempertemukan para usahawan perempuan dengan berbagai ahli mulai pemasaran, digital marketing, perbankan, pelaku desian kreatif.
Terakhir, lanjut Drajat, Women Preneurs dengan mengusung tema Meningkatkan Daya Saing Pelaku Usaha Perempuan Jatim di Masa New Normal, Senin (9/10).
Gelaran tersebut dibuka oleh Drajat Irawan selaku Kepala Dinas Perindag Prov. Jatim , menghadirkan beberapa narasumber yakni David Sukardi Kodrat , Dosen Universitas Ciputra Surabaya, Annisa Pratiwi , Co Founder PT. Agung Bumi Agro (Ladang Lima), Susilaningsih Owner Sambal DDI, Taufan Muhammad Pemimpin Divisi Mikro Ritel dan Program Bank Jatim, dan di moderatori oleh Janti Gunawan selaku Dosen Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital ITS Surabaya.
Dalam paparannya Drajat Irawan selaku Kadis Perindag Prov. Jatim mengatakan bahwa pandemi Covid-19 mengakibatkan ekonomi Jatim mengalami perlambatan pada semester I/2020 dengan kontraksi senilai 1,51 persen. Berdasarkan data BPS Jatim pada semester I/2020 pertumbuhan sektor industri minus 1,02 dan perdagangan minus 4,9.
“80 persen industri Jatim paling banyak diisi oleh industri agro dengan jumlah sebanyak 675.779 unit usaha. Sedangkan jumlah industri non agro adalah 143.148 unit usaha,” papar Drajat.
Drajat mengatakan bahwa komoditi makanan-minuman (mamin), herbal dan obat-obatan, fashion, dan kerajinan (craft) merupakan jenis-jenis IKM yang banyak dikelola oleh pengusaha perempuan yang ada di Jatim.
Adanya kegiatan semacam ini , lanjutnya ,diharapkan dapat mendorong perempuan-perempuan di Jatim untuk aktif dan kreatif guna mempercepat pemulihan ekonomi serta mensinergikan potensi dengan pasar dalam negeri dan luar negeri.
David Sukardi Kodrat Dosen Universitas Ciputra Surabaya mengatakan bahwa pada masa pandemi Covid-19 terdapat industri yang bangkit dan terpuruk.
Adanya hambatan-hambatan pada masa pandemi Covid-19 harus diterobos dengan gagasan-gagasan kreatif. Menurut David pelaku usaha harus meninggalkan mental sinterklas yang berarti menunggu bantuan dari pemerintah dan mulai mengubah diri untuk memiliki mental yang mandiri dan mampu dalam berswadaya sendiri.
“Selain itu pelaku usaha juga harus growth mindset, harus punya mimpi, ambisi, dan berkeinginan untuk melipat gandakan usahanya,” ungkapnya memotivasi peserta yang mayoritas adalah pelaku usaha perempuan.
Sedangkan Annisa Pratiwi , Co Founder PT. Agung Bumi Agro (Ladang Lima) yang menjelaskan tentang strategi meraih pasar di masa pandemi Covid-19 pelaku usaha harus melakukan inovasi dengan menghadirkan tambahan kelebihan (value) sebagai nilai tambah jual. “Jadi di masa pandemi Covid-19 dalam sebuah produk yang dijual harus ada tambahan kelebihan (value), misalkan snack yang mengandung anti oksidan,” kata Annisa.
Kemudian pelaku usaha mencari channel penjualan baru (Shifting) dengan cara melakukan jemput bola serta melakukan inovasi produk. Untuk melakukan kegiatan promosi, pelaku usaha bisa melakukan kolaborsi dengan brand lain, melakukan optimasi online digital dengan mencari KOL (Key Opinion Leader), sampling online untuk mendapatkan traffic, mengoptimalisasi penggunaan FB dan IG Ads, placement di semua e-commerce dan melakukan live shopping.
Susilaningsih selaku Owner Sambal DDI menceritakan pengalamannya menjadi wirausaha. Inovasi dalam membuat beragam jenis sambal dimulai ketika dirinya ingin memiliki kesibukan setelah pensiun. Selain itu ketika dirinya pergi ke luar negeri pada tahun 2011, dirinya ingin makan menggunakan sambal namun tidak menemukan sambal yang enak di luar negeri.
“Hal tersebut membuat saya memulai inovasi membuat sambal yang saya mulai pada waktu itu dengan varian pedas dan dengan bahan cabe yang saya beli dengan harga Rp. 5 ribu,” ungkapnya.
Kemudian lambat laun konsumennya mulai meningkat, sehingga dirinya mulai memberanikan diri untuk melakukan tes pasar untuk ekspor. Meskipun masih skala rumahan dan tergolong IKM, sambal miliknya sudah berhasil melakukan ekspor sejak tahun 2016 hingga saat ini.
“Kuncinya terus maju, inovasi, dan menjaga standar olahan makanan contohnya HACCP. Jadi walaupun kita masih IKM tapi harus punya mindset ekspor,” ujar perempuan pemiliki sambal DDI ini. [gat]

Tags: