Disperindag Pastikan Tidak Ada Daging Kerbau di Jatim

Kepala Disperindag Jatim Dr Ir Moch Ardi Prasetyawan (kanan) didampingi Kabid Perdagangan Dalam Negeri Drajat Irawan ketika sidak daging di pasar Wonokromo, Selasa (18/10). Sidak untuk memastikan, ada tidaknya rembesan daging kerbau impor di pasar Jatim.

Kepala Disperindag Jatim Dr Ir Moch Ardi Prasetyawan (kanan) didampingi Kabid Perdagangan Dalam Negeri Drajat Irawan ketika sidak daging di pasar Wonokromo, Selasa (18/10). Sidak untuk memastikan, ada tidaknya rembesan daging kerbau impor di pasar Jatim.

Pemprov, Bhirawa
Pemprov Jatim melalui Disperindag memastikan tidak ada peredaran daging kerbau impor dari India di pasaran.  Kepastian itu disampaikan setelah selama dua hari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)  Provinsi Jatim melakukan pengawasan di pasaran Jatim.
“Bisa saya pastikan tidak ada daging kerbau impor seperti yang diberitakan. Kita cek di pasar-pasar di Surabaya dan kabupaten/kota lainnya, kami tidak menemukan daging kerbau,” kata Kepala Disperindag Provinsi Jatim Dr Ir Moch Ardi Prasetyawan usai sidak di Pasar Wonokromo, Selasa (18/10).
Hasil sidak, pihaknya, kata Ardi tidak menemukan pedagang di Surabaya menjual daging kerbau. Mereka tetap menjual daging sapi lokal dengan harga Rp 105.000 per kilogram. “Untuk seluruh wilayah Jatim, rata-rata harganya Rp 104.000 per kilogram,” jelasnya.
Ardi menjelaskan pemerintah pusat memang mengeluarkan kebijakan untuk mengimpor daging kerbau melalui Bulog sebanyak 70 ribu ton selama September hingga Desember. Hingga kini telah terlaksana 9.500 ton yang dilewatkan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
Impor itu, kata dia, hanya untuk wilayah Jabodetabek saja khususnya bagi industri. Oleh karena itu, dapat dipastikan daging kerbau itu tidak dijual di luar Jakarta apalagi ke Jatim.
Meski begitu, kata Ardi, Disperindag Jatim bersama Dinas Peternakan Jatim terus meningkatkan pengawasan di jalur darat yakni di Mantingan ataupun di Tuban. “Katanya ada daging kerbau di Madiun, tapi setelah kita cek juga tidak ada,” ungkapnya.
Sampai kini, lanjutnya, belum ada laporan dari masyarakat yang membuktikan ada daging kerbau. Meski begitu Disperindag tetap menerima laporan dari masyarakat jika ditemukan daging kerbau.
“Bisa saya pastikan lagi di Jatim tidak ada daging kerbau. Pak Gubernur juga telah mengeluarkan larangan impor daging. Jadi sampai sekarang masih aman,” tandasnya.
Menurut Ardi, pentingnya menjaga agar daging kerbau impor yang harganya jauh lebih murah dibandingkan harga daging sapi, tidak beredar di Jatim, karena suplai daging di Jatim lebih dari mencukupi.
Data Dinas Peternakan Jatim menyebutkan, setiap tahun kebutuhan daging di Jatim sekitar 97.000 ton. Sementara produksinya mencapai 119.463 ton, atau setara dengan 25 persen dari kebutuhan daging nasional.
“Jadi kebutuhan daging di sejumlah provinsi lain juga berasal dari Jatim. Makanya kita menolak daging kerbau masuk kesini,” tegas Plt Kepala Kepala Dinas Peternakan Jatim Samsul Arifien.
Selain menggelar sidak ke pasar dan industri, Pemprov Jatim juga mulai melakukan pemantauan di sejumlah titik check point yang ada di wilayah perbatasan masuk Jatim. Seperti, Tuban, Ngawi, dan beberapa titik wilayah lain.
Semua itu untuk memastikan agar Jatim benar-benar aman dari rembesan daging kerbau impor, yang kuotanya telah disetujui oleh pemerintah pusat.
Selain daging, dalam sidak di Pasar Wonokromo, Ardi juga memantau secara langsung harga sejumlah komoditas pokok lainnya yang sempat melonjak, akibat terjadinya anomali cuaca yakni musim kemarau basah.
Ternyata, dari sekitar banyak komoditas, harga cabe merah besar terpantau masih tinggi, yakni Rp 45.000 per kilogram. Padahal idealnya harga per kilogram mestinya antara Rp 25.000 – 30.000. [iib,rac]

Tags: