Disperindag Probolinggo Latih 40 Santri Buat Tahu

TahuProbolinggo, Bhirawa
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kab Probolinggo menggelar pelatihan industri pembuatan tahu nigarin tanpa limbah, di Pondok Pesantren Bani Rancang, Desa Lemah Kembar, Kec Sumberasih. Pelatihan diikuti 40 santri Pondok Pesantren Bani Rancang dan santri Pondok Pesantren Hidayatul Islam, Desa Clarak, Kec Leces.
Menurut Kepala Bidang Perindustrian Disperindag, Andjar Noermala, selain dilatih membuat tahu nigarin, peserta dibantu peralatan Tasudo dengan hasil olahannya untuk pembuat tahu magnesium dan bermanfaat lain mulai dari susu kedelai, sari kedelai, donat kedelai dan nugget tahu dari Disperindag. ”Pembinaan dan pelatihan industri pembuatan tahu sehat nigarin untuk menciptakan Santri Interprenuer. Kegiatan ini dititik beratkan pada usaha ekonomis produktif sebagai salah satu pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM), yang fokusnya pada santri pondok pesantren sebagai peningkatan mata pencaharian utama masyarakat, sesuai potensi pengembangan usaha pembuatan tahu yang memiliki karakteristik unggul,” ujarnya.
Selain itu, kegiatan ini bertujuan meningkatkan kepedulian peran aktif Disperindag terhadap pembinaan santri pondok pesantren. Pelatihan pembuatan tahu sehat nigarin tanpa limbah. Dimana hasil limbah juga bermanfaat sebagai tahu magnesium, susu kedelai, sari kedelai, donat kedelai, nugget tahu dan campuran makanan lainnya.
”Sari bahari dalam tahu mengandung magnesium dan mineral-mineral penting yang diperlukan tubuh. Sebab kedelai dalam tahu, susu kedelai dan donut mengandung protein nabati tertinggi sebagai bahan pembentuk sel dan mengandung isoflavon yaitu zat gizi yang berfungsi mencegah kanker, gangguan jantung, osteoporosis, menapause, antioksidan, kolesterol,” ungkapnya.
Secara terpisah, Pengasuh Pondok Pesantren Bani Rancang, Kiai Ahmad Siddiq menegaskan, dengan pelatihan pembuat tahu ini diharapkan mampu memberikan inovasi terhadap santri pada saat ini. Sekaligus untuk menghadapi globalisasi yang nampaknya sudah tak dapat dibendung lagi kehadirannya.
”Masalah globalisasi tak hanya urusan pemerintah saja, masyarakat berkewajiban untuk menghadapinya, tak terkecuali santri kami yang ada ini, jika tak ingin ketinggalan maka harus mampu berinovasi terhadap produksi olahan yang ada guna lebih baik lagi,” jelas Kiai Ahmad.
Tidak kalah pentingnya, jika santri sudah terjun ke masyarakat sudah harus mampu memberikan apa yang terbaik dari hasil yang diperoleh dari pondok pesantren, diharapkan mereka tak hanya menunggu pekerjaan melainkan bisa menciptakan pekerjaan baru bagi warga sekitarnya. [wap]

Tags: