Disporapar Apresiasi Pembentukan Dua Desa Wisata di Sidoarjo

Soekarno pemilik sanggar seni budaya dan para tokoh penggiat wisata saat pertemuan membentuk desa wisata.

Sidoarjo, Bhirawa
Dua desa di Kecamatan Porong Sidoarjo yakni Desa Wunut dan Desa Candi Pari telah dikonsep menjadi percontohan desa wisata. Upaya tersebut mendapat apresiasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Sidoarjo.
Sebagai pilot project, di kedua desa tersebut memang ada tempat wisata Candi Parinya. Sementara di Wunut ada sanggar milik Pak Karno_sesepuh desa yang perlu kenalkan kepada masyarakat.
“Kita sangat mengapresiasi atas progam yang digagas oleh teman-teman peduli wisata, kita lihat dulu perkembangannya. Bila nanti menunjukkan sesuatu berkembang lebih baik, maka pemerintah juga akan ikut mendukung dan memfasilitasi apa-apa yang diperlukan,” jelas Kepala Disporapar Sidoarjo Drs. Joko Supriyadi, kemarin (31/7).
Perlu diketahui sebelmunya, bahwa prosesi pembentukan yang telah dilakukan di Sanggar Seni Rupa, Rumah Budaya dan Sejarah Desa Wunut, Kec. Porong, Sidoarjo telah dihadiri oleh perwakilan dari Bappeda Sidoarjo dan Disporapar Sidoarjo, pengurus BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah) Sidoarjo, APPWS (Asosiasi Perjalanan Pengusaha Wisata Sidoarjo), Come And Visit Sidoarjo, Suara Masyarakat Sidoarjo serta Ketua Asidewi (Asosiasi Desa Wisata Indonesia).
Ketua BPPD Sidoarjo Supomo mengatakan pembentukan ‘Desa Wisata’ ini bertujuan untuk meningkatkan kebudayaan, sosial, ekonomi dan relegiusitas masyarakat Sidoarjo. Makanya, kami telah sepakat akan mengembangkan lebih luas kepariwisataan Sidoarjo, yang sesuai dengan jenis dan potensi wisata wilayah yang ada. Juga menggali potensi wisata yang akan dikembangkan lebih lanjut, agar bisa bersaing dengan daerah yang lain. “Utamanya Jawa Timur, nasional maupun internasional,” katanya.
Ia mengaku kalau sebenarnya pembahasan kesepakatan bersama ini telah dilakukan pada tanggal 17 Juli 2018 lalu, di sanggar, juga rumah budayawan Sukarno. Sebelumnya kami juga sudah melakukan survey ke makam Dewi Sekardadu. Beberapa UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) juga bisa menerima konsep pariwisata tersebut, yaitu menjual proses dari produksi mereka menjadi suatu edukasi, sehingga tamu tertarik pada prosesnya dan otomatis membelinya.
“Dalam pertemuan kesepakatan kemarin, juga telah dihadiri Ketua Asidewi Indonesia, Pak Andi, pembuat kampong coklat dan kampong melon,” jelas Supomo. Jadi embrio-embrio desa wisata sudah terlihat, makanya kami juga minta support dari dinas budaya dan pariwisata Sidoarjo maupun Propinsi, diantaranya dengan membuka stan pameran di MTF (Majapahit Trafel Fair).
“Rekan-rekan juga sudah mulai membranding embrio desa wisata di wilayah masing-masing,” ujar Supomo yang juga sebagai Ketua APPWS. [ach]

Tags: