Distan Jatim Berharap Pemerintah Keluarkan Inpres Kedelai

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Dinas Pertanian Jawa Timur meminta pemerintah segera mengeluarkan instruksi presiden (Inpres) tentang penetapan harga pokok pembelian (HPP) kedelai supaya ketentuan harganya ada keseragaman nominal..
Dinas Pertanian Jatim menilai swasembada kedelai bisa tercapai jika HPP (harga pokok pembelian) kedelai tinggi. Bahkan, optimistis dengan penentuan itu pada masa mendatang petani kedelai di Indonesia mempunyai daya tarik besar untuk menanam komoditas itu.
“Mereka tidak berharap banyak, hanya ingin harga kedelai ini ada ketentuan HPP seperti pada beras,” kata Kepala Dinas Pertanian Jatim Dr Ir Wibowo Eko Putro MMT melalui Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim, Ir Achmad Nurfalakhi di Surabaya, Selasa (20/1).
Seperti dijelaskan sebelumnya, penetapan harga kedelai baru berupa surat keputusan Menteri Perdagangan, di mana ditentukan sebesar Rp7.600 per Kilogram. Namun, Gubernur Jatim berharap penetapannya melalui inpres bisa diposisi Rp8.000 per Kilogram.
“Namun, jika Inpres HPP dikeluarkan dengan harga tinggi sekitar Rp 8.000 per kg, maka petani akan bersemangat untuk tanam kedelai dan swasembada sangat mungkin tercapai dan ada kepastian pasar dan harga,” katanya.
Disisi lain, Distan Jatim mampu mendukung komitmen Pemerintah Pusat untuk mewujudkan swasembada pangan terhadap jagung, kedelai, dan padi. Upaya tersebut ditargetkan terealisasi pada tiga tahun mendatang.
“Kalau sekarang harga kedelai di pasar hanya Rp6.000 per Kilogram. Tetapi dengan adanya SK Mendag HPP kedelai Rp7.600 per Kilogram akibatnya Bulog tetap tidak bisa menyerap karena SK itu tidak mengikat,” katanya.
Untuk tahun lalu produksi kedelai di Jatim masih mencapai 320.000 ton dari total kebutuhan kedelai Jatim yang mencapai 420.000 ton. Sementara tahun ini, produksinya ditarget mencapai 329.000 ton. Hingga tahun 2017, produksi diupayakan akan naik menjadi 420.000 ton.
Program Perluasan Area Tanam atau PAT juga sudah dilakukan sejak tahun lalu. Pada tahun 2014, program PAT mencapai 42.000 hektar. Di tahun ini, perluasan area tanam diharapkan mencapai 56.000 hektar.
“Melalui upaya ini, kami berharap lahan kedelai di Jatim akan mencapai 270.000 hektar hingga 300.000 hektar dari saat ini yang masih dikisaran 210.000 hektar. Sehingga dengan perkiraan produktivitas lahan mencapai 1,6 ton per hektar, maka produksi kedelai bisa mencapai 400.000 ton lebih,” katanya.
Selama ini, kata dia, menanam kedelai kerap dianggap kurang menguntungkan bagi petani di Jawa Timur. Persoalan harga menjadi alasan utama petani, sehingga lebih memilih menanam padi dan jagung yang bisa memberikan keuntungan lebih menjanjikan.
Untuk tanam padi, perhitungan rata-rata produksi per hektar sekitar 6 ton dengan pendapatan kotor yang diterima petani adalah Rp 25,8 juta. Nilai tersebut dengan asumsi harga gabah kering giling Rp 4.300 per kg. Biaya produksi mencapai Rp 12 juta sehingga petani masih bisa mengantongi untung Rp13,8 juta.
Sementara untuk kedelai, dengan produksi per hektar sekitar 1,7 ton dan harga Rp 8.000 per kg, pendapatan kotor petani sebesar Rp13,6 juta. Jumlah itu masih dikurangi dengan biaya produksi sebesar Rp 8 juta. Keuntungan petani hanya Rp 5,6 juta. “Masih jauh di bawah padi. Karena itu petani masih memilih tanam padi,” katanya. [rac]

Tags: