Distan Jatim Kejar Target 35 Persen Produksi Kedelai

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Dinas Pertanian (Distan) Jatim kini tengah menargetkan kenaikan produksi kedelai sebesar 35 persen. Untuk mendongrak kenaikan produksi kedelai, direalisasikan melalui program Pemanfaatan Hutan Bersama Masyarakat.
Kepala Dinas Pertanian Jatim, Dr Ir Wibowo Eko Putro MMT melalui Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan, Ir Ahmad Nurfalakhi mengatakan, produksi kedelai Jatim diproyeksikan meningkat sebesar dari 355.000 ton pada tahun lalu menjadi 480.000 ton pada tahun ini
Dikatakannya, lahan hutan di Jatim bisa dimanfaatkan penanaman kedelai, meskipun tidak semua lahan bisa dimanfaatkan untuk pertanian. “Hanya hutan dengan pohon berusia di bawah tiga tahun yang bisa ditanami. Karena, tinggi pohon usia satu sampai tiga tahun belum terlalu menjulang, sehingga tanaman lain di bawahnya bisa terkena sinar matahari,” paparnya.
Dijelaskan Nurfalakhi, tahap awal ada sebanyak 18.000 hektare lahan hutan yang ditanami kedelai. Lahan tersebut tersebar di Banyuwangi, Jember, Nganjuk, Madiun dan Ponorogo. Sedangkan, sekarang ini luas lahan kedelai yang ada sekitar 220.000-240.000 hektare.
Pemprov Jatim juga memberikan insentif bagi para petani hutan. Seperti kegiatan upaya khusus seluas 34.000 hektare dan bantuan lainnya seluas 54.520 hektare. Di dalamnya mencakup pemberian benih, pupuk hingga pestisida. Bantuan tersebut langsung ke rekening kelompok sebesar Rp 1,8 juta per hektare. Untuk lahan hutan seluas 18.000 hektare juga termasuk yang menerima bantuan.
Disisi lain, ia mengatakan, penambahan produksi itu tidak berarti Jatim tidak impor kedelai. Berdasar data Badan Pusat Statistik, rata-rata kebutuhan kedelai Jatim per tahun sekitar 420.000 ton. Sedangkan impor kedelai sekitar 65.000 ton. Kedelai impor masih diperlukan karena ukurannya yang relatif lebih besar dibandingkan kedelai lokal. Kedelai tersebut biasanya untuk memenuhi kebutuhan para perajin tempe, tahu dan industri pangan lain.
Guna mendorong petani hutan unutk lebih giat menanam kedelai, penentuan HPP juga menjadi faktor penting.  Saat ini HPP kedelai kini masih dalam tahap usulan ada kenaikan sekitar 6 persen dari harga tahun lalu. Jika HPP kedelai tahun lalu tahun lalu sebesar RP 7.500 per kg, maka HPP baru nanti sebesar Rp 8.400 per kg.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Hasil Sembiring mengatakan, HPP kedelai baru diperkirakan akan dikeluarkan akhir Mei mendatang menyusul musim panen pada bulan Juni. Kenaikan HPP dianggapnya penting karena pemerintah prihatin dengan produksi kedelai yang masih melandai.
Menurutnya, kalaupun ada naik produksi kedelai saat ini tidak sampai menyentuh angka 1 juta ton. Padahal kebutuhan kedelai setiap tahun mencapai 2,2 juta ton. Sehingga hampir separuh lebih kebutuhan kedelai dipenuhi dari kedelai impor. Rendahnya minat petani untuk menanam kedelai diyakininya karena HPP yang rendah dan kalah dari HPP beras. Akibatnya, petani lebih suka menanam padi ketimbang kedelai. Harga kedelai di beberapa daerah misalnya begitu murah. [rac]

Tags: