Distan Lumajang Bentuk Tim Pantau Distribusi Pangan

Tim Pantau Distribusi PanganLumajang, Bhirawa
Bulan Ramadan yang identik dengan dinamika pangan membuat Dinas Pertanian (Distan) Kab Lumajang membentuk tim pemantauan distribusi komoditi pangan, untuk mengawasi sirkulasi tiga bahan pokok. Diantaranya beras, kedelai dan jagung yang dibutuhkan masyarakat dimomen-momen khusus yang biasanya dimanfaatkan pedagang untuk menaikkan harga ini.
Menurut Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kab Lumajang, Ir Paiman, dari Dinas Pertanian, tim pemantau yang dibentuk berfungsi mengawasi sirkulasi tiga komoditi hasil pertanian. Dengan melibatkan Kabid Pendataan dan Informasi Pertanian bekerjasama denga Kabid-kabid lainnya. Selain itu ada tim lain dari Bulog dan Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Kab Lumajang.
Paiman juga mengungkapkan, tim pemantau masing-masing instansi ini akan saling bersinergi untuk mengawasi distribusi komoditi pangan dengan acuan data luas tanam, kemungkinan panen dan berapa harganya di pasaran. Secara online, 21 UPTD Pertanian di masing-masing kecamatan sudah melaporkan areal tanam padi, jagung, kedelai, luas tanam dan kemungkinan panen serta harga masing-masing komoditi.
Kalau di pasaran komoditi ini tiba-tiba menghilang tapi acuan panen dengan stok yang sudah terdata, maka akan menjadi acuan penelusuran lapangan. Karena pasti ada permainan, dalam hal ini penimbunan.
Paiman mengungkapkan, timbunan produksi komoditi pangan di gudang-gudang akan diawasi ketat menjelang Ramadan ini. Karena potensi lonjakan harga dengan alasan kurangnya stok di pasaran bisanya menjadi modus tersendiri dari kalangan distributor untuk mendapatkan keuntungan besar memanfaatkan momen Ramadan.
”Dalam kaitan pengawasan ini, kami juga akan menggugah kembali teman-teman di Disperindag untuk ikut turun melakukan sinergi pengawasan. Mumpung kita juga dibantu TNI-AD yang memang sudah memiliki kerjasama khusus dengan jajaran pertanian secara nasional,” paparnya.
Tentang ketersediaan komoditi pangan di pasaran, Paiman menjelaskan, hal itu sangat kompleks. Karena tak hanya dilihat dari sisi produksi, akan tetapi jangan sampai digunakan sebagai ajang permainan untuk mengeruk keuntungan. Mencari keuntungan itu hal yang wajar, namun tidak dengan cara merugikan banyak orang secara masif. ”Makanya akan dicek, bukan untuk mencari kesalahan tapi untuk melakukan pembinaan. Kalau nantinya ditemukan adanya penimbunan, maka harus segera diantisipasi, diingatkan agar tak berlanjut,” paparnya.
Paiman menegaskan, penimbunan komoditi pangan yang memicu kenaikan harga di pasaran. Merunut kejadian 2014 lalu, dimana harga kedelai jatuh padahal faktanya di Lumajang baru panen raya. Ternyata setelah dilakukan pengecekan, bahkan dari informasi petani menyampaikan masih ada toko-toko yang memperjualbelikan kedelai impor.
”Sedangkan kedelai hasil panen petani yang baru panen raya kemana, kok yang dijual kedelai impor dengan stok yang sedikit saja. Ini kan aneh. Kalau tak segera disikapi, karena yang terjadi kemudian adalah informasi terjadi kelangkaan kedelai di pasaran. Padahal, faktanya tidak karena yang terjadi sebenarnya ditimbun. Ini yang akan diawasi ketat ke depannya,” tegasnya. [yat]

Tags: