Distribusi Buku Kurikulum Baru Macet, Ribuan Sekolah Belum Terima

buku kurikulum 2013Surabaya, Bhirawa
Dinas Pendidikan Surabaya meminta agar percetakan yang ditunjuk untuk pengadaan buku kurikulum baru 2013 segera menyelesaikan distribusi buku pegangan yang menjadi kewajibannya.
Sampai saat ini, dua hari masuk sekolah pasca libur lebaran, masih banyak sekolah yang belum menerima distribusi buku kurikulum baru secara lengkap terutama di jenjang Sekolah Dasar(SD). Padahal, sebelumnya pemerintah telah mendesak agar buku segera didistribusikan sebelum libur sekolah berakhir.
Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya Eko Prasetyo Ningsih mengakui hingga saat ini sejumlah sekolah belum mendapat kiriman buku. Khususnya untuk jenjang SD yang diperkirakan paling banyak belum menerima buku.
“Jumlah SD di Surabaya ini kan ribuan, tapi yang dikirim baru ratusan. Kami tidak tahu persis datanya karena distribusi ditangani langsung oleh percetakan hingga sampai ke sekolah,” tutur Eko saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (5/8).
Meski keterlambatan ini dapat disiasati sekolah dengan menggunakan compact disc (CD) yang berisi soft copy buku pegangan guru dan siswa, Dindik tetap meminta agar pihak percetakan segera menyelesaikan distribusi buku. Seperti diketahui, percetakan buku mata pelajaran wajib untuk Surabaya ditangani oleh PT JePe Press Media Utama yang terletak di Surabaya sendiri.
“Kemungkinan yang terlambat dikirim itu sekolah-sekolah yang ada di pelosok perkampungan Surabaya. Bisa jadi karena tidak bisa diakses kendaraan besar, atau bisa juga masih dicari-cari alamatnya,” kata Eko.Apapun kesulitan yang dialami pihak percetakan, buku tetap harus dikirim sesuai perjanjian dan langsung ke sekolah.
Mengapa tidak di drop di Kantor Dindik Surabaya? Hal itu dianggapnya tidak mungkin. Sebab, jumlah buku pegangan siswa dan guru untuk jenjang SD dan SMP saja tidak akan muat ditampung di kantor dinas. Selain itu, dalam kontrak tender sudah tercatat pihak percetakan yang wajib mendistribusikan buku sampai ke sekolah.
Di sekolah, keterlambatan buku ini disiasati dengan berbagai cara. Misalnya di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, Tanti Puspitorini selaku staf kurikulum mengakui di sekolahnya belum ada satu pun buku pegangan guru yang sudah tiba.
Buku yang sudah tiba hanya buku untuk para murid. Padahal menurut Tanti buku pedoman guru ini memegang peranan penting lantaran dipakai segabai acuan guru saat mengajar.
Meski buku terlambat, tidak berarti implementasi kurikulum akan ditunda. Untuk mengatasinya, pihak sekolah mengunduh sendiri silabus di website kemndikbud. Dari silabus tersebut maka guru memiliki dasar untuk membuat rancangan proses pembelajaran dan juga mengajar ke siswa.
Tidak hanya buku guru, buku siswa yang sudah sampai di sekolah ternyata pun belum lengkap. Hanya buku wajib A dan wajib B saja yang sudah datang. Yakni mapel PKn, Penjaskes, Bahsa Indonesia, Matematika, Pendidikan Agama, Sejarah Indonesia, Prakarya dan Kewirausahaan. Sedangkan buku peminatan untuk kelas X dan XI belum ada.
Kabarnya, buku peminatan ini memang belum rampung dibuat oleh Kemendikbud. Tanti mengaku, buku peminatan untuk kelas X dan kelas XI ini tidak termasuk buku yang dipesan melalui percetakan yang menerbitkan buku mapel wajib. Khusus untuk buku peminatan kemendikbud hanya memberi lampiran judul buku yang layak untuk dijadikan refrensi.
Menanggapi kondisi ini, Kepala Dindik Jatim Dr Harun MSi juga tengah mendesak penerbit untuk segera merampungkan distribusika ke daerah paling tidak hingga 15 Agustus ini. Menurut dia, penyebab keterlambatan ini murni dari penerbit, bukan dindik sebagai koordinator pemesanan. “Masing masing daerah juga berhak mendesak penerbit karena ini ada kaitannya Memorandum of Understanding (MoU) antara penerbit dan Kemendikbud,” tegas Harun. [tam]

Tags: