Ditemukan, Pondasi Candi Songgoriti Pernah Tergugah Era Kolonial

7-FOTO KAKI nas-0616 songgoritiKota Batu, Bhirawa
Memasuki hari keenam, tim arkeolog dari Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan terus melakukan penggalian di Candi Songgoriti. Kesimpulan sementara tim, kondisi tanah di bawah Candi Songgoriti sudah berubah total. Perubahan ini dimungkinkan adanya aktifitas yang dilakukan pada jaman kolonial Belanda.
Diketahui, di lokasi candi ini pernah ditimbun dengan tanah oleh pemerintah colonial. Candi ini ditemukan kembali oleh arkeolog dari Belanda yang kemudian menyusunnya kembali. Dan dalam penggalian kali ini, tim tidak hanya menemukan pondasi candi, namun juga menemukan banyak benda-benda peninggalan kolonial Belanda di dalam tanah, seperti bekas pipa-pipa air, batu bata belanda serta beberapa benda lainnya.
“Kondisi didalam tanah sudah berubah, ada lumpur yang sudah bercampur dengan material bangunan peninggalan era kolonial, seperti instalasi pipa-pipa peninggalan Belanda tertanam di sana,” terang Nugroho, coordinator arkeolog dari BPCB Trowulan, di sela-sela penggalian, Senin (16/6).
Dalam penggalian tersebut, tim menemukan batas kaki candi. Pintu candi berada di sisi Timur. Tim juga menemukan 2 sudut candi di sisi Utara dan Selatan. Alur bangunan yang ke arah Selatan dan ke Barat terputus. “Kita tidak menemukan lagi struktur bangunan candi seperti itu, tapi dugaan kita bangunan itu tidak berlanjut karena menabrak sumber air dingin. Sementara sisi Selatan nabrak kaki batu dibentuk sedemikian rupa hingga tidak bercampur antara sumber air panas dan air dingin,” ujarnya.
Selain itu, di bawah candi Songgoriti, arkeolog juga banyak menemukan batu-batu kali. Batu-batu baru tersebut menunjukkan bahwa kondisi tanah di bawah candi Songgoriti sudah tergugah (sudah pernah dilakukan penggalian).
Pada sisi Timur badan candi, tim juga menemukan adanya struktur candi yang diletakkan tidak sesuai dengan tempatnya.  “Waktu menemukan candi dulu, arkeolog Belanda menempatkan struktur candi tidak pada tempatnya, masih bisa kita lakukan penataan,” tambahnya.
Diketahui, Candi Songgoriti ditemukan oleh Van Ijsseldijk tahun 1799, kemudian diperbaiki oleh arkeolog Belanda lainnya, Rigg pada 1849 dan Brumund pada 1863. Tahun 1902 Knebel melakukan inventarisasi situs ini dan melanjutkannya dengan renovasi besar-besaran. Kegiatan itu berlangsung tahun 1921 dan berakhir tahun 1938.
Candi ini banyak menyimpan peninggalan agung. Di dalam tanah dekat dasar candi, ditemukan empat peti batu yang berisikan lingga dari emas, yoni dari perunggu, serta mata uang dan kepingan emas yang bertuliskan nama dewa-dewa.
Candi Songgoriti juga menyimpan keunikan lain, yakni sumber air dingin Pasang Giri. Air itu menyembul di tengah-tengah bangunan candi dan kolam kecil berukuran 75 cm x 75 cm, dikelilingi sumber air panas. Sangat unik dan sulit dimengerti akal sehat. Candi yang dikelilingi sumber mata air panas, di tengah-tengahnya memancar sumber mata air dingin.
Ada mitos yang menyebutkan sumber air ini tak ubahnya sebagai patokan untuk stabil tidaknya pemerintahan di Malang Raya dan bahkan Indonesia. Konon dulu ketika ada gonjang-ganjing kerusuhan politik tahun 1998, air di sumber Pasang Giri ini langsung meluber dan beriak-riak.
Namun, bila suhu politik di tanah air kondusif, sumber air tersebut tenang dan volumenya tetap terisi 50 persen dari total satu meter tinggi kolam kecil itu. Sumber air ini banyak mendapat kunjungan khusus para pejabat di masa lalu. Entah hanya untuk sekadar semedi atau melihat-lihat. Sumber air Pasang Giri sudah lebih dari 11 tahun tidak lagi beriak. Kalau benar mitos tersebut, tentu saja kita harapkan sumber air tidak lagi bergerak-gerak. [nas]

Keterangan Foto: Salah seorang arkeolog melakukan penggalian di sekitar Candi Songgoriti. (nas/bhirawa)

Tags: