Ditengah Wabah Covid-19, Usaha Jamur Tetap Produktif di Bondowoso

Demi memenuhi pesanan, Usaha jamur timur JBJ (Jamur Barokah Jatim), di Desa Wonosuko, Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso ini terus bekerja hingga malam hari.(Ihsan Kholil/Bhirawa)

Bondowoso, Bhirawa
Di tengah-tengah bencana nasional mewabahnya Corona Virus Disiase (Covid-19). Telah banyak memakan korban jiwa bahkan juga berdampak terhadap perekonomian masyarakat pada umumnya. Diketahui, sejumlah pelaku UMKM dan IKM harus berhenti sementara. Akan tetapi, ada sejumlah usaha rumahan yang masih tetap produktif. Salah satunya adalah usaha jamur timur JBJ (Jamur Barokah Jatim), di Desa Wonosuko, Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso ini.
Komisaris JBJ, Ubaidillah Afief mangaku bersyukur, bahwa belum genap sebulan, usaha yang dikelola terus mendapatkan pesanan dari sejumlah pelanggan. “Alhamdulillah, selama pendemi Covid-19 kami tetap produksi. Kita dapat pesanan 13.000 baglog. Sampai anak-anak kewalahan. Makanya dikebut siang malam,” katanya saat di konfirmasi, Kamis (16/4).
Kata dia, pemesanan sendiri datang dari berbagai daerah. Yakni mulai dari Situbondo, Probolinggo, Jember dan juga beberapa derah lain di Jawa Timur. Ia pun mengaku, usaha jamur ini sangat sesuai dengan anjuran pemerintah. Yakni work from home (WFH). Karena ini memang usaha rumahan. “Jadi kami juga tetap memperhatikan protokol kesehatan selama Covid-19,” akunya.
Tak hanya itu, dari lima pekerja dalam usaha yang dikelolanya ini. Denga melibatkan mahasiswa yang baru lulus kuliah. “Usaha ini sekaligus untuk mengajarkan para sarjana muda. Agar mampu menciptakan lapangan pekerjaan, bukan mencari pekerjaan,” imbuh Kandidat Doktor UNISMA ini.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, kata dia, pihaknya berkomitmen agar tetap produktif. Yakni dengan membuka pangsa pasar. Ia pun berharap, pandemi Covid-19 ini segera selesai. Sehingga masyarakat kembali beraktivitas, dan ekonomi kembali stabil. “Kita upayakan terus produktif, berkolaborasi dengan pengusaha lain. Agar tak semua bergantung pada pemerintah. Tentu bencana ini ada dampak penjualan bagi kami, tapi tak begitu signifikan,” terangnya.
Di tempat yang sama, Direktur JBJ, Sofwen menjelaskan, selama Covid-19 ini. Pihaknya tidak melakukan promosi. Karena mengingat pesanan sudah penuh. “Yang bekerja kan terbatas. Nanti juga akan melibatkan masyarakat sekitar, yang tidak bekerja. Agar mereka memiliki pemasukan di tengah bencana pandemi Covid-19,” paparnya.
Menurutnya, usaha bersama yang dirintis itu menjual baglog dengan harga cukup murah. Yakni hanya Rp 2.500 sampai Rp 3.000 per baglog. Alumni IAIN Jember itu pun menceritakan, bahwa bibit sendiri menggunakan F2, yakni berbentuk benih jagung.
Berbagai tahap harus disiapkan sebelum pembibitan. Yakni mencapur bahan dengan serbuk kayu. “Kemudian packing dalam plastik, pengukusan sekitar tujuh jam, sterilisasi. Baru setelah dingin pembibitan,” urainya.[san]

Tags: