DKP Jatim Kembangkan Inovasi Budidaya Udang Vaname Skala Rumah Tangga

Kepala DKP Jatim Moch Gunawan Saleh menunjukan kolam yang dipergunakan untuk budidaya udang vaname, di belakang kompleks rumah dinas DKP Jatim, di Surabaya. [rachmat]

Pemprov, Bhirawa
Budidaya udang vaname yang biasanya dilakukan dalam skala besar dan membutuhkan lahan berhektar-hektar. Nyatanya kini Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jatim dengan inovasinya bisa mengembangkan budidaya udang vaname skala rumah tangga menggunakan luas kolam kurang dari 70 meter persegi.
Uji coba inovasi ini dilakukan DKP Jatim dengan memanfaatkan kolam yang berada di komplek rumah dinas di Jalan Ketintang, Surabaya. Selain hanya membutuhkan lahan yang minimalis, budidaya udang ternyata juga berhasil dilakukan di tengah kawasan perkotaan.
Kepala DKP Jatim, Muhammad Gunawan Saleh menjelaskan, berbagai keuntungan dari budidaya udang vaname skala kecil ini. Sebab, inovasi ini mendukung upaya ketahanan pangan keluarga sekaligus dapat menjadi pendapatan tambahan yang cukup menjanjikan.
“Kalau yang banyak dikembangkan saat ini adalah ternak ikan lele skala kecil menggunakan tong. Dibandingkan lele, budidaya udang vaname jauh lebih menjanjikan. Apalagi sekarang bisa dilakukan di area pekarangan rumah,” ujar Gunawan Saleh saat di temui di rumah dinasnya, Senin (29/3).
Gunawan menjelaskan, luas kolam yang digunakan untuk uji coba sebesar 6 x 11,5 meter persegi dengan kedalaman 1,2 meter. Dari kolam tersebut, pembenihan dapat dilakukan sebanyak 50 ekor per meter persegi atau sekitar 3.500 ekor.
“Bahkan untuk kolam terpal model bulat berdiameter 2 meter pembesaran udang vaname masih bisa dilakukan. Sehingga cocok diterapkan di pekarangan rumah. Sementara di sini, kami menggunakan kolam yang sudah ada berukuran 11,5 x 6. Ada empat kolam, dengan ukuran yang sama. Sehingga total pembenihan sekitar 14 ribu ekor udang vaname,” papar Gunawan.
Dengan perawatan yang baik, Gunawan menyebutkan hasil panen dari budidaya udang tersebut bisa mencapai 327 kilo dengan size 35 ekor per kilo. Harga udang vaname sendiri kini berada di kisaran antara Rp 65 ribu sampai Rp 70 ribu.
“Kalau budidaya lele kita hanya bisa jual Rp 17 ribu per kilo. Padahal kebutuhan pakannya bisa Rp 14 ribu per kilo. Kalau udang vaname, keuntungan bagi keluarga akan lebih besar,” ungkapnya.
Karena digunakan untuk uji coba, maka hasil panen di rumah dinas tersebut tidak diperjual belikan. Tetapi dibagikan untuk masyarakat dan konsumsi sendiri. “Modalnya sangat kecil hanya sekitar Rp 10 juta dan kebetulan tidak menggunakan APBD Jatim. Jadi kalau untuk komersial memang sangat menguntungkan bagi masyarakat yang mau budidaya udang vaname skala kecil,” tutur pria asal Sumenep itu.
Keuntungan lain, kata Gunawan, budidaya skala kecil ini tidak membutuhkan izin amdal dan syarat lain yang rumit. Sebab, izin amdal hanya diwajibkan untuk budidaya dengan luasan lebih dari 100 Ha untuk skala intensif dan >50 Ha dengan teknologi super intensif. Hal ini tertuang kedalam peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan RI Nomor 38 tahun 2019.
“Kalau budidaya udang dengan hasil panen sekitar 3 ton, butuh luas lahan sekitar 3 ribu meter per segi. Karena ini uji coba budidaya, maka kita cukup dengan membuat kolam kecil sehingga mudah direplikasi oleh masyarakat,” tandas Gunawan.
Di sisi lain, budidaya udang vaname tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya, melainkan hanya menggunakan probiotik. Probiotik ini bahkan dapat mereduksi limbah seperti amoniak dan bahan organik total. Limbah yang dibuang juga telah diendapkan untuk menghindari pencemaran lingkungan. “Tidak mungkin budidaya udang itu kemudian pakannya mengandung bahan formalin. Karena ini terkait kemanan pangan dan hasil produk perikanan tidak boleh menggunakan bahan berbahaya,” tegas Gunawan.
Inovasi ini merupakan uji coba rekayasa teknologi tepat guna dalam budidaya udang vaname yang nantinya dapat dilakukan oleh masyarakat di perkotaan maupun dipedesaan dengan memanfaatkan lahan sempit. Sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan baru di era pandami Covid-19.
“Kita berharap untuk masyarakat di daerah pesisir bisa mereplikasi teknologi ini. Karena sumber daya air asin mereka melimpah. Kemudian, peluang pasar udang vaname juga sangat besar. Apalagi saat pandemi ini, supliaer utama udang vaname dari India sedang lockdown. Sehingga suplai dari Indonesia sangat dibutuhkan untuk ekspor,” kata Gunawan. [rac]

Tags: