DKP Kab.Sidoarjo Gelar Total Revolusi Sampah

Kadis DKP Bahrul Amig bercengkerama dengan Ny Temu, pekerja sampah.

Kadis DKP Bahrul Amig bercengkerama dengan Ny Temu, pekerja sampah.

Sidoarjo, Bhirawa
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Sidoarjo melakukan revelusi untuk melumat sampah dengan membangun mesin conveyor (pemilah sampah) di tujuh lokasi. Mesin ini akan mengubah nilai ekonomi dari sampah menjadi uang. Dengan target akan merekrut 1500 tenaga kerja.
Cara kerja mesin ini cukup sederhana, sampah yang baru di keluarkan dari gerobak langsung dimasukkan ke mesin pemilah. Sampah dari berbagai kotoran organik dan unorganik itu dipisahkan dengan cara manual oleh pekerja dengan memungut barang berbahan plastik seperti botol minuman mineral maupun beling.  Sisanya yang merupakan sampah unorganik didorong dengan mesin menuju crasher (mesin pencacah) .
Crasher yang suaranya berisik ini melumatkan seluruh sampah untuk dijadikan pupuk, sedangkan bahan plastik sisanya didorong dengan blower. Kekuatan angin dari mesin blower ini akan menghempaskan plastik menuju bak penampungan. Di lokasi sampah terpadu itu sampah dikelompokkan ke dalam tiga bagian. Pertama adalah sampah organik yang masuk di bak penampungan, berikutnya sampah rumah tangga untuk dijadikan pukuk, ketiga adalah cacahan plastik kresek.
Kepala DKP Sidoarjo, Bahrul Amig, tempat sampah terpadu di lingkar timur ini merupakan prototype dari system konvensional untuk menuntaskan persoalan sampah. Sekain ada mesin sampah akan dibangun pula barak penampungan untuk petugas sampah. Dibutuhkan Rp2 miliar untuk satu lokasi dengan harapan bilamesin sudah terpasang di tujuh atau sepuluh lokasi lagi akan menciptakan 1500 tenaga kerja.
Tenaga kerja bekerja mulai pembawa gerobak, pemilah, pemulung, pengangkut sampah untuk di bawa ke tempat industry yang membutuhkan. Sampah yang dihasilkan ini sudah ada yang memesan.
“Tidak perlu repot. Sampah ini mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tidak ada yang dibuang, semua akan menjadi uang,” tandasnya.
System kerja alat ini harus diikuti dengan kemauan keras pekerjanya, seluruh sampah ang diproses hari itu harus sudah diangkut hari itu pula. tidak boleh menunggu dua hari, intinya tidak boleh menimbun sampah hasil proses alat ini.
Ia mengatakan, pekerjaan seperti ini tidak bisa libur. Walaupun lebaran akan terus bekerja. Karena itu ia menyebut, pekerja di sektor ini merupakan sosok berjiwa mulia. Karena sampah yang dibuang masyarakat juga tidak pernah mengenal libur.  Libur satu hari saja akan menyebabkan sampah menumpuk dan akan menjadi beban bagi pekerjanya.
Diakui alat ini tidak menghilangkan semua sampah. Setiap harinya hanya memproses 60 geledek saja untuk satu tempat sampah terpadu atau hanya 10 persen saja dari satu kawasan. Sisanya tetap saja di buang di tempat pembuangan akhir.
Pantauan di lapangan, pekerja sampah tampak gesit dan bergerak cepat untuk meladeni pergerakkan sampah yang dibawa conveyor menuju crasher. Ada sekitar 6 anak muda memilah plastik yang seolah tengah bermain. Bau menyengat sampah tidak dihiraukan. Padahal bagi yang tidak terbiasa bertahan 30 menit saja di tenpat itu butuh mental kuat. Empat wartawan yang mencoba mewawancarai pemulung sampah akhirnya cepat memilih ke luar karena tidak kuat baunya. Anehnya petugas sampah ini walaupun tanpa masker penutup hidung, tampak nyaman saja.
Temu, pemulung paro baya yang sudah 17 tahun menekuni profesi ini, mengatakan, hidungnya sudah kebal mencium bau sampah. [hds]

Tags: