DLHK Kabupaten Sidoarjo dapat Kiriman Limbah Ilegal

Kepala DLHK Bahrul Amiq menerima kiriman limbah sungai dari Ecoton. [achmad suprayogi/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Beberapa orang penggiat lingkungan yang tergabung dalam Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) beramai-ramai mendatangi Kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kab Sidoarjo. Mereka bersama rekannya membawa 80 kilogram popok atau pempers bekas yang diambil dari sungai di wilayah Kec Balongbendo hingga Kec Taman Sidoarjo.
Mereka meminta pemerintah hadir dan peduli dalam pengawasan kondisi sungai. Warga yang selama ini membuang sampah seenaknya ke sungai karena pemerintah tidak pernah hadir. ”Kita merasa sungai di Balongbendo, Krian, dan Sepanjang Taman sudah dilepas tanggung jawabnya oleh pemerintah,” ujar Direktur Eksekutif Ecoton, Prigi Arisandi dihadapan Kepala DLKH Sidoarjo Bahrul Amiq, Selasa (25/7).
Lebih lanjutnya, kalau sejak  sepekan yang lalu pihaknya bersama komunitas peduli lingkungan melakukan investigasi di sepanjang sungai yang ada di tiga kecamatan Sidoarjo. Hasilnya, ditemukan kurang lebih sekitar tiga kuintal popok bayi yang dibuang di kali pelayaran maupun Kali Surabaya yang ada di Sidoarjo.  ”Ada 42% berjenis plastik, dan 38% jenis popok bayi yang dibuang di sungai. Ironisnya, ini tidak ada yang menangani. Padahal, dihilir sungai itu ada IPA PDAM Tawangsari,” jelasnya.
Ia mengharapkan ada institusi yang mengawasi sungai. Sehingga masyarakat tidak lagi membuang popok di Sungai. Selama ini, membuang sampah di sungai sudah menjadi budaya yang sulit dihentikan. Alasannya, pemerintah tidak hadir ditengah-tengah masyarakat. ”Kementerian Lingkungan Hidup, maupun dinas harusnya hadir di masyarakat. Sehingga masyarakat tidak merasa enjoy dengan membuang sampah di sungai,” tegasnya.
Disamping itu, air sungai merupakan bahan baku air minum. Untuk meningkatkan kualitas air sungai, maka perlunya ada pengawasan, penambahan anggaran maupun penegakan hukum terhadap lingkungan, terutama bagi masyarakat yang membuang sampah di sungai. ”Budaya membuang sampah itu akan terbentuk karena pemerintah tidak hadir,” Prigi Arisandi.
Ia menjelaskan efek dari pencemarannya, yakni sekitar 25% ikan yang ada di sungai mengalami intersex (Ikan Bencong). Sedangkan di sungai yang ada di Sidoarjo, 80%-nya merupakan ikan betina. Seharusnya pembagian ikan menjadi fifty fifty. Namun, saat ini sungai mengandung senyawa pengganggu hormon atau Endocrine Disrupting Chemical (EDC). ”Yang mana sperma yang keluar dari ikan betina bercampur dengan racun popok yang dibuang di sungai. Sehingga airnya tercemar dan ikan pun mengalami intersex,” terang Prigi Arisandi lebih lengkap.
Sementara itu, Kepala DLHK Sidoarjo Bahrul Amiq mengaku dengan senang hati apa yang telah dilakukan oleh Ecoton. Karena apa yang telah dilakukan Ecoton bukan hanya sekedar omong kosong, ada buktinya kalau memang kondisi sungai kita sangat kotor, banyak dicemari sampah-sampah rumah tangga. ”Oleh Karena itu, kita siap perang melawan sampah, kita akan gerakan semua masyarakat untuk bekerja sama untuk penduli terhadap sampah,” jelas Bahrul Amiq.
Ia menegaskan sebenarnya pihak Pemkab Sidoarjo sudah menyedikan sekitar 80 tempat-tempat pengolah sampah yang ada di sekitaran warga. Namun sepertinya tidak dimanfaat warga dengan baik. ”Makanya penanganan sampah ini bukan hanya urusan pemerintah saja, tetapi kepedulian kita semua. Jangan hanya sekidar membuang sampah, tetapi juga harus memikirkan bagaimana sampah-sampah itu bisa diolah, sehingga tidak akan memenuhi TPA,” katanya. [ach]

Tags: