DLHK Sidoarjo Terkesan Cuek Sungai Bader Jadi Buangan Limbah

Sungai Bader yang melintasi Dusun Ketintang, Desa Jimbaran Wetan, sudah lama jadi buangan limbah pabrik. [alikus/bhirawa

Sidoarjo, Bhirawa
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kab Sidoarjo harus peduli dengan pencemaran yang terjadi pada Sungai Bader, yang melintasi Dusun Ketintang, Desa Jimbaran Wetan,  Kec Wonoayu. Karena bertahun-tahun warga desa yang tinggal di pinggir sungai, menghirup limbah yang dibuang ke sungai.
Menurut warga sekitar yang terganggu bau limbah di sungai itu sangat menusuk hidung sampai terasa sampai dalam dada. Dikawatirkan, dalam jangka yang panjang bisa-bisa akan bisa kena penyakit Inspeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
”Mungkin saat ini sudah ada warga yang terkena penyakit ISPA, hanya saja belum ada pemeriksaan dari pemerintah,” kata Basirin, salah satu warga yang tinggal di pinggir Sungai Bader, saat ditemui Minggu (8/10) kemarin.
Bahkan karena dampak dari air di Sungai Bader itu yang jadi buangan limbah sejumlah pabrik di bagian hulu itu, air sumurnya sudah lama tidak bisa dikonsumsi lagi untuk diminum. Air sumur hanya ia manfaatkan untuk cuci dan mandi. Sedangkan untuk minum, ia beli air bersih dari tukang air.
Sementara itu, tetangga Basirin, Iwan menambahkan, keluarganya juga sangat terganggu dengan bau air Sungai Bader yang menusuk hidung karena jadi buangan limbah itu. Karena baunya yang menyengat, tiap hari pintu depan rumahnya ditutup. Dan tak pernah memakai air sungai itu untuk memelihara ikan, tapi semua ikan-ikannya langsung mati tidak tersisa.
Di sungai itu, kata Iwan, memang ada ikan seperti mujaer, bethik dan pembersih kaca. Ikan-ikan itu kelebihannya, memang mampu bertahan di air-air yang meski tercampur limbah. Karena menjadi buangan limbah pabrik yang ada di hulu, yang menurut warga di Desa Wonoayu itu, air Sungai Bader itu warnanya hitam kebiru-biruan. Di daerah hulu itu, menurut warga sejumlah pabrik yang dicurigai membuang limbahnya ke Sungai Bader itu diantaranya, pabrik pemotongan ayam dan sejumlah pabrik lainnya yang berada di pinggir Sungai Bader itu.
Menurut Khoiron, mantan Sekdes PNS di desa itu yang kini sudah dimutasi di Kantor Kec Wonoayu, kejadian pembuangan limbah ke Sungai Bader itu sudah berlangsung lama. Tapi nyatanya tidak ada tindakan dari Pemkab Sidoarjo, khususunya OPD terlait.
”Paling hanya teguran-teguran saja, tapi pasti tidak digubris, nyatanya sampai sekarang Sungai Bader tetap jadi buangan limbah,” katanya
Menurut Khoiron, OPD kurang serius tentang masalah ini. Buktinya pabrik yang ada di daerah hulu masih  tetap saja membuang limbahnya ke Sungai Bader. Harusnya ada sanksi yang serius dan tegas.
Nurhasyim, pensiunan perangkat desa itu menambahkan, Sungai Bader itu dulu dimanfaatkan warga untuk bercocok tanam. Kini tidak lagi, sebab sawah di Dusun Ketintang sudah habis beralih menjadi pabrik.
”Untung sawahnya sudah gak ada, kalau dipakai untuk mengairi padi, bisa mati semua tanamannya,” katanya. [kus]

Tags: