Doa Di Atas Tanah Pangkal

DOA DI ATAS TANAH PANGKAL

Oleh :
Joko Rabsodi

Ibu baru angkat kaki
melalaikan kampung yang dulu menelan sepuruh nyawanya
pergi meninggalkan larat suatu adat
alasannya satu mendaur nasab di tanah pangkal

Mungkin ia masih di jalan
tapi tanda di tempat ia menarik selimut
menyibak selonjor kata ia bahagia dengan almarhum suaminya
– sebelum matanya meneriakkan mimpi- narasi sederhana dilampirkan
ke telinga kasur yang menyandingi malam tanpa sinar lampu
senyum kecil dilipat sejalur bantal melembutkan alisnya

Barangkali ibu sudah sampai di halaman yang paling tua
terlentang melempar lelah dari bising bus antar kota
melirik sisa pekarangan yang dicumbui semasa remaja
bangunan bekas belanda menyublim di lengan angkasa
tebal tembok mencairkan ingatan; di sini ia menahan amukan lapar
dan pesta pora batang tebu
ciuman hangat saudara dikanan kiri menyelempet; ia pernah bahagia
meski tanpa tahun karena uzur, pastinya ia menanggung rindu

Ibu terlantas menenun anaknya mandiri
menakik nasibnya merdeka dilandasi keyakinan tuhan telah berdiri
menakar rezeki yang kadang tidak ditakar
itu filosofi yang dibangun, kekhawatiran paling taat adalah melahirkan
kelahiran adalah tanggung jawab tuhan
sebagaimana ibrahim menyerahkan hajar di tanah liat
berbekal ismail ditancapkan kebaktian; zam.zam. zam. zam

Ia tak pernah waswas berperan takdir utama
bangun sepertiga malam dengan sujud makbul
tabungan doa sejak pagi ditabur di atas beludru
beriras masjidil haram
lalu suara sebening kaca memanggil tuhannya
bulan tercengan pada seperangkat doa jernih
melipuri jagat seindah bidadari memetik benih
– dia tahu perempuan setengah tua – ingin membakar maksud dengan syi`ir menyalak
– dan tuhan pun tahu, tubuh ibu irisan doa yang mahbub

madura, 08/2022

NENEK DAN WASIAT CUCUK SISIR

Nenek terpekur di depan sebilah cucuk sisir
selip alisnya memvisualkan suatu hal ia pikirkan
tenggorokannya mengadah seperti serumpun doa menjurut ke atas barat
struktur retinanya mendekorasikan perihal kenangan yang menguap
entah apa sebenarnya ingin ia kecutkan pada siul pagi
selembab bulan ini
jarang ia terpekuk apalagi tercekang matahari langsung
cucuk sisir ditimangnya dinyanyikan pornama e penggir sereng
nyali sebagai perempuan kuat diterak lirik-lirik pengunduh cedera
aku yang ikut mengamati tarikan dalamnya luka
terperas isaknya yang mengelupas habis

Cucuk sisir itu pemberian kakek ibrahim
diwariskan setelah keduanya mengucapkan epitaf rindu
akad setia yang diikat di tepi laut
gebuk gelombang memuat jejak pasir yang mengabadikan
replika cinta adam-hawa terelas, kedua belah mata saling mengisi
; kalau mendung hitam sudah di atas kepala
jangan larang hujan turun ke bumi
kalau angin bertiup dengan kencangnya
jangan larang daun-daun kering berguguran
kalau senyummu selalu mekar dalam hatiku
jangan larang aku tetap setia dan rindu padamu

Nenek mengerti melihat pusaka itu pahitnya tak bisa hilang
serentak anai-anai laut akan mengirim izrail merampas
bagian dadanya yang karang
sakit diterima setiap ombak mencampak badai ke darat
amisnya mendulang lembut lidah kakek ibrahim
pantas nenek belum ikhlas menyepak maklumat yang dipaket ombak
konon kakek berselayar sepanjang arus bergelombang

madura, 08/2022

KIAMAT TAK MAMPU MENYELIMUTI CERITAMU

Mungkin kau sudah mati
setidaknya terhina dalam sejarah desember
darah yang tumpah di sisi lidah lelaki itu
mengutus azazil menikmati buah khuldi

Kau bukan hawa
tapi hetaera yang dirempah yunani kuno, Aspasia
bukan drupadi
menawan pandawa lima dalam satu sari

Siksaan adam atas rencana purba
berbaiat padamu
ad-dam`u makin sakit hati
kalender menatar angka merah kesumba
itu darahmu yang terpanggang sepi

Satu pintu terbuka namun cepat terkunci
petiklah cahaya dalam gelap duka yang tertutup
rebahkan airmata di tungku langit, tuhan semedi disana
sebagai stasiun aku penunggu waktu yang kau ulur
ke seberang parodi dengan draf kotor
aku harus menyumbang maaf
untuk memetik sorga yang kusasak dalam wujudmu

Karenamu azazil mengulang menikmati buah khuldi
adam sakit hati, narasinya diputar di abad ini
mengisap buih lautan lebih baik
daripada menanggung laknat azali
tubuhmu bisa saja mati
cerita itu tak mungkin terselimuti meski kiamat akan datang!

madura, 08/2022
SALAMKU TAK PERNAH RUNCING

Jangan salahkan salamku yang tak pernah runcing
menusuk rasa yang tersimpan dalam terumbu
kudekati jeruji tanganmu sekedarkan mengingat
kita jenis yang sama dalam mata kaki yang berbeda
langkah pun berbeda
kita tak pernah salah pada cahaya
ia telah menyelipkan kita pernah duduk bersama
kita manusia tersusun dari kata-kata!

Madura, 08/2022

Tentang Penulis:
Joko Rabsodi
Lahir di pamekasan-madura Santri yang mengabdi di SMA Negeri 4 Pamekasan, Madura. Menulis fiksi dan non fiksi. Buku non fiksi terbarunya; “Kurikulum modern ala Gus dur”

————— *** —————

Rate this article!
Doa Di Atas Tanah Pangkal,5 / 5 ( 1votes )
Tags: