Dokter (Di-upah) Murah

Foto Ilustrasi

Dulu, hampir setiap anak-anak bercita-cita menjadi menjadi dokter. Namun realitanya saat ini banyak dokter menganggur setelah lulus kuliah fakultas Kedokteran. Walau sebenarnya banyak daerah (kabupaten dan kota) kekurangan dokter. Tetapi rekrutmen ASN (Aparatus Sipil Negara, dulu PNS) sangat terbatas. Sehingga banyak dokter, terutama yang muda, menjalani hidup “tidak sehat” secara ke-ekonomi-an.
Bekerja di rumahsakit swasta, tidak mudah, mesti bersedia diupah murah. Tak jarang dibayar dibawah UMR. Setelah berpengalaman bekerja ber-“jibaku” selama dua tahun, nasib belum segera berubah. Tidak mudah memasang papan nama dokter, karena izin praktik sangat mahal. Nasib dokter semakin “tidak sehat,” manakala dari latarbelakang keluarga ekonomi pas-pasan (sejak mahasiswa). Menyebabkan banyak anak-anak tidak memilih bercita-cita menjadi dokter. Beralih cita-cita menjadi tentara (dan polisi).
Cita-cita menjadi dokter, berhubungan dengan moralitas kemanusiaan. Yakni, menolong sesama. Pada masa kini, terdapat 84 sekolah kedokteran (negeri dan swasta) yang tersebar di 31 propinsi seluruh Indonesia. Paling banyak berada di Jawa Timur, dengan 12 sekolah kedokteran. Surabaya sejak lama (tahun 1913) telah menjadi pusat pendidikan kedokteran. NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School)  didirikan untuk mencetak dokter yang langsung dapat bekerja di kalangan masyarakat desa-desa.
Sebelum NIAS sudah terdapat STOVIA, di Jakarta untuk mencetak dokter “Jawa.” Awalnya, STOVIA kira-kira setara dengan D-2 (diploma 2 tahun). Lalu ditingkatkan menjadi 10 tahun masa perkuliahan. Calon mahasiswanya boleh dari lulusan SD. Sedangkan NIAS, calon mahasiswa minimal harus lulus MULO (setingkat SMP sekarang), dengan masa perkuliahan selama 9 tahun. Sehingga lulusan NIAS memiliki pengetahuan kedokteran lebih memadai, lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Sejak lama (sampai sekarang), sangat sulit bisa menjadi calon mahasiswa kedokteran. Selain harus cerdas, sabar (karena kuliah yang lama), diperlukan bekal ke-ekonomi-an memadai. Saat ini, setiap calon mahasiswa baru fakultas kedokteran, harus memiliki uang sebesar Rp 300 juta. Biaya perkuliahan selama setahun ditaksir sekitar Rp 50 juta-an. Karena berbagai kesulitan pendidikan kedokteran, konon, menyebabkan setiap lulusannya terbiasa bersabar. Low profile.
Berdasar tilik sejarah pendidikan kedokteran, diririkannya STOVIA maupun NIAS, merupakan respons situasi. Karena berbagai daerah terkena wabah cacar, dan kolera. Lulusan kedokteran langsung disebar ke berbagai desa yang terkena wabah. Berpindah-pindah, bergantung pada kawasan terpapar wabah. Sehingga dokter, selalu memahami kondisi sosial di pedesaan. Tak jarang, menjadi tokoh informal.
Ilmu kedokteran telah berkembang pesat Ironisnya, saat ini konon, dokter-dokter yang baru lulus, ada yang tidak bisa menyuntik. Pada program internship di berbagai RSUD, ternyata banyak pula dokter yang masih gemetaran memeriksa pasien. Serta belum bisa mendengar denyut melalui statoskop. Padahal sudah bergelar dokter. Maka program internship, diharapkan dapat meningkatkan kompetensi kedokteran.
Program internship, merupakan kewajiban. Dokter peserta program ini dihonor Rp 1,2 juta per-bulan. Usai menyelesaikan internship, dokter baru lulus bisa melanjutkan pekerjaan ke-profesi-an. Bisa menjadi pegawai tidak tetap di RSUD, dan Puskesmas. Juga bisa bekerja di rumahsakit swasta, maupun klinik perusahaan. Honornya, juga masih dibawah UMR.
Memperingati hari dokter, diperlukan inovasi IDI (Ikatan Dokter Indonesia), turut memperluas sebaran dokter (dan dokter spesialis). Pemerintah (dan daerah) juga memiliki tanggungjawab menyeimbangkan sebaran dokter di pedesaan. Toh saat ini, setiap desa memiliki anggaran besar (Alokasi Dana Desa, ADD) bersumber dari APBN.
Memperbaiki kesejahteraan dokter, niscaya menjadi prioritas urusan kesehatan. Sebab boleh jadi, dokter yang tidak sejahtera, akan gampang tergoda terlibat dalam penyalahgunaan obat, melalui resep yang “diobral” murah.

———   000   ———

Rate this article!
Dokter (Di-upah) Murah,5 / 5 ( 1votes )
Tags: