Dokter Klinik Meninggal Diduga Covid 19 di Kabupaten Nganjuk

Salah satu dokter saat menjalani perawatan dan akhirnya meninggal karena covid 19 di RS Bhayangkara Nganjuk.

Satgas Kewalahan Lakukan tracing, Rapid dan Swab bagi Nakes
Nganjuk, Bhirawa
Satgas penanganan covid 19 Kabupaten Nganjuk, kewalahan dalam menangani gelombang besar pertambahan pasien yang terkonfirmasi positif. Sehingga kegiatan tracing, rapid test maupun swab test terhadap klaster baru penyebaran covid 19 seolah ditiadakan.

Tidak adanya tracing, rapid tes maupun swab terhadap tenaga kesehatan maupun pasien terjadi pada klinik kesehatan yang berada di pusat Kecamatan Nganjuk. Padahal, dokter yang sekaligus pemilik klinik terkonfirmasi covid 19 sejak 15 Desember lalu. Bahkan hingga Minggu (27/12) dinihari, dokter tersebut telah dinyatakan meninggal akibat virus mematikan tersebut.

Namun demikian, tidak ada tindakan berupa tracing, rapid test, apalagi swab test terhadap tenaga medis yang bekerja di klinik yang berada di Jl. Sersan Harun, Nganjuk. Bahkan klinik yang baru ditutup layanannya setelah 5 hari dokter pemiliknya dirawat di RS Bhayangkara, para tenaga medis dan pekerja klinik lainnya, hanya dibiarkan isolasi dirumah begitu saja.

Berbeda penanganan saat salah satu klinik kesehatan di Kecamatan Pace yang pada awal Juni lalu dokter di klinik tersebut terkonfirmasi positif covid 19. Klinik kesehatan di Kecamatan Pace tersebut langsung ditutup. Kemudian Rapid test massal dilakukan selama tiga hari terhadap 1.047 orang yang merupakan pasien klinik. Pasien klinik yang dilakukan rapid test langsung dilakukan tracing berdasarkan daftar register pasien selama 14 hari

Dari hasil rapid test di hari pertama ini, sebanyak 20 orang menunjukkan hasil reaktif, empat di antaranya anak-anak. Mereka yang dari hasil rapid tes reaktif diharuskan melakukan isolasi mandiri, serta menjalani swab test.

Saat ditanya terkait perbedaan standar operasional prosedur (SOP) terhadap penanganan kluster covid 19, Wakil Satgas penanganan covid 19 Nganjuk, Marhaen Djumadi mengaku bahwa fasilitas medis maupun sarana dan prasarana penanganan covid 19 sangat kurang bila dibandingkan dengan ledakan pasien covid di Kabupaten Nganjuk. “Sarana dan prasarana penanganan covid 19 di Kabupaten Nganjuk sangat tidak sebanding dengan ledakan jumlah pasien covid 19,” papar Marhaen Djumadi, yang juga wakil Bupati Nganjuk ini.

Diterangkan Marhaen, per tanggal 26 Desember 2020, Kabupaten Nganjuk terdapat teronfirmasi positif civid 19 terdapat 1.047 orang, sembuh 845 orang dan meninggal 105 orang.

Status Kabupaten Nganjuk sebagai zona oranye (Daerah Resiko Sedang), dengan skor 1,96, skor yang sama dengan sehari sebelumnya.

Sedangkan, jumlah pasien konfirmasi aktif saat ini dirawat di sejumlah rumah sakit, mereka dirawat di RSUD Nganjuk sebanyak 72 orang, RSUD Kertosono 35 orang dan RS darurat Pu Sindok 7 orang. Meningkatnya kasus Covid-19, membuat IGD RSUD Nganjuk tidak mampu lagi menampung pasien. Pihak RSUD Nganjuk bekerjasama dengan BPBD dan Dinas Sosial PPPA membangun tenda darurat untuk pasien.

“Sudah hampir 1 minggu terakhir ini, pasien Suspect Covid-19 di IGD memenuhi ruangan hingga teras IGD. Karena memang ruang perawatan sudah tidak mampu menampung pasien covid 19. Padahal baru saja ada penambahan kapasitas 28 tempat tidur isolasi,” pungkas Marhaen Djumadi. (ris)

Tags: