Dolar Naik, Perajin Tahu di Bojonegoro Resah

Perajin tahu di

Salah satu perajin tahu di Bojonegoro.

Bojonegoro, Bhirawa
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat para perajin tahu di Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro resah. Pasalnya harga kacang kedelai impor yang menjadi bahan baku produksi tahu mulai bergerak naik.
“Harga kedelai impor sudah mencapai Rp 7.800 per kilogram dari Rp 7.300 per kilogram,” ungkap Wiyoso (35) salah satu perajin tahu di Ledok Kulon Bojonegoro, Senin (16/3) saat ditemui dilokasi.
Wiyoso mengatakan, sudah sepekan ini harga kedelai terus naik, akibatnya banyak produsen di Bojonegoro keluh resah. Sebab, pekan lalu ketika harga masih Rp 6.500, keuntungan Wiyoso sudah sangat tipis, sehingga dirinya saat ini kebingungan ketika harga kedelai mencapai Rp 7.800 per kilogram. “Lalu jika harga kedelai terus mengalami kenaikan, bagaimana nasib kami,” keluhnya.
Menurutnya, selain mahalnya harga kedelai, sejumlah produsen juga mengeluhkan merosotnya produksi tahu. Jika biasanya satu hari bisa memproduski 1,5 kwintal kedelai, kini ia hanya bisa memproduksi 1,2 kwintal. Sebab, penjualan tahu pun kini harus bersaing dengan produsen yang lain.
”Merosotnya penjualan itu sudah pasti berpengaruh langsung pada perolehan keuntungan. saat ini paling banyak hanya mampu memperoleh laba kotor sekitar Rp 200 ribu per-hari dari penjualan tahu. Bersihnya, tak sampai Rp 50 ribu yang saya dapat,” jelasnya.
Meski harga kedelai mulai bergerak naik, lanjut Wiyoso mengatakan, kami tidak mengurangi ukuran dan harga masih setabil. “Kalau tahu berukuran kecil harga Rp 3.500 perbungkus isi 10 biji, sedangkan ukuran besar dengan harga Rp 4.000 perbungkus isi 10 biji. Tahu produksinya tersebut dipasarkan di sejumlah pasar lokal, seperti di pasar kota Bojonegoro bahkan sampai Rembang Jawa Tengah,” ungkapnya.
Dengan kondisi itu, dia meminta agar pemerintah daerah turut mengendalikan harga kedelai impor agar tidak terlalu terdampak melemahnya nilai tukar rupiah saat ini. Hal itu dibutuhkan agar produksi tahu tetap berjalan. “Apalagi, perajin tahu di daerah kami cukup banyak. Kalau, harga kedelai naik ya dampaknya sangat kami rasakan,” ujarnya.
Sementara itu, informasi dari sejumlah produsen tahu rumahan, selama ini mereka memproduksi tahu menggunakan kedelai impor untuk bahan bakunya. Menurut mereka, kedelai impor lebih menguntungkan lantaran butirannya besar dan lebih putih. Sementara kedelai lokal, selain butirannya kecil juga agak kehitam-hitaman.  [bas]

Tags: