Dolly Tutup Selamanya

dollyPusat hiburan dan rekreasi seks komersial di gang Dolly, sudah tutup, sejak Jumat 20 Juni 2014. Ini prestasi tersendiri yang diukir Pemerintah Daerah (Kota Surabaya dan Proponsi Jawa Timur). Pusat maksiat perzinahan itu selama ini tidak pernah diinginkan oleh masyarakat, namun selalu dibela oleh Muspida Kota Surabaya. Gang Dolly (dan wisma-wisma seks komersial sekitarnya) secara rutin memberi setoran haram kepada aparat mulai tingkat kelurahan sampai ke atasan yang jauh.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menuliskan pelacuran sebagai perzinahan yang diancam hukuman penjara 3 tahun. Sedangkan ajaran agama juga mengharamkan secara tegas dan keras, dengan sanksi hukum cambuk 100 kali. Maka prostitusi seharusnya dianggap sebagai aib besar, bukan sarana hiburan. kenyataannya (pada masa yang baru lalu), pemerintah seolah-olah mendukung praktek pelacuran.
Selama 40 tahun sejak awal orde baru, prostitusi makin tumbuh subur, berkedok hiburan. Prostitusi dijadikan “magnet,” lalu bersimbiose dengan peredaran obat-obat terlarang psikotropika dan miras. Harus diakui, sungguh tidak mudah menutup lokalisasi prostitusi yang terlanjur menjamur. Banyak pihak berkepentingan secara ekonomi haram. Termasuk di dalamnya praktik money laundry (pencucian uang).
Banyak pengusaha busuk menanamkan saham dari uang haram di sekitar lokalisasi prostitusi. Hasilnya, dari uang haram menjadi uang “abu-abu.” Seolah-olah menjadi uang halal, karena lokalisasi prostitusi dianggap legal. Syukur, dengan pencerahan pemikiran (dan moralitas) aparat yang makin baik, pembubaran tempat prostitusi tidak memperoleh pembelaan aparat.
Kawasan prostitusi bisa dipastikan pula menjadi pusat segala penyakit sosial masyarakat. Juga penyakit kelamin, sampai yang paling fatal berakibat de-generatif. Namun sebagian pengamat sosial (yang menyimpang) memiliki pandangan lain. Yakni, bahwa penutupan lokalisasi pelacuran bisa berakibat penyebaran penyakit kelamin (terutama AIDS dan HIV) menjadi tidak terkontrol. Itu pasti paradigma paling menyimpang. Bahkan patut diduga sebagai gertakan yang dikendalikan oleh kalangan germo.
Bukankah penyebaran AIDS dan HIV disebabkan (utamanya) karena perilaku seks bebas berganti-ganti pasangan? Rata-rata pelacur juga tidak menyadari ancaman penyakit kelamin sejak dini. Banyak yang tidak biasa memakai kondom sejak awal berprofesi. Juga banyak penyakit yang ditimbulkan tergolong sangat menular dengan cepat, serta berdampak efek domino sangat fatal. Sudah banyak ibu rumahtangga baik-baik, tiba-tiba terdeteksi menyandang HIV, tertular dari suaminya.
Maka untuk me-minimalisir penyebaran AIDS dan HIV, serta penyakit lain yang menjijikkan, caranya tak lain, menutup seluruh lokalisasi praktik seks komersial. Rata-rata perempuan penjaja seks komersial (PSK) tergolong miskin atau berpendidikan rendah. Berbagai survei memaparkan alasan menjadi PSK hanya dua sebab: memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan terjebak ke-tidak tahu-an (dipaksa oleh sindikat pelacuran).
Maksiat lain (perjudian dan premanisme) menjadi iringan yang khas. Itu sudah terbukti, antaralain (dulu) pada kawasan Kramat Tunggak Jakarta. Ironisnya, Pemerintah Daerah menjadikannya lumbung penghasilan daerah. Pasti pula menjadi “pajak haram” karena banyak diselewengkan. Kini, Kramat Tunggak telah berubah menjadi daerah tujuan wisata religi tersohor di Jakarta. Masyarakat sekitar bisa menggali mata nafkah kuliner atau sektor ekonomi kreatif lainnya.
Syukur, penutupan lokalisasi pelacuran di seluruh Jawa Timur telah mempertimbangkan dampak sosial-ekonomi. Khususnya terhadap warga masyarakat kampung Jarak dan Girilaya. Sedangkan terhadap pelaku bisnis prostitusi vdisertai pembinaan dan bantuan permodalan. Dengan itu mantan PSK bisa berprofesi lain secara bermartabat dan lebih mulia. Misalnya tata-rias, tata-boga, tata-busana, kuliner, atau laundry.
Berkaca pada alih-fungsi kawasan Kramat Tunggak, kawasan sekitar Jarak dan Girilaya bisa di-inovasi sebagai pusat ekonomi kreatif. Misalnya, pusat (pasar) burung dan tanaman hias. Potensi itu sudah nampak berserakan tak teratur di sekitarnya.

———   000   ———

Rate this article!
Dolly Tutup Selamanya,5 / 5 ( 1votes )
Tags: