Dongeng, Dunia Literasi Anak yang Terlupakan

(Refleksi Hari Dongeng se-Dunia 20 Maret)

Oleh :
Yudha Cahyawati
Guru SDN Wates 2 Kota Mojokerto
Dongeng adalah salah satu jenis cerita fiksi yang kita kenal. Dongeng bisa berupa khyalan atau imajinasi dan bisa juga berupa kisah nyata.Tokoh-tokoh dalam dongeng juga bermacam-macam. Ada binatang, tumbuhan dan manusia. Jenis dongeng juga beragam. Ada legenda, epos kisah hikmah. Anak-anak paling suka jika dibacakan dongeng. Apalagi jika cara membacakan dongengnya dibarengi dengan lafal, intonasi bahkan ekspresi yang sesuai dengan cerita yang ada dalam dongeng, tentu akan sangat menarik sekali bagi anak-anak.
Dongeng, pintu masuk bagi orang tua untuk mengenalkan dunia literasi. Imajinasi anak kecil sangat luas. Jadi mereka akan mudah sekali menerima dongeng apa pun yang diberikan orang tua kepada anaknya. Maka disinilah peran orang tua untuk lebih selektif memberikan dongeng kepada anak-anak. Dongeng tidak sekedar menjadi pengantar tidur semata. Tetapi nilai-nilai yang ada dalam dongeng tersebut juga akan membekas dalam diri si anak. Nilai-nilai itulah yang diharapkan menjadi bekal untuk membentuk karakter anak. Maka disinilah pendidikan keluarga memegang peranan penting.
Kapan orang tua mulai mengenalkan dongeng kepada anak-anak.Sejak di dalam kandungan. Karena organ yang pertama kali berfungsi dengan baik adalah telinga. Anak di dalam kandungan sudah bisa kita kenalkan dengan dunia literasi melalui dongeng atau cerita. Mungkin bagi kita yang tidak paham akan berasa sia-sia. Karena tidak ada respon secara langsung dari anak di dalam kandungan. Tetapi ingat, sejak di dalam kandungan pula otak mulai terbentuk. Dongeng atau cerita yang kita bacakan akan menjadi bagian dari rangsangan pembentuk syaraf otak.
Ketika anak sudah lahir kedunia maka, kebiasaan mendongeng harus tetap kita lakukan. Meskipun seolah-olah mereka tidak mendengar atau bahkan mengacuhkan apa yang kita bacakan, sejatinya anak-anak merekamnya dalam otak. Mereka adalah perekam ulung. Suatu saat nanti jika sudah tiba waktunya, maka hasil rekaman itu akan dikeluarkan satu persatu. Dengan membiasakan membaca dongeng minimal sekalidalam sehari, maka itu akan menumbuhkan habitus yang baik. Sekaligus sebagai tahap persiapan membaca dan menulis. Anak-anak yang terbiasa mengenal buku sejak kecil, akan lebih mudah untuk diajari membaca maupun menulis. Menumbuhkan hobbydan habit membaca pun tidak sulit nantinya. Maka para orang tua lah yang harus menerapkan pembiasaan ini sejak dini.
Dalam Al Qur’an, hampir 2/3 isinya adalah cerita. Tentu saja kisah atau cerita di dalam Al Qur’an bukan cerita fiksi. Melainkan kisah nyata para orang-orang terdahulu. Kisah itu diceritakan kembali dengan rinci untuk diambil pelajaran. Ini menunjukkan bahwa memang manusia itu pada dasarnya senang dengan membaca cerita. Senang mendengarkan kisah. Kita diminta untuk terbiasa mengambil pelajaran dari kisah atau cerita yang sudah kita baca. Pun demikian anak-anak. Tentu akan senang sekali jika dibacakan dongeng atau cerita. Survei yang dilakukan pada 500 anak usia 3-8 tahun di Inggris mengungkapkan, hampir 2/3 anak yang disurvei menginginkan orang tuanya meluangkan waktu untuk membacakan cerita sebelum mereka tidur, terutama oleh sang ibu.
Para orang tua jaman dulu sering membacakan dongeng sebelum tidur, tetapi yang dibacakan adalah dongeng tentang Kancil. Padahal Kancil adalah hewan yang terkenal licik. Maka jangan salahkan jika ada beberapa sifat Kancil ada yang mereka tiru. Karena pada akhir pembacaan dongeng, tidak diberikan pemahaman tentang karakter tokoh yang diceritakan. Itulah kelemahan membacakan dongeng menjelang tidur. Kita belum selesai membaca, anak sudah tidur. Sehingga anak-anak kita terbiasa jika membaca buku suasannya ngantuk. Ini bisa menjadi salah satu penyebab mengapa setiap membaca rasanya ngantuk.
Alangkah baiknya jika memang harus membacakan cerita sebelum tidur, usahakan tidak memakai buku. Jadi orang tua usahakan sudah membaca cerita tersebut terlebih dahulu.Dongeng atau cerita yang kita berikan ke anak harus kita seleksi. Berikan cerita yang menanamkan kemandirian, kedisiplinan, kejujuran dan beberapa karakter lainnya.Selain selektif dalam pemilihan jenis cerita, maka orang tua juga harus pintar memilih waktu yang tepat untuk membacakan dongeng.
Jika anak sudah mengenal dongeng atau cerita sejak kecil, maka akan lebih mudah untuk mengenalkan dunia literasi yang lainnya, seperti menulis. Ada banyak manfaat yang bisa didapat dari pembiasaan mendongeng ini, antara lain menambah perbendaharaan kata. Anak akan lebih mudah mengenal berbagai macam struktur kalimat. Dongeng juga akan mengaktifkan dan menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri. Otak kiri melatih pola pikir dan mencari penyelesaian suatu masalah dengan logika, sedangkan otak kanan merangsang imajinasi dan kreatifitas anak. Dengan dongeng, kita bisa menanamkan karakter sesuai dengan apa yang kita ceritakan. Misalnya membacakan kisah para nabi. Maka kita bisa menanamkan sifat-sifat nabi kepada anak-anak kita. Pendek kata, kegiatan mendongeng akan menambah kecerdasan emosional dan spiritualitas anak-anak, serta mempererat kedekatan dengan orang tua.
Namun seiring perkembangan jaman, dongeng mulai terpinggirkan, bahkan dilupakan. Orang tua merasa mendongeng adalah kegiataan yang merepotkan, menambah pekerjaan, dan menyita waktu istirahat mereka. Orang tua dan anak lebih enjoydengan gadget masing-masing. Interaksi dan komunikasi secara langsung menjadi sangat minim. Perkembangan teknologi yang semakin canggih ternyata tak berbanding lurus dengan kecanggihan orang tua untuk menumbuhkan minat baca anak. Sehingga jangan heran dan menyalahkan anak, jika anak nantinya tidak cinta pada buku dan bahkan sulitsekali jika diminta membuat sebuah cerita atau tulisan. Karena itu, kita mulai menggalakkan kembali membacakan dongeng pada anak-anak kita.Tentu saja orang tua harus memberikan contoh dan pembiasaan ini sejak kecil. Belum terlambat jika kita mulaidari sekarang. Literasi anak akan sangat bermanfaat bagi mereka. Mari kita jadikan dongeng untuk mengenalkan dunia literasi kepada anak-anak kita.
——— *** ———–

Tags: